Bismillahirahmanirahim,
jujur dari awal penulisan ini, penulis benar-benar belum memiliki bayangan akan
menjadi seperti apa tulisan ini akhirnya. Tulisan ini merupakan sebuah
permintaan khusus dari seorang kakak perempuan yang selalu berdiri dan menginspirasi
penulis selama ini. Baiklah, kita bahas dulu topik yang akan diangkat kali ini.
Semua ini
berawal dari liqo para akhwat angkatan 2010 di musholla, tiap hari Sabtu dengan
pembahasan yang berbeda-beda. Namun selalu ada satu pembahasan yang tak pernah
luput dari liqo kami, apalagi kalau bukan tentang pernikahan. Hehe. Begitulah
kenyataannya, obrolan tentang pernikahan serasa sebuah bahasan yang sangat
menarik dan tak ada habisnya. Kadang kami tersenyum malu-malu atau tertawa saat
membahasnya. Bahkan aku pernah mengatakan, “Kalo yii
punya anak nanti, mau dikasih nama Muhammad Al-Fatih”, lalu mendadak
Andam dan Devi dengan setengah berteriak mengatakan, “Aku juga mau ngasih nama
ituu!” (gubrak). Dan akhirnya disepakati bahwa kemungkinan besar anak laki-laki
kami nantinya memiliki nama yang sama yaitu Muhammad Al-Fatih, hanya berbeda di
panggilannya saja,
Devi mendapat bagian Muhammad, Andam mendapat bagian Ali, sedangkan aku, Fatih. (sesungguhnya kesepakatan ini diambil secara sepihak oleh penulis,wkwk)
Devi mendapat bagian Muhammad, Andam mendapat bagian Ali, sedangkan aku, Fatih. (sesungguhnya kesepakatan ini diambil secara sepihak oleh penulis,wkwk)
Nah kembali ke
topik, disela-sela obrolan kami yang sudah memikirkan tentang anak ini, hingga
ke bagaimana cara mendidik mereka agar mampu menjadi penerus dakwah. Salah
seorang temanku bertanya, “Udah ngomongin anak aja,
abinya mana?”, lalu dengan muka polos diiringi senyum merekah aku
menjawab, “Abinya lagi otw.” Dan seketika kami
semua tertawa. Ada yang menambahkan, “Kok lama banget otwnya? Belum nyampe2 juga?”
atau ada yang mengatakan “Jangan-jangan abinya udah on the spot.” Haha. Ya
sudahlah, intinya, tenang aja ukh, insyaAllah abi lagi otw, umi tungguin
dirumah aja yah. Hihi. (^_^)
Di akhir liqo
kami ini, aku bertanya, “Jika kebaikan ada yg disebut
amal jariyah, apakah keburukan juga ada jariyahnya kak?”. Lalu kak
Rohmah menjawab, “Ya tentu saja, keburukan yang berasal dari diri kita dan
mungkin berpengaruh buruk pada orang lain, selama ia masih melakukan keburukan
itu, maka dosanya akan mengalir terus ke kita.” Kemudian kak Rohmah memberikan
satu contoh, misalnya kita memiliki kumpulan film-film Korea, lalu kita
memberikannya kepada teman-teman kita. Padahal isi yang terkandung sepanjang
pemutaran film tersebut belum tentu semuanya berisi kebaikan apalagi sampai
memenuhi kaidah syariat. Itu juga disebut dosa jariyah.
Atau aku suka
jika mengambil contoh seperti ini, misalnya ada seorang teman yang bertanya,
“Ada yang lagi deketin aku nih, kalo dia nembak, terima gak yah?”, lalu si
teman yang katanya ‘baik dan pengertian’ ini menjawab dengan penuh
‘kebijaksanaan’, “Dilihat dari perilakunya sehari-hari, dia anak yang baik kok,
rajin shalat dan tau agama, terima aja, kan kita masih muda ini.” (#geblek)
Yang kayak gini nih dosa jariyahnya yang keliatan sepele tapi berefek sangat
besar. Coba dibayangin, setelah teman kita jadian, lalu
segala bentuk maksiat yang mereka lakukan, mulai dari sms atau telfonan mesra,
kontak fisik dll, dosanya ngalir juga ke kita. Masha Allah. Mau apa mau
banget? Penulis lemparin farmakope kalo ada yang jawab mau. Hha. Lagipula mana
ada yang ‘tau agama’ tapi ngehalalin pacaran. Please deh guys.
Dan efek dari
liqo kali ini, dirasakan amat besar bagi saudari kita Andam Dewi Pertiwi (ini
judulnya promosiin Andam,hihi). Sepulang dari liqo, dia membuat sebuah status
di facebook :
Move up tahap
1 : hapus film2 dan foto2 artis yg gak penting dr laptop & tahap 2 : ngubah
musik jadi murottal (inget tambahin ruqya,kataku) #EdisiAbiOTW.
Cetar gak tuh
efek #AbiOTW nya? Hihi. Ukhti fillah, kita
renungin bareng-bareng ya sekarang, memang begitulah seharusnya seorang
muslimah bertindak. Jika telah sampai satu peringatan padanya tentang kebaikan,
segerakan. Jangan ditunda lagi. Cukup lakukan lalu istiqomahkan. Sisanya
biarkan Allah yang menyelesaikannya. Hal ini jugalah yang menjadi manfaat kenapa
kita harus rutin mengikuti liqo. Agar kita bisa saling mengingatkan dalam
kebaikan. Jangan berfikiran bahwa liqo itu kajian yang membosankan, penuh
adegan menggurui tentang agama, karena sesungguhnya liqo itu ajang mempererat
ukhuwah kita, dipenuhi adegan cinta berlandaskan persaudaraan karena Allah. Dan
jika pembaca memperhatikan status itu, diawali dengan ‘move
up’ bukan ‘move on’. Ini sudah seperti tradisi kami para akhwat penghuni
Rohis Al-Azzam, kami merasa tak cukup jika bergerak maju saja. Kami ingin
bergerak naik, mereguk keridhoan penghuni langit. Karena satu hari, cepat atau
lambat kami menginginkan berbagi karpet hijau tebal di atas sana, insyaAllah. Amiin.
Baiklah,
tulisan ini akan penulis tutup dengan sebuah doa yang mungkin terkesan sangat
ringan dan nyeleneh, namun sungguh, penulis tak bermaksud mengurangi sedikitpun
makna kebaikan didalamnya. InsyaAllah.
“Ya Allah Ya Rabb, dengan segala kekurangan
dan kelemahan sisi keperempuanan kami, kami mohon istiqomahkan kami di jalan
ini, kami ingin menjadi segelintir perempuan yang mungkin dianggap asing bagi
banyak orang, biarkan kami menjadi sekolompok perempuan
yang menjanjikan investasi dunia akhirat bagi suami kami nantinya. Kadang
kami meragu, saat melihat kebanyakan laki-laki yang lebih mementingkan nikmat
keduniawian sesaat yang tak mungkin kami berikan melalui hubungan tak halal. Namun stock ikhwan sholeh masih ada kan ya Rabb?
Tolong diperbanyak lagi, lalu kirimkan satu kepada wali kami. Karena sungguh,
kini kami tak menyediakan seat untuk ‘cinta’, jikalaupun ada yang berminat,
kami juga tak menyediakan pre-order, kami menginginkan ikhwan yang mendatangi
wali kami on the spot ya Rabb. Ya Allah ya Rabb, kami percaya dan kami yakin
bahwa janji-Mu benar. Kami akan terus memantaskan diri kami, karena #AbiUdahOTW. Tolong jaga ia dalam perjalanannya dan
sabarkan kami dalam penantian ini, amin amin ya Rabbal ‘alamin.”
asik nih, postingannya jauh lebih nyantai tapi nyentil. nyentil gak kecuma ke para calon umi tapi ke calon abi juga.
ReplyDeleteaku otw dulu yii, hehe. assalamu'alaikum.
biasanya serius n berat mulu yah? hha
Deleteiya deh, ati2 cabi (calon abii), wkwk
waalaikumsalam