Saturday, February 9, 2013

Muhasabah Cintaku


Muhsaf itu masih terbuka, sajadah masih terbentang, dan mukenah belum tersingkap. Tanganku meraih netbook lalu terlihat di sudut bawah layar, 5 Januari 2013, 12:49. Sudah tahun 2013, bagaimana jika aku menggangap tahun ini 2012a? Haha. Bukankah banyak orang yang menganggap angka 13 itu membawa kesialan? Tapi sepertinya aku tidak termasuk orang-orang seperti mereka. Aku dengan sepenuhnya sadar memesan tiket penerbangan tanggal 13 Januari 2013. Angka bagus untuk memulai semuanya atau angka bagus untuk mengakhiri semuanya? Aku benar-benar harus berfikir keras tentang hal itu. Semoga Dia segera memberikan aku petunjuk. Amin.
Kini diawali dengan senyum merekah, aku memutar lagu Edcoustic-Muhasabah Cinta. Dan aku tau pasti, senyuman ini akan berakhir dengan tangisan ketakutan penuh harap akan ridhoNya.
“Wahai pemilik nyawaku, betapa lemah diriku ini, berat ujian dariMu, kupasrahkan semua padamu.” Yak, tak perlu menunggu lama, aku tersenyum sambil mengalirkan butiran hangat ini lagi dan lagi. Dulu, aku selalu menangis terisak-isak di hadapanMu. Sekarang? Tidak. Aku sudah berhasil menangis sembari tersenyum bahkan tertawa di hadapanMu. Aku berteriak padaMu sekarang, jika guru hanya diam saat mengawasi ujian para muridnya. Maka mungkin sekarang Kau juga sedang diam dan mengawasi ujianku ini. Lalu pertanyaannya adalah, “Kapan ujian ini berakhir? Kapan Kau akan membunyikan bel tanda berakhirnya ujian ini?”
Yaa Shabuur, Engkaulah Maha Penyabar itu. Sabarkan aku dengan waktu yang telah Engkau tetapkan. Amin.
Senandung itu terdengar lagi, “Kata-kata cinta terucap indah mengalir berzikir di kidung doaku, sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku.” Indahnya bait ini, “biar jadi penawar dosaku”, benar-benar menyentuh rongga terdalam hatiku. Biarkan, biarkan dan biarkan. Semoga Kau membersihkanku. Bukankah Kau pernah menyebutkan dalam Al-Quran tentang mereka yang berpikir secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan mereka takut kepadaMu? Dan sebaliknya, Kau juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta, ataupun hanya mengikuti kebiasaan, berada dalam kekeliruan. Semoga aku termasuk dalam golongan yang pertama, sungguh yang kini ku harapkan hanyalah cintaMu. Karena sakit ini, perih ini, luka ini, cepat atau lambat akan Kau basuh dengan cahayaMu. Kau tak akan menyia-nyiakan hambaMu yang senantiasa menjaga sujudnya. InsyaAllah. Amin.
 Mari kita renungkan bait selanjutnya. “Butir-butir cinta air mataku, teringat semua yang Kau beri untukku, ampuni khilaf dan salah selama ini ya Illahi, muhasabah cintaku.” Aku terdiam dan tertunduk, rekaman itu terputar kembali dalam ingatanku, ntah sudah jutaan detak jantung dan helaan nafas yang ku lewati dengan membinasakan diriku sendiri. Betapa celakanya aku, sungguh dahulu aku termasuk orang-orang yang zalim. Kau harus menolongku, Kau harus menarikku. Tak ada daya dan upaya kecuali dengan izinMu, tiada aku menyerang dan berperang kecuali dengan izinMu. Tunjuki aku, apa aku harus tetap berdiam diri dan melihat mereka membunyikan genderang perang? Bahkan mereka telah memulai perang ini, batin ini benar-benar berkecamuk ingin segera mengangkat panji-panji kebenaran. Tapi Kau katakan, tahanlah, tunggulah, beri mereka penangguhan hingga waktu yang telah Engkau tentukan sebelumnya. Karena kemenangan itu nyata. Dan pertolonganMu itu dekat. Ku pasrahkan kepadaMu.
Dan sekarang,bait terakhir dari lagu ini berkumandang, “Tuhan, kuatkan aku, lindungi ku dari putus asa, jika ku harus mati, pertemukan aku denganMu.” Kuatkan aku, aku memohon dengan sangat. Putus asa selalu menggelayuti jiwaku, tapi aku harus membuangnya sejauh yang ku mampu. Karena jika aku berputus asa, itu sama saja aku tidak mempercayai kebesaranMu dalam mengatur skenario hidupku ini. Aku percaya dan aku beriman. Waktu itu semakin dekat. Biarkan hal yang haq tetaplah haq dan yang batil adalah batil. Tunjukkan kebesaranMu dengan segala hal haq yang mampu memusnahkan segala kebatilan. Amin.
Kuakhiri tulisan ini dengan kutipan ayat dari Surah Al-Kahfi ayat 54-58 :
54. Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Quran ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah.
55. Dan tidak ada (sesuatu pun) yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk telah datang kepada mereka dan memohon ampunan kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat yang terdahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.
56. Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan; tetapi orang yang kafir membantah dengan (cara) yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak (kebenaran), dan mereka menjadikan ayat-ayatKu dan apa yang diperingatkan terhadap mereka sebagai olok-olokan.
57. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka. Kendatipun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.
58. Dan Tuhanmu Maha Pengampun, memiliki kasih sayang. Jika Dia hendak menyiksa mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan siksa bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu tertentu (untuk mendapat siksa) yang mereka tidak akan menemukan tempat berlindung dariNya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang semakin diteguhkan hatinya dengan membaca dan menyerap segala kalam dari Zat yang Maha Pemberi Kemanfaatan ini. Amin. Amin ya Rabbal alamin.

No comments:

Post a Comment