Saturday, February 9, 2013

Jodohku, Kau atau Dia?


Cinta? Kata yang slalu dikumandangkan banyak orang, baik tua, muda, si kaya, si miskin, laki-laki, perempuan bahkan anak-anak. Islam, Allah SWT dan Rasulullah SAW tidak pernah melarang suatu rasa yang disebut “CINTA” ini. Hanya saja cara yang digunakan untuk mewujudkan cinta itulah yang diatur dengan tegas. Tidak ada istilah “Pacaran Islami”, seolah-olah mencampur adukkan antara dakwah dan maksiat, mungkin ada benarnya istilah yang menyebutkan “Maksiat Berkedok Dakwah”, astaghfirullah. Lalu bagaimana seharusnya? Tentu saja dengan merealisasikan dengan sebuah ikatan suci, bukan dengan ikatan tak pasti dan berujung patah hati.
Karena ini semua bukan masalah janji-janji. Bukankah itu hanya dan tetaplah sebuah janji? Beralihlah ke segala hal yang pasti-pasti. Karena sungguh, yang akan sakit hati dan patah hati adalah yang menanti. Sudahlah, halalkan atau tinggalkan. Nikahi atau sudahi.
Kadang ada hal yang slalu membuat perutku menahan geli, yaitu aku tersadar bahwa aku sedang hidup di suatu peradaban dimana pernikahan dianggap SARA sedangkan perzinahan dianggap biasa. Benar-benar menggelikan. Astaghfirullah.
Al-Quran itu sudah jelas menyebutkan kata “laki-laki” sebanyak 23 kali. Dan menyebutkan kata “perempuan” sebanyak 23 kali juga. Bukankah itu sebuah pertanda dan semakin meyakinkan kita bahwa kita memang diciptakan berpasang-pasangan? Dan jika dijumlahkan, akan menghasilkan bilangan 46. Bukankah bilangan tersebut sama dengan jumlah kromosom manusia?
Mahasuci Allah dengan segala pengetahuanNya. Jadi bagaimana? Masihkah ada pernyataan, “Jodohkan di tangan Allah”. Ya, memang benar di tangan Allah. Lalu, apakah kita akan tetap membiarkannya tetap berada di tangan Allah dan tak berusaha untuk mengambilNya? Semoga kita mengambilnya dengan cara-cara yang diridhoi dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. Amin.
Namun seyogyanya, laki-lakilah yang berusaha lebih keras untuk menjemput sang belahan jiwa. Layaknya Nabi Adam AS yang harus menempuh ribuan mil untuk bertemu Siti Hawa. Dan seyogyanya pula, perempuan yang menunggu sembari memperbaiki dan memantaskan dirinya.
Sekarang pertanyaan besar menghampiriku. Mengapa aku mempertaruhkan sesuatu yang tak ada duanya dan tak akan pernah kembali dengan sebuah pengkhianatan? Bukankah kau yang meninggalkan dan mengkhianati perempuan yang ingin berubah jadi lebih baik ini? Kenapa kau tidak bersyukur dan menempuh jalan bersama dengannya demi mencapai ridhoNya? Bukankah wanita ini yang telah  mempercayakan hidup dan kehidupannya untukmu? Lalu mengapa kau membunuhnya, menghancurkan hidupnya dan pergi tanpa rasa bersalah? Kau lebih memilih memuntahkan segala keegoisanmu dan memfitnahnya. Mengapa kau mengubah kebenaran dengan suatu pembenaran akan segala kesalahanmu? Waktulah yang akan menunjukkan, atau lebih tepatnya sudah menunjukkan. Bukankah kau yang memfitnahku dahulu? Lalu lihatlah, apa yang terjadi sekarang. Fitnah itu berbalik ke arahmu. Kau yang dengan sadar melakukannya.
Sadarlah, kebohongan tetaplah kebohongan meskipun semua orang mempercayainya. Dan kejujuran tetaplah kejujuran meskipun tak ada satu orangpun yang mempercayainya. Aku menyadari bahwa sangatlah penting untuk mengetahui segala hal yang benar. Namun, apakah hanya dengan mengetahui kebenaran sudah lebih dari cukup? Tentu saja tidak. Karena hal yang jauh lebih penting adalah melakukan segala hal yang benar. Hal ini juga memiliki kesamaan dengan lebih baik melakukan apa-apa saja yang kita lisankan, ketimbang slalu melisankan apa-apa saja yang kita lakukan.
Demi Tuhan bagi segala sesuatu dan Sang Pemilik segala sesuatu. Kadang aku merasa menjadi seorang perempuan paling beruntung dan paling binasa sedunia dalam waktu bersamaan. Sungguh, aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan diriku sendiri, keburukan iblis dan kemusyrikan iblis. Astaghfirullah. Pertanyaan ini masih menyesakkan dan terus menyeruak di batin ini. Mengapa kau terus berkeras hati saat diajak menolak maksiat? Mengapa kau tetap memilih jalan berbatu itu saat diajak menuju taat? Ayolah, aku ingin menikah dengan dia yang mengimpikan melalui surga bersamaku. Dengan dia yang membuatku semakin cinta kepada Zat Mahacinta. Dan aku ingin kau yang menjadi sosok itu. Aku ingin merintis perjalanan penebusan ini bersamamu, aku benar-benar ingin menyium wangi surga bersamamu. Percayalah, perempuan bodoh ini masih disini, berdoa dan menanti, agar suatu hari, kekasihnya kembali, dan akan dia ikat dengan pengabdian sampai mati. InsyaAllah.
Perempuan ini masih sangat percaya bahwa surga bukanlah diperuntukkan bagi orang-orang yang tak berdosa. Melainkan untuk mereka yang bertaubat akan dosanya dan melakukan kebajikan untuk meraih ridhoNya.
Kau tahu kenapa aku tak kunjung berhenti? Karena pertanyaan tolol ini masih sama, “Kalau bukan kau, lalu siapa?” Tapi sudahlah, mungkin ada baiknya kita bermuhasabah diri, meluangkan waktu kita, bukan sekedar berbicara tentang Allah tapi beralih menjadi berbicara dengan Allah.
Kuakhiri tulisan ini dengan mendoakan segala kebaikan agar slalu tercurah padamu. Semoga Allah melembutkan hatimu dan memberikan cahaya ke akal serta jiwamu. Karena aku percaya bahwa kita semua berada dalam janji dan ancaman Allah SWT. Biarkan aku mengutip satu ayat dari firmanNya yang berbunyi :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu.” (QS.Al-Mu’min : 60)
Percayalah, masih ada namamu dalam tiap sujudku. Namun jika memang bukan kau, semoga Allah menggantikan dengan yang jauh lebih baik. Dan aku diberi kekuatan dan keikhlasan oleh Zat yang Mahakuat ini. Amin. Amin ya Rabbal alamin.

No comments:

Post a Comment