Saturday, March 23, 2013

Rahasia Lilin dan Api



Aku mengupdate sebuah personal message di handphoneku yang bertuliskan, “Saat engkau meniup api dari sebuah lilin dan seketika ia padam, tahukah engkau kemana perginya api itu?”. Nah, sekarang coba Anda baca sekali lagi pertanyaan itu lalu aku berikan waktu untuk berpikir sejenak. Bagaimana? Sudah memiliki jawabannya? Baiklah, kita cocokkan jawaban-jawaban Anda dengan berbagai macam jawaban dari teman-temanku. Dengan inisial saja yah, yang merasa itu jawabannya, cuma mau bilang makasih karna udah mau jawab. Hehe. (^_^)
Ada temenku yang sama sekali gak mau mikir kayaknya dan ngejawab :
RB : Kemana perginya yi? Aku gak tau (ini tipe ditanya malah nanya balik,hihi)
Ada lagi, yang jawab sambil ngegombal :
DDN : Apinya pergi bersama hilangnya kegalauan hati gw (ini jawab sambil move on,hha)
AN : Pergi ke awang-awang bersama bidadari di surga(ini tak terdefinisi,wkwk)
Kalau yang barusan bawa-bawa surga, yang satu ini lebih ekstrim :
PK : Ke neraka, wkwkwk (ini kebanyakan main api,hha)
Ada juga yang jawabnya pendekatan ilmiah :
DIP : Berubah bentuk ya? (ini orang yang paham hukum kekekalan energi,hoho)
RA : Hilang ditelan James Watt (dia bilang ini kelirumonologi, kan seharusnya Thomas Alfa Edison)
OPW : Kehirup yii apinya, disaring di hidung, diolah di paru-paru, dibuang ampasnya dari mulut, haha (ini anak sains murni kayaknya,wkwk)
Nah, ada juga yang nyebelin banget jawabnya :
MR : Pergi jauh ntah kemana menn, udah gak usah aneh-anehlah menn, yang real-real aja (ini anak gaul yang jawab,haha)
Jawaban-jawaban mereka itu semua udah cukup memenuhi harapan aku sesungguhnya. Sangat memenuhi malah. Kenapa? Kita bahas satu jawaban yang paling mendekati ya

Tuesday, March 19, 2013

Sakit Jiwa


“Sakit jiwa!!!”, dua kata yang beberapa bulan terakhir ini kerap kali didengungkan di telingaku. Awalnya hanya segelintir orang yang mengatakannya, yah hanya teman-teman sekitaranku dengan ungkapan, “Sakit jiwa lu Der!!!” atau “Lu tuh freak banget Der!!!”. Dan responku hanyalah tertawa sambil mengatakan, “Iye, udah hampir schizofren ini menn.” Tentu saja mereka semakin menimpali dengan, “Emang udah sinting lu Der!!!”. Akhirnya kamipun tertawa bersama, haha. Ntah apa yang ada di pikiranku, menertawai diriku sendiri sepertinya. Perbuatan bodoh yang cukup menjadi rutinitas belakangan ini.
Dan sekarang, dua kata mematikan itu kembali menjadi perdebatan di meja makan. Aku memiliki seorang abang sepupu bernama Maulana Okta Rheza, ia sedang mengambil stase koasnya di bidang kejiwaan. Yah, dia seorang dokter muda dari Universitas Trisakti. Mungkin ini kesekian kalinya dia mengatakan hal yang sama dan berulang-ulang. Awalnya saat aku memangkas rambutku hingga tak lebih dari 2cm, dia mengatakan “Lu depresi banget ya Der? Mending lu cek dah ke dokter!”. Lalu sekitar beberapa minggu yang lalu ia katakan, “Lu tuh punya potensi besar buat sakit jiwa, asal ada pemicu yang cocok aja, lu bisa-bisa sakit jiwa beneran, kalo udah sampe schizofren, udah dah gak bakal sembuh lagi, percaya kata gua!”. Dan hari ini 19 Maret 2013,

Tuesday, March 12, 2013

The Inspiring True Love Story


Aku baru saja menghabiskan satu buku yang berjudul “Balada Cinta Suci Ali-Fatimah” karya Badiatul Roziqin. Baru saja di bab pertama air mataku telah mengucur dan hingga di pertengahan bab kedua air mataku telah menggenang laksana banjir. Masha Allah, buku ini benar-benar meruntuhkan pertahananku, mendesirkan kelembutan hati yang amat sangat dalam. Tak banyak yang dapat aku katakan, namun aku akan mengutip sebuah hadits Rasulullah yang terdapat dalam buku ini :
“Bila Fatimah tidak diciptakan, Ali tidak akan mempunyai isteri. Bila Ali tidak diciptakan, maka Fatimah tidak akan memiliki pasangan.”
Begitulah luar biasanya kedua pasangan ini hingga Rasulullah SAW banyak sekali menjadikan mereka suri tauladan bagi umatnya. Mungkin telah banyak yang mengetahui bahwa sebelum menikah dengan Ali, Fatimah telah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, namun dengan halus Rasulullah berkata, “Tunggulah ketetapan dari Allah.” Dan jawaban itulah yang menyadarkan Abu Bakar dan Umar bahwa lamaran mereka ditolak. Lalu bagaimana dengan Ali? Dia sangat segan untuk melamar Fatimah karena ia tak memiliki sesuatu apapun untuk dijadikan mahar ditambah lagi dengan penolakan Rasul terhadap dua orang yang menurutnya sangat layak sebagai pendamping Fatimah. Namun atas dorongan dari kerabat, Ali pun memberanikan diri untuk menghadap Rasulullah.
Hari itu Ali mengetuk pintu Rasulullah dan hendak mengutarakan niatnya melamar Fatimah. Namun mendadak lidahnya kelu tak mampu mengucapkan sepatah katapun saat Rasulullah berada di hadapannya.

Saturday, March 9, 2013

Karena Keperawanan Tak Kenal Chapter Kedua


Tulisanku sebelumnya telah mempromosikan buku karangan Ustadz Felix Siauw yang berjudul “Udah Putusin Aja”. Kali ini aku ingin membahas mengenai salah satu opini yang dikemukakan oleh beliau dalam bukunya tersebut. Berhubung buku yang aku miliki sedang berhijrah dari satu tangan ke tangan yang lain. Jadi pengutipan opini ini mungkin agak berbeda dari buku aslinya, namun insyaAllah dengan maksud dan tujuan yang sama. Sudah siap? Ini bunyinya :
Seorang laki-laki menginginkan calon istri yang baik MASA LALUNYA, sedangkan
Seorang perempuan menginginkan calon suami yang baik MASA DEPANNYA
Nah, bagaimana menurut pendapat kalian? Jika masih belum cukup paham, monggo dibaca ulang opini tersebut. Keduanya memiliki maksud dan tujuan yang sama, yaitu mengenai calon pendamping hidup dan kehidupan. Namun ada perbedaan yang sangat kontras disana, yaitu antara dua masa yang tentu saja berbeda. Karena masa lalu adalah masa dimana segala hal, baik itu menyenangkan maupun menyedihkan ‘telah’ terjadi. Sedangkan masa depan adalah masa dimana segala hal, baik itu menyenangkan maupun menyedihkan ‘belum’ terjadi. Layaknya seorang ulama pernah berkata, “Sesuatu yang jaraknya paling jauh adalah masa lalu, karena sedetikpun kita tak akan mampu kembali kepadanya”. Lalu bagaimana? Apakah ini semua adil untuk para perempuan? Mari kita lanjutkan pembahasan ini dengan sebuah paparan yang telah aku olah dari sebuah percakapan dengan seorang laki-laki. Sehingga kita sebagai kaum Hawa dapat mengetahui secara langsung sudut pandang dari seorang makhluk yang menyebut dirinya kaum Adam ini.

Udah Putusin Aja


Felix Siauw, seorang ustadz yang baru saja mengeluarkan buku yang berjudul “Udah Putusin Aja”. Aku berusaha mencari buku ini di beberapa toko buku seputaran margonda, namun tetap saja sudah sold out. Dan pencarianku berakhir saat mengunjungi stan mizan di Islamic Book Fair (IBF) pada hari Sabtu pekan lalu. Buku ini berwarna merah jambu, cukup mencolok diantara buku-buku yang lain. Apalagi dengan sebuah judul kontroversial yang dimilikinya.
Buku ini sangat menarik, karena di visualisasikan secara ‘cerdas’ oleh Emerelda Noor Achmi. Sehingga tak hanya tulisan-tulisan panjang yang akan kita temukan disana, melainkan halaman-halaman penuh warna, gambar dan cara penulisan yang santai namun ‘jleb’. Selain itu, kolom-kolom penulisan dibuat seperti sebuah majalah atau bahkan penyusunan komik layaknya buku cerita anak-anak. Namun tentu saja isinya tidak remeh, isinya sarat makna dan sangat berkualitas.
Akan banyak sekali paparan yang ditulis secara frontal dan memaksa hati dan logika kita untuk merenung lalu menyetujui hampir dari seluruh bagian buku tersebut. Maka dengan sangat antusias, saya akan mengatakan pada Anda. Beli dan baca buku ini, segera! Atau pinjam dari teman Anda yang sudah memilikinya. Dan bagi yang sudah memilikinya harap meminjamkan kepada teman-teman Anda. Karena tak ada kebaikan yang layak untuk ditunda, right? Percayalah, buku ini sangat bermanfaat hampir untuk seluruh generasi. Baik tua maupun muda. Laki-laki maupun perempuan. Remaja hingga tua renta. Jadi tunggu apalagi? Dibaca segera ya, hehe. (^_^)

Reborn of Derry Oktriana


Belakangan ini aku sering sekali mematut diri di depan kaca lalu berbicara dengan pantulan wajah di cermin itu. Atau duduk di atas sajadah setelah shalat sambil berinteraksi langsung dengan diri sendiri. Kadang aku memanggilnya Oktriana, kadang aku memanggilnya lengkap dengan sebutan Derry Oktriana atau kadang aku menyebutnya saudara perempuanku. Hal ini kadang terasa aneh, namun lama kelamaan menjadi hal yang lumrah bagiku. Karena ada satu makhluk yang menemani kita selama ini namun jarang sekali kita dengarkan, jarang sekali kita meminta maaf kepadanya. Dan makhluk itu adalah diri kita sendiri.
Aku sangat percaya dengan ungkapan yang mengatakan bahwa memaafkan kesalahan orang lain jauh lebih mudah ketimbang memaafkan kesalahan diri sendiri. Dan hal ini terjadi padaku. Kadang aku berfikir aku terlalu menuntut banyak pada jasad dan jiwa ini. Ia terus-terusan mengabdikan dirinya pada orang-orang yang seharusnya ia laknat mentah-mentah. Padahal secara fitrah dan kodrati manusia hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenang. Lalu untuk apa menuhankan orang lain? Untuk apa menuhankan makhluk yang sama-sama berawal dari setetes air yang hina?