Saturday, February 9, 2013

Hijrah? Bismillah

Kamis, 10 Januari 2013. Sore itu awan mendadak kabut, langit mendadak gelap diiringi hembusan angin yang mengandung serpihan hujan. Kami meluncur ke suatu rumah yang bersebelahan dengan sebuah masjid. Rumah yang memberikan kesan tentram dan damai di dalamnya. Dengan kepala tertunduk dan berusaha menyembunyikan bulir-bulir air dari sudut mataku, aku merangkai kata demi kata untuk menggambarkan keadaan jiwaku saat ini. Beliau mengatakan banyak hal, sembari menanggapi blog yang berisi belasan postingan teriakan batinku. Ntah hal apa yang harus ku tulis kini, seluruh kalimatnya berputar-putar di alam bawah sadarku. Aku tau benar tentang semua yang akan dan telah beliau katakan. Keberanian yang kubawa saat itu hanyalah untuk mendengarnya langsung dari mulut beliau. Aku telah berjanji di ashar itu, apapun yang akan beliau katakan dan anjurkan padaku akan ku jadikan bentuk tawakkal dan keridhoanku. Bukankah selama ini aku berharap Allah memberikan jawaban frontal bagiku? Inilah dia, ku anggap beliau sebagai sosok perantara Allah kepadaku.
Seorang hafidz Al-Quran dan mendalami siroh Nabawiyah.
Seluruh hal yang beliau sampaikan, mengalir lembut hingga relung terdalam jasadku. Tidak mendiskreditkan apapun, menguatkanku untuk bergerak kedepan namun tetap berusaha menyentuh sisi perempuanku yang lemah dan rapuh ini. Beliau seolah tak memaksaku untuk bangkit, yang beliau lakukan adalah mengajakku bangkit, mengambil segala isyarat yang Allah berikan padaku. Beliau tak membiarkan secuil rasa sakitpun boleh menghampiriku lagi. Aku harus bangkit dan bergerak kedepan bahkan berlari. Dan segala hal yang sudah berada dalam tahap sekompleks ini harus dihadapi dengan cara-cara yang ekstrim pula.
Beberapa hal yang harus aku lakukan adalah :
1.       Mengikhlaskan semua yang telah berlalu dan ridho dengan segala kehendakNya
2.       Memaafkan diri sendiri dan berfokus pada perbaikan ruh dan jiwa di hadapanNya
3.       Bersabar atas penzaliman orang lain dan memaafkan mereka
4.       Melenyapkan segala hal yang ada sangkut-paut dengannya dari kehidupan
5.   Berhenti menyakiti diri sendiri dengan menutup mata dan pendengaran tentangnya baik dunia nyata maupun dunia maya
6.       Berhenti mendapat belas kasihan, karena hanya Allah lah tempat menadah tangan dan memohon pertolongan
7.       Senantiasa memelihara kedekatan dengan Allah melalui peningkatan ibadah
Itulah beberapa hal yang dapat kupetik dari silaturahim yang damai dan mendamaikan sore itu. “Sudah siap?”, tanya beliau kepadaku. “Harus siap”, dengan nada lirih dan berusaha menguatkan hati jawabku. Bismillah ya bismillah, yang akan terus aku ucapkan agar tiap helaan nafas ini tetap diisi dengan rasa syukur padaNya.

No comments:

Post a Comment