Sunday, April 21, 2013

Generasi Pelurus Bukan Penerus



“Welcome to Bloggers Shout Out Community”, kataku pada diriku sendiri. Apa itu BSO? BSO adalah sebuah komunitas para blogger yang direkomendasikan oleh temanku Pandu Wijaya Saputra. Dan well done, setelah aku membaca homepage komunitas ini, aku berfikir satu hal, “It’s really great”, kenapa? Karena visi misinya jelas, berbeda dengan komunitas blogger lainnya yang terhitung kurang disiplin meski banyak yang mengatakan ‘kedisiplinan’ itu tak jauh berbeda dengan ‘keribetan’. Komunitas ini memang ‘agak’ sedikit mengikat dan tegas. Bagaimana tidak, baru bergabunga saja langsung segambreng peraturannya. Haha.
Salah satunya adalah harus langsung membuat postingan pre-project ini yang isinya harus mempromosikan BSO. Tapi gak papa, emang layak dipromosiin juga kok. Selain itu setiap bulannya komunitas ini punya project khusus. Ini ya aku kutip salah satu kewajiban seluruh member di komunitas ini, “Berperan aktif dan mengikuti Blogger Campaign secara rutin setiap bulannya, penuh semangat, dan pastinya tepat pada waktu yang sudah ditentukan.”
Kemudian ada konsekuensinya juga :
1.       Pelanggaran pertama, akan diberikan peringatan
2.       Pelanggaran kedua, akan dikeluarkan #glek
Trus ada juga adminnya bilang gini, “Admin akan melakukan BLOG INSPECTION pada tanggal 2 setiap bulannya untuk memastikan kelengkapan kewajiban. Yang belum lengkap sampai tanggal 2, akan ter-kick out oleh admin.” #jleb

Thursday, April 18, 2013

Rahim Kami, Pembuka Surga



Selepas menyelesaikan dua tulisan yaitu #EdisiAbiOTW dan ‘Karena Perempuan Terkadang Lupa Betapa Berharga Dirinya’, aku mengambil sebuah buku berjudul Sirrul Asrar karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, ternyata baru ku baca sinopsis dari sampul buku tersebut saja, karena ianya masih tersegel dengan rapi. Bahkan masih ada beberapa buku yang bernasib sama, mashaAllah. Serasa sedang menganak tirikan mereka, maaf. Cepat atau lambat, aku akan berkhalwat satu per satu dengan kalian, insyaAllah.
Kembali ke Sirrul Asrar, aku hanya mencapai bab ke tiga dari buku tersebut, aku benar-benar butuh waktu yang lebih lama untuk mengintrepretasikan tiap kalimat yang beliau sampaikan. Tiap untaian paragaraf dirangkai sedemikian rupa dari berbagai ayat Quran, hadits , kitab-kitab klasik dan tentunya hasil cerapan ilmu yang beliau miliki. Dan tak terasa jam sudah mendekati pukul satu dini hari. Demi kelangsungan keseimbangan tubuhku, aku memaksa diriku untuk menutup buku dan memejamkan mata. Lalu terbangun pukul empat, dan tahukah kalian apa yang ada dibenakku saat itu? Aku katakan, “Astaghfirullah, aku belum shalat ashar, sudah jam berapa ini!”. Ya begitulah, tingkat kesadaran membuat shubuh dan ashar menjadi area abu-abu. Dan setelah aku menyadari kebodohanku, aku tertawa dan kembali beristighfar, benar-benar menggelikan, hha.
Sekarang jam menunjukkan pukul 06.21 di pojok desktopku, ntah kenapa aku sangat ingin menceritakan kembali beberapa kisah yang berkaitan dengan dua tulisan ku sebelumnya, kisah-kisah ini mungkin telah banyak yang mengetahuinya, karena di beberapa buku yang aku baca atau dari penyampaian orang lain telah banyak yang membahas kisah inspiratif ini.
Akan aku mulai dengan kisah Ashim bin Umar bin Khatab Ra :

Karena Perempuan Terkadang Lupa Betapa Berharga Dirinya

 
Tiap melihat cover laman facebook diri sendiri, selalu ada bunga-bunga perasaan indah yang melintas kemudian semakin merekah. Sebuah mimpi yang terlalu indah untuk dibayangkan dan terlalu berkah untuk dimasuki. Sebuah keluarga yang beralaskan Islam, berdindingkan keimanan dan beratapkan keridhoan langit. Didalamnya selalu dibacakan kalam illahi Rabbi, didirikannya sunnah Rasulullah SAW, dan diliputi kecintaan karena Allah semata. Masha Allah. Benar-benar layaknya surga dunia.
Lalu kemudian aku bercermin, layak kah seorang perempuan seperti diriku mendapatkan itu semua? Namun tak ada jawaban layak atau tidak dari pantulan cermin itu, ia hanya tersenyum dengan wajah sendu dan mengatakan, “Kalau sekarang engkau merasa tak layak, maka buatlah dirimu layak mendapatkannya, karena engkau seorang perempuan.” Aku cermati benar-benar kalimat darinya, kemudian aku ikrarkan dalam hati, “Ya benar, aku harus membuat diriku layak, karena aku seorang perempuan!”
Saudariku tercinta, aku pernah membaca sebuah tweet yang mengutip pembicaraan antara malaikat dan Allah. Namun kekuatan sanadnya tidak disebutkan secara jelas. Suatu waktu malaikat bertanya, “Apa kekurangan wanita?” Lalu Allah menjawab, “Hanya satu hal, wanita terkadang lupa betapa berharga dirinya.” Wallahualam. Namun terlepas dari kekuatan sanad dari percakapan ini, marilah kita garis bawahi pernyataan, ‘Wanita terkadang lupa betapa berharga dirinya’ serta ucapanku yang mengatakan ‘Karena aku seorang perempuan!’. Beberapa menit kedepan aku akan berusaha membuka sedikit kesadaran kita semua sebagai seorang perempuan tentang betapa besarnya andil kita di dalam dunia dan betapa seringnya kita melalaikan kemuliaan luar biasa yang Allah sematkan ke hidup dan kehidupan kita.

#EdisiAbiOTW



Bismillahirahmanirahim, jujur dari awal penulisan ini, penulis benar-benar belum memiliki bayangan akan menjadi seperti apa tulisan ini akhirnya. Tulisan ini merupakan sebuah permintaan khusus dari seorang kakak perempuan yang selalu berdiri dan menginspirasi penulis selama ini. Baiklah, kita bahas dulu topik yang akan diangkat kali ini.
Semua ini berawal dari liqo para akhwat angkatan 2010 di musholla, tiap hari Sabtu dengan pembahasan yang berbeda-beda. Namun selalu ada satu pembahasan yang tak pernah luput dari liqo kami, apalagi kalau bukan tentang pernikahan. Hehe. Begitulah kenyataannya, obrolan tentang pernikahan serasa sebuah bahasan yang sangat menarik dan tak ada habisnya. Kadang kami tersenyum malu-malu atau tertawa saat membahasnya. Bahkan aku pernah mengatakan, “Kalo yii punya anak nanti, mau dikasih nama Muhammad Al-Fatih”, lalu mendadak Andam dan Devi dengan setengah berteriak mengatakan, “Aku juga mau ngasih nama ituu!” (gubrak). Dan akhirnya disepakati bahwa kemungkinan besar anak laki-laki kami nantinya memiliki nama yang sama yaitu Muhammad Al-Fatih, hanya berbeda di panggilannya saja,

Sunday, April 7, 2013

Untukmu yang Mengkhianatiku



Ada satu nama laki-laki yang pernah memenuhi kehidupanku secara totalitas. Saat itu ia ‘seolah’ membuatku menjadi perempuan paling bahagia di dunia karena cinta yang kami rasakan. Rasanya tak pernah sama sekali aku menenggelamkan diriku dalam suatu samudra cinta yang terlihat tenang di permukaan namun sangat bergejolak dibawahnya. Dia sosok yang sangat luar biasa menurutku. Secara teoritis aku mengidamkan seorang pasangan dengan tipikal romantis dan tidak monotone. Namun, hal itu benar-benar tak dipenuhi olehnya. Mungkin jika dibandingkan dengan laki-laki sebelumnya, maka ia benar-benar tidak romantis dan sangat monotone. Dan itulah aku, perempuan bernama Derry Oktriana yang mendadak berubah menjadi sosok lain. Aku meyakinkan diriku bahwa aku benar-benar mencintainya karena satu hal yang tak dimiliki oleh siapapun sebelumnya, yaitu dia satu-satunya laki-laki yang mampu membuatku tersenyum bahkan tertawa tanpa ia harus melakukan apapun. Menggelikan namun sangat aku sukai segala percikan dari api cinta itu.
Satu kalimat yang tepat meluluhkan pertahanan hatiku adalah saat ia mengatakan, “Ntah kenapa, aku sangat yakin bahwa kaulah tulang rusukku.”

Friday, April 5, 2013

Mereka Bilang Aku Aneh





Melakukan suatu perubahan yang dianggap terlalu drastis bagi orang lain, mungkin terkesan ‘mengkhawatirkan’. Dan sedang terjadi pada hari-hariku. Baik itu orangtuaku, kakak, abang ipar, tante-tante dan bahkan sepupuku. Serasa aku sedang melakukan suatu tindakan asusila dan dihakimi secara sepihak. Benar-benar menggelikan.
Aku percaya dan aku berterima kasih atas perhatian lebih yang mereka tambatkan untukku. Aku tahu yang mereka inginkan hanyalah yang terbaik untukku. Namun aku ingin katakan, “Jalan yang aku ambil, bukanlah hal yang salah dan patut dicemaskan, percayalah, anak perempuan kalian ini merasa jauh lebih baik sekarang.”
Kadang aku tertawa saat mendengar celotehan mereka tentangku. Dibawah ini beberapa kutipan pernyataan mereka kepadaku :
“Emang harus ya kerudung gede dan lebar kayak gitu? Gak modis!” (di Al-Quran gitu sih katanya, emang yang penting itu di mata manusia atau di mata Allah dear?)
“Jangan ikut aliran macem-macem!” (ternyata kalo ada yang usaha jadi lebih bener langsung diduga ngikut aliran macem2, trus yang gak ngikutin Al-Quran itu aliran apa ya? #kalem)