Aku merasa
menjadi seorang pengkhianat tiap menit ke menit. Sebuah pengkhianatan terhadap
diri sendiri yang terus berlangsung tanpa jeda. Aku teringat di hari itu, hari
dimana aku kehilangan seorang perempuan dan tlah aku
kuburkan tepat di bawah kedua kakiku. Dia menangis dan meronta memohon
pertolongan dan belas kasihan. Tapi aku tak membiarkannya, dengan tangis dan
darah yang masih mengalir, aku menguburkannya hidup-hidup. Aku tlah menyiapkan
lubang pemakamannya jauh sebelum hari ini, hanya saja keberanian itu baru ku
rengkuh. Aku membiarkannya mati. Mati sesegera mungkin di bawah sana. Karena
penduduk bumi hanya akan membunuhnya secara perlahan. Aku benar-benar tak tahan
melihat itu semua. Biarkan aku yang menjadi penjahat demi ketenangan dirinya,
aku bungkam teriakannya, aku hentikan tangisnya, dan aku balut seluruh perih
lukanya. Kini dia sudah terdiam, membeku dengan mulutnya yang mengatup rapat.
Tapi butiran air mata itu masih menggenangi kuburnya. Ternyata luka itu masih
bersemayam dalam jiwanya. Jasadnya boleh mati namun hatinya masih rapuh dengan
luka yang menganga.
Suatu hari
jiwa itu akan bangkit dari kuburnya. Memenuhi panggilan Sang Pencipta. Atau aku
yang harus membongkar kuburnya dan membiarkan ia hidup kembali?
Akan aku gali kuburnya dengan kedua tanganku. Akan aku peluk jasadnya yang dipenuhi tanah dan luka. Akan aku hidupkan ia dengan air mata kerinduan. Aku akan memaafkannya dan membebaskannya dari seluruh kesalahan yang telah ia perbuat. Karena dialah yang paling setia menemaniku selama ini, aku akan berjuang bersamanya. Ya, berjuang bersamanya.
Akan aku gali kuburnya dengan kedua tanganku. Akan aku peluk jasadnya yang dipenuhi tanah dan luka. Akan aku hidupkan ia dengan air mata kerinduan. Aku akan memaafkannya dan membebaskannya dari seluruh kesalahan yang telah ia perbuat. Karena dialah yang paling setia menemaniku selama ini, aku akan berjuang bersamanya. Ya, berjuang bersamanya.
Kuakhiri dengan
sebuah doa untuk kekuatan kami bersama :
“Ya Allah ya Rabb, jadikan nafas yang
berhembus ini sebagai suatu amal ibadah yang mampu memberatkan timbangan
kebaikan kami nantinya. Dan jadikanlah nafas yang akan terhenti dalam waktu yang
mungkin tak lama lagi ini sebagai pemutus dosa kami dari dunia yang fana ini. Demi
Engkau Zat Mahakekal dan Mahabaik, gantikanlah
tempat yang lebih kekal dan jauh lebih baik dari ini semua. Amin amin ya Rabbal
‘alamin.”
No comments:
Post a Comment