Tuesday, February 19, 2013

Bacalah dan Berbahagialah


Tulisan ini adalah tulisan yang ditulis dari sudut pandang pribadiku. Ditujukan kepada orang-orang yang masih meragukan ‘kinerja alam semesta’ terhadap hidup dan kehidupan kita. Semoga dengan sekelumit kisah yang akan aku paparkan kali ini, dapat menginspirasi kita semua mengenai betapa Mahabijaksananya Allah SWT. Amin.
Kisah pertama dimulai dari sebuah musholla di fakultasku. Hari itu aku masih dalam keadaan sangat-sangat terguncang dan benar-benar rapuh. Mungkin jika seluruh lagu sedih di dunia dikumpulkan menjadi satu, belum juga cukup untuk mewakili kesedihanku. Setelah menunaikan shalat sunnah Dhuha lalu dilanjutkan dengan tilawah, aku bermunajat kepada Allah agar Dia berkenan memberi aku petunjuk. Untuk mengobati hatiku dengan segera sebelum aku membinasakan diriku sendiri. Bersabar dan terus bersabar, hanya itu yang bisa aku lakukan. Dan ntah kenapa, aku tiba-tiba sangat ingin menyandarkan punggungku sejenak di lemari kaca yang berisikan buku-buku perpustakaan Al-Azzam.
Tak lama berselang, aku mendadak mengangkat tanganku dan mengambil salah satu buku di dalamnya tanpa melihat ke dalam lemari buku. Saat aku meletakkan buku yang aku dapati secara random itu tepat di hadapanku, aku sedikit kaget bercampur haru. Kedua mataku langsung berkaca-kaca dan nafasku mulai tak beraturan. Kalian tau kenapa? Karena alam semesta memberikan aku jawaban. Buku tersebut berukuran agak kecil dan berwarna ungu. Dan di sampul depannya tertulis, “Wahai Kaum Wanita Jangan Bersedih, Jadilah Anda Wanita yang Paling Bahagia”. Sebuah karya luar biasa dari Dr.‘Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni.
Tak perlu waktu lama untuk aku melahap habis lembar demi lembar yang diisi dengan senyuman, tawa kecil hingga tangis penuh syukur dan bahagia. Kini biarkan aku mengutip bagian persembahan dari buku ini :
“Buku ini dipersembahkan kepada wanita muslimat yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agama yang dipeluknya, dan Muhammad SAW sebagai rasul anutannya. Kepada pemudi yang menempuh jalan yang haq dan mengemban misi kebenaran. Kepada murabbiyah (wanita pendidik) yang berjuang dengan kalimatnya, memelihara norma-normanya, dan membersihkan dirinya. Kepada ibu yang mendidik anak-anaknya untuk bertaqwa, menumbuhkan mereka sesuai dengan tuntunan sunnah, dan menanamkan ke dalam diri mereka cinta keutamaan. Kepada wanita yang dirundung kesusahan dan kesedihan. Berbahagia dan bergembiralah Anda dengan datangnya kemudahan yang dekat waktunya, pemeliharaan dari Allah, pahala yang besar, dan terhapusnya segala dosa.”
Mungkin tak banyak kata yang dapat aku sampaikan untuk mewakili betapa luar biasanya buku ini. Namun dengan sangat persuasif akan aku katakan, “Bacalah dan berbahagialah.”
Sekarang marilah kita beralih pada kisah kedua. Hari itu tepat ditanggal 13 Januari 2013, aku sedang duduk di salah satu bangku di waiting room bandara Soekarno-Hatta. Sambil menunggu, sesekali aku membuka handphoneku untuk memberi kabar bahwa aku tak lama lagi akan naik ke pesawat. Namun tiba-tiba ada sebuah dorongan kecil di pangkal lenganku. Aku langsung melihat ke arah datangnya dorongan itu. Ternyata ada seorang laki-laki dengan memakai topi berwarna abu-abu gelap yang menyodorkan sebuah buku kepadaku. Dengan sebuah senyum santun ia berkata, “Sudah pernah baca buku ini? Jika belum, ini sangat bagus untuk Anda.” Aku terdiam untuk beberapa saat lalu tersenyum ke arahnya sembari mengambil buku tersebut. “Aku belum pernah membacanya”, jawabku lirih. “Kalau begitu bacalah, ianya sangat bagus untuk wanita seperti Anda.” Haha, aku benar-benar tak mengerti dengan penggalan kalimat terakhirnya, ‘wanita seperti Anda’, memangnya aku sosok wanita seperti apa menurutnya? Namun sudahlah, aku tak memedulikan hal itu, dengan sigap aku membolak-balikkan buku itu. Membayangkan isi di dalamnya. Dan aku agak sedikit terperanjat, aku belum pernah sama sekali menyentuh buku dengan genre seperti ini. Buku ini tak begitu tebal dan berukuran lumayan kecil. Dengan sebuah judul yang bertuliskan huruf tegak bersambung, ‘Kisah Para Sufi’. Ya, itulah judul yang tertera didepannya.
Aku membacanya sekilas, mulai dari kata pengantar, paparan keseluruhan isi buku hingga ke daftar isi. Dan aku mendadak menjadi sosok perempuan yang jatuh cinta pada buku asing ini. Syukurlah laki-laki tersebut satu pesawat denganku, sehingga aku dapat membaca buku ini sepanjang perjalanan di langit nantinya. Aku duduk di seat 26D yang letaknya paling belakang di kabin pesawat dan tak ada satu orangpun yang duduk bersebelahan denganku. Namun itu yang aku sebut ‘keajaiban’, tak ada satupun yang berada diluar rencana Sang Maha.
Singkat cerita, aku menghabiskan beberapa kisah para sufi yang telah diberi lingkaran khusus pada daftar isi oleh pemiliknya. Tangisku pecah saat itu, air mataku mengalir terus menerus saat membacanya. Tangis yang diiringi senyum dan lantunan doa kepada Rabbi. Bagaimana tidak, buku ini memaparkan betapa dekatnya hubungan emosional antara makhluk dan Tuhannya. Hingga ada sebuah kalimat yang mengatakan, “Dia sedang dimabuk cinta karena Tuhannya.” Begitulah kedekatan yang terjalin antara para sufi dan Allah SWT, mereka berhasil meninggalkan keduniawian dan semata-mata hanya mengharap ridho Allah. Dan hal yang membuat aku semakin terharu adalah diceritakannya mengenai sufi wanita bernama Rabiyah yang sebelumnya pernah menjadi seorang hamba sahaya. Ketaatan yang beliau tunjukkan bukanlah karena ia menginginkan surga ataupun takut akan siksa neraka. Namun secara murni karena kecintaannya pada Zat Mahaindah Allah SWT. Subhanallah.
Dan kalian tau? Setelah tiba di bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, aku mengembalikan buku tersebut kepada laki-laki bertopi itu. “Bagaimana bukunya? Sudah selesai dibaca? Jika belum untuk kamu saja”, ucapnya dengan tulus padaku. Namun dengan kepala sedikit tertunduk aku menolak tawarannya, “Isinya sarat makna dan luar biasa, namun nanti akan kubeli sendiri, insyaAllah.” Ia kemudian tersenyum dan mengambil buku tersebut lalu berlalu dari hadapanku. Ya Allah, aku bahkan belum tau siapa namanya. Dan kini, aku telah berkeliling dari satu toko buku ke toko buku lainnya. Namun tak kunjung aku  temukan. Sesungguhnya aku sangat ingin menerima tawaran untuk menerima buku itu, tapi bagaimana mungkin aku menerima sebuah buku yang telah ia simpan hampir 16 tahun. Karena di halaman pertama buku itu tertulis tahun 1997 beserta paraf si pemilik. Tapi sudahlah, jika buku itu berjodoh denganku. Alam semesta akan mengantarkannya kembali padaku. Insyaallah. Amin.
Kisah ketiga berlatar belakang ruang tengah di rumahku. Hari itu aku sedang duduk di sofa merah berukir kayu sembari melepaskan khayalku ke masa depan yang kekurangan cahaya di mataku. Ada senyum pahit disana, bahkan nafas berat yang terkesan penuh keluhan dan beban. Seorang keponakanku berusia sekitar 3 tahun tiba-tiba menghampiriku sambil tersenyum dan menenteng sebuah buku di tangan kecilnya. Dia bernama Audrey Batrisya Qaireen atau kerap disapa odre. “Coba baca ini tante tayi”, kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut mungilnya. Dan kalian tau? Buku itu adalah sebuah buku memo yang bertuliskan “Don’t Be Sad, koleksi kata mutiara Al-Qarni”. Sekali lagi, alam semesta sedang bekerja untukku.
Akan aku kutip salah satu pesan AL-Qarni yang tertulis dalam buku memo ini :
“Apa yang menurutmu menyusahkan pada awalnya boleh jadi malah menghasilkan kebahagiaan pada akhirnya, seperti mendung di langit yang awalnya berkecamuk kilat dan petir yang menakutkan, tetapi akhirnya adalah butiran-butiran hujan yang membawa penghidupan.”
Bukankah Allah yang jauh lebih mengetahui apa yang baik untuk kita dan sesungguhnya kita tak mengetahui apa-apa kecuali sedikit saja? Seperti tertulis dalam firmanNya surah Al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi :
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi pula kau menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui apa-apa.” Itulah Allah yang Mahabenar dengan segala rencanaNya.
Akan aku tutup tulisan ini dengan kisah terakhir. Sebuah buku yang aku beli di toko buku kota Tanjungpinang. Buku ini berjudul, “Ya Allah, Tolong Aku”. Sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis berinisial A.K. Ia sengaja merahasiakan siapa dirinya agar pembaca tidak terpengaruh dengan siapa yang bicara melainkan mendengar apa yang dikatakannya. Buku ini benar-benar luar biasa, laksana oase di tengah gurun pasir. Mungkin buku ini adalah salah satu perantara Allah yang membuatku berhasil bangkit dari keterpurukan. Buku ini yang menyihirku hingga dapat melihat purnama di tengah malam, melihat fajar menyingsing di ufuk timur dan melihat pelangi yang melengkung sempurna di kaki mendung.
Untuk siapapun yang sedang dirundung masalah dan merasa sulit untuk keluar dari lubang hitam itu. Bacalah keempat buku yang telah aku paparkan disini. Keempatnya mengajarkan kita untuk menghadapi musibah dan kesedihan dengan berbagai senjata. Baik senjata yang kita hasilkan dari kekuatan diri kita masing-masing, senjata dengan kekuatan bumi atau orang-orang sekitar kita, hingga senjata dengan kekuatan langit atau Allah SWT. Dan yakinlah, bahwa selalu ada kemudahan yang mengiringi segala kesulitan. Biarkan alam semesta bekerja untuk kita. Dan syukurilah sekecil apapun ‘keajaiban’ yang melingkupi setiap detik dalam kehidupan kita.
Untuk semua sahabatku yang membaca tulisan ini, ucapku tulus dari jiwa yang pernah luluh lantak karena kesedihan. Aku, engkau dan kita semua adalah makhluk Allah.  Dan Allah memberikan suatu musibah atau kesedihan karena Allah masih sangat menyayangi kita. Percayalah. Namun jika masih belum percaya, bacalah keempat buku ini lalu katakan dengan lantang “Selamat tinggal wahai kesedihan.” Barakallah.

No comments:

Post a Comment