Monday, November 18, 2013

Aku Bahagia Karena Dia Ayahku




Aku bahagia karena aku adalah anak perempuannya
Aku bahagia karena dia pernah mengatakan, “Kamu itu anak kebanggaan papa. Papa sayang kamu, jaga diri baik-baik ya.”
Aku bahagia karena aku adalah seorang putri yang telah mewujudkan sebagian mimpi-mimpinya
Aku bahagia karena aku pernah menghabiskan waktu berdua bersamanya
Aku bahagia karena aku tak beranjak sedetikpun dari sisinya saat dia sedang kesakitan
Aku bahagia karena aku menghabiskan pagi dan petang membaca Quran bersamanya
Aku bahagia karena aku selalu shalat berdua bersamanya
Aku bahagia karena aku menceritakan banyak kisah Rasul dan para sahabat padanya
Aku bahagia karena aku mampu mendekap erat tubuhnya yang mulai dingin dan membeku itu
Aku bahagia karena ada diriku yang terukir jelas di kedua bola matanya
Aku bahagia karena tiap ruas jemariku sama dengan miliknya
Aku bahagia karena dia adalah orang yang terakhir kali mengecup mulutku ini
Aku bahagia karena aku senantiasa mengatakan padanya, “Papa itu papa terbaik, Derry sayang Papa, sangat.”
Aku bahagia karena aku masih merasakan getaran lembut nadinya di saat-saat terakhir
Aku bahagia karena aku menyenandungkan lafadz “Laa illa ha ilallah” di telinganya sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya

Monday, November 11, 2013

Pahami dan Selamat Menikmati



Sebagai seseorang yang masih belum mampu terlepas dari berbagai film yang beredar, beberapa minggu terakhir aku telah menyaksikan film The Insidious 2, Gravity, Captain Phillips, Thor dan ditutup dengan Now You See Me. Semuanya menarik, dengan esensi kelezatannya masing-masing. Mungkin banyak orang di luar sana yang menonton sebuah film lalu selesai sampai di situ saja, tidak lebih dari sarana hiburan. Namun, aku adalah perempuan yang mengambil hal lain di dalamnya. Kita mulai dari film The Insidious 2, ini adalah sebuah sekuel film dengan genre horor yang mengangkat tema tentang segala hal yang berkaitan dengan kemampuan seseorang menjelajahi dunia lain saat ia sedang tertidur, dan apabila ia berjalan terlalu jauh dari tubuh aslinya, maka akan ada kemungkinan tubuhnya tersebut akan ditempati oleh ruh lainnya. Banyak hal yang aku pikirkan saat itu, terutama tentang kematian. Semua orang akan mati, ruh akan berpisah dari jasad, yang dicinta akan berpisah dengan yang mencinta, dan seterusnya. Lalu pertanyaannya, tahukah kita kapan masa itu akan menghampiri kita? Bukankah kita ini hanyalah sekumpulan manusia yang menunggu giliran kematian kita?

Tuesday, November 5, 2013

Karena Kematian adalah Perayaan






Tak sedikit hal yang berubah setelah hari itu, Selasa 11 Juni 2013. Baik tentang pemikiran, sikap, hingga jiwa. Jika harus membahasnya satu per satu, mungkin aku akan memulainya dengan perubahan sikap dalam pengambilan keputusan tentang banyak hal, baik itu tentang studiku, waktu yang akan aku habiskan nantinya, pengabdian yang harus aku pertanggungjawabkan, dan masih banyak lagi. Pengambilan sikap ini juga memengaruhi kebiasaanku selama ini, salah satunya mengenai buku-buku yang biasa aku beli tanpa terlalu memikirkan jumlah apalagi harganya. Dulu, setiap aku mendatangi toko-toko buku, aku bahkan bisa membeli 4-5 buku sekaligus, yang akan aku lahap dalam waktu singkat. Namun kini, untuk membeli satu buku saja, aku harus mempertimbangkannya secara matang. Ini bukan tentang tak adanya buku yang layak aku baca, ini tentang biaya yang harus aku keluarkan saat membelinya. Belakangan ini aku lebih cenderung membaca e-book yang dapat diunduh secara gratis di internet. Namun tetap saja, buku-buku yang berkualitas hanya tersedia dalam bahasa Arab atau Inggris, sangat sulit untuk menemukan kitab-kitab klasik ulama tempo dulu yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Dulu, sebelum 11 Juni 2013, apalagi saat aku masih anak-anak, buku itu seolah segalanya, mampu diperoleh dengan mudah, berapapun yang aku inginkan, berapapun harganya, Ayahku tak pernah bermasalah untuk memenuhi permintaan anak perempuannya ini. Saat aku sudah kuliahpun, aku tinggal mengatakan bahwa aku baru saja membeli banyak buku, dan dia tak pernah mempermasalahkannya. Tapi itu dulu, saat dia masih ada untuk anak perempuannya ini. Kini, setiap aku melirik buku-buku impian yang sangat aku ingin baca dan miliki, aku hanya mampu membisikkan dalam hati, “Ya Rabb, aku menginginkannya, jika Engkau berkenan, maka berikanlah padaku.” Dan doaku seolah selalu diijabah oleh-Nya,