Saturday, February 16, 2013

Keajaiban itu Aku


Pernah merasakan keajaiban? Atau pernah merasakan dikelilingi oleh keajaiban? Aku teringat sebuah kalimat Albert Einstein yang mengatakan bahwa ada dua cara untuk menjalani kehidupan, pertama menganggap keajaiban itu tidak ada, kedua mengganggap semuanya adalah sebuah keajaiban. Menurut Anda, apa yang akan terjadi selanjutnya? Ya, tentu saja jika kita memilih pilhan kedua, aku akan mengatakan dengan lantang kepada Anda, “Selamat menikmati keajaiban.” Karena hidup adalah pilihan, apa yang Anda rasakan dan Anda percayai adalah hal-hal yang memiliki kekuatan untuk terwujud. Itu nyata.
Mungkin harus ada contoh konkrit yang menunjukkan bagaimana keajaiban itu dapat terjadi. Bisa dimulai dari diri sendiri, orang-orang terdekat kita atau melalui biografi tokoh-tokoh tertentu. Kali ini aku akan membahas dari sudut pandang pribadi seorang Derry Oktriana.
Keajaiban, sebuah kata yang indah saat diucapkan. Memiliki sebuah daya magis yang tak mampu terdefinisi secara totalitas. Ada kekuatan Allah disana. Layaknya risalah langit yang turun melalui jemari para malaikat. Dan telah tertulis secara megah dalam Lauhul Mahfudz.
Tulisan kali ini akan membawa Anda untuk mencermati lebih dalam dengan hati nurani tentang segala keajaiban yang terjadi dalam hidup dan kehidupan Anda sendiri. Sebelumnya aku berharap Anda akan melakukan hal-hal yang aku tulis setelah ini. Janji ya. Hehe.
Pertama, secara perlahan pejamkan mata Anda, tarik sebuah nafas panjang dan dalam lalu hembuskan, lakukan hal tersebut beberapa kali. Rasakan dengan seksama darah yang mengalir hingga ke ujung jari-jari Anda. Kemudian rasakan otot-otot yang bekerja saat Anda mengedipkan mata, saat Anda menarik sudut bibir untuk tersenyum. Rasakan dengan penuh kelembutan. Sekarang, kombinasikan antara keduanya, tersenyumlah hingga susunan gigi Anda terlihat dan diiringi dengan mata Anda yang turut tersenyum. Ada kebahagiaan disana, apakah Anda merasakan hal yang sama denganku? Itu aku sebut keajaiban.
Lalu sekarang coba dengarkan degupan jantung Anda atau letakkan dua jari Anda di sekitar leher dan rasakan denyut nadi yang menyentuh lembut dengan nada sederhananya. Bukankah ada kehidupan disana? Itu juga aku sebut keajaiban.
Keajaiban itu ada dan sifatnya nyata. Hanya kadang diri ini terlalu sombong dan menafikan segala pemberian dari Zat Mahapemberi. Sekarang marilah kita bersama-sama membalikkan badan. Mengingat semua keajaiban yang mungkin dilupakan untuk kita syukuri atau tidak pernah kita syukuri. Keajaiban tentang nafas hari ini, lelapnya tidur setiap malam, sebuah keluarga, pendidikan yang layak, kendaraan yang nyaman, nama baik, rumah yang teduh, negara yang aman, dan banyak lagi. Belajarlah menghargai sekecil apapun hal yang terjadi dalam hidup kita, dan sebutlah itu semua sebagai keajaiban, keajaiban dari Zat Mahasegalanya. Mengapa aku menyebutnya keajaiban? Karena kita semua yang dilahirkan tidak membawa apapun ke dunia ini selain tangisan. Bukankah bayi yang lahir hanya membawa bekal sebuah tangisan? Ya, itulah kita. Lalu tiba-tiba kita mencapai tahap seperti sekarang, memiliki banyak hal. Sahabatku, percayalah, itu semua adalah keajaiban.
Perhatikan sejenak gambar di tulisan ini, itu adalah foto yang diambil saat seorang bayi memegang jari dokter yang mengeluarkannya secara caesar. Maha besar Allah dengan segala caraNya yang luar biasa.
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (QS Ad-Duha ayat 8)
Bagi Anda yang telah menyadari tentang segala keajaiban yang meliputi hidup dan kehidupan Anda. Ucapkanlah hamdalah sebanyak-banyaknya dengan penuh rasa yakin, percaya, bebas dan benar-benar menyadari bahwa Allah telah mengatur segala keajaiban dalam hidup Anda. Bahkan kita sendiri mampu menciptakan keajaiban itu semua dengan izin Allah. Karena adanya kita dalam dunia ini juga merupakan sebuah keajaiban. Ya, kita adalah keajaiban itu sendiri. Kini marilah kita menundukkan kepala sejenak, mengakui segala kelemahan diri kita kepada Zat Mahatinggi, Allah SWT.
“Ya Allah, ya Rabb, tiada siapapun yang mampu menghalangi jika Engkau bermaksud memberi keajaiban. Dan tiada siapapun yang mampu memberi jika Engkau bermaksud menghalangi keajaiban sampai kepada kami. Wahai Zat yang menguasai segala pujian, ampuni kurangnya rasa syukur kami padaMu, cukupkan kami dengan segala pemberianMu. Biarkan kami mampu merasakan segala keajaiban dalam ketenangan sepanjang sisa umur kami. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”
Sahabatku, dengan senyum merekah dan mata yang berbinar ingin aku katakan pada kalian. Selamat menikmati keajaiban. Barakallah. (^_^)

No comments:

Post a Comment