Pernah
merasakan keajaiban? Atau pernah merasakan dikelilingi oleh keajaiban? Aku
teringat sebuah kalimat Albert Einstein yang mengatakan bahwa ada dua cara
untuk menjalani kehidupan, pertama menganggap keajaiban itu tidak ada, kedua
mengganggap semuanya adalah sebuah keajaiban. Menurut Anda, apa yang akan
terjadi selanjutnya? Ya, tentu saja jika kita memilih pilhan kedua, aku akan
mengatakan dengan lantang kepada Anda, “Selamat
menikmati keajaiban.” Karena hidup adalah pilihan, apa yang Anda rasakan
dan Anda percayai adalah hal-hal yang memiliki kekuatan untuk terwujud. Itu
nyata.
Mungkin harus
ada contoh konkrit yang menunjukkan bagaimana keajaiban itu dapat terjadi. Bisa
dimulai dari diri sendiri, orang-orang terdekat kita atau melalui biografi
tokoh-tokoh tertentu. Kali ini aku akan membahas dari sudut pandang pribadi
seorang Derry Oktriana.
Keajaiban,
sebuah kata yang indah saat diucapkan. Memiliki sebuah daya magis yang tak
mampu terdefinisi secara totalitas. Ada kekuatan Allah
disana. Layaknya risalah langit yang turun melalui jemari para malaikat.
Dan telah tertulis secara megah dalam Lauhul Mahfudz.
Tulisan kali ini
akan membawa Anda untuk mencermati lebih dalam dengan hati nurani tentang
segala keajaiban yang terjadi dalam hidup dan kehidupan Anda sendiri. Sebelumnya
aku berharap Anda akan melakukan hal-hal yang aku tulis setelah ini. Janji ya.
Hehe.
Pertama, secara
perlahan pejamkan mata Anda, tarik sebuah nafas panjang dan dalam lalu
hembuskan, lakukan hal tersebut beberapa kali. Rasakan dengan seksama darah
yang mengalir hingga ke ujung jari-jari Anda. Kemudian rasakan otot-otot yang
bekerja saat Anda mengedipkan mata, saat Anda menarik sudut bibir untuk
tersenyum. Rasakan dengan penuh kelembutan. Sekarang, kombinasikan antara keduanya,
tersenyumlah hingga susunan gigi Anda terlihat dan diiringi dengan mata Anda
yang turut tersenyum. Ada kebahagiaan disana, apakah Anda merasakan hal yang
sama denganku? Itu aku sebut keajaiban.
Lalu sekarang
coba dengarkan degupan jantung Anda atau letakkan dua jari Anda di sekitar
leher dan rasakan denyut nadi yang menyentuh lembut dengan nada sederhananya.
Bukankah ada kehidupan disana? Itu juga aku sebut
keajaiban.
Keajaiban itu
ada dan sifatnya nyata. Hanya kadang diri ini terlalu sombong dan menafikan
segala pemberian dari Zat Mahapemberi. Sekarang marilah kita bersama-sama
membalikkan badan. Mengingat semua keajaiban yang mungkin dilupakan untuk kita
syukuri atau tidak pernah kita syukuri. Keajaiban tentang nafas hari ini,
lelapnya tidur setiap malam, sebuah keluarga, pendidikan yang layak, kendaraan
yang nyaman, nama baik, rumah yang teduh, negara yang aman, dan banyak lagi.
Belajarlah menghargai sekecil apapun hal yang terjadi dalam hidup kita, dan
sebutlah itu semua sebagai keajaiban, keajaiban dari Zat Mahasegalanya. Mengapa aku menyebutnya keajaiban? Karena kita semua
yang dilahirkan tidak membawa apapun ke dunia ini selain tangisan. Bukankah bayi yang lahir hanya membawa bekal sebuah
tangisan? Ya, itulah kita. Lalu tiba-tiba kita mencapai tahap seperti
sekarang, memiliki banyak hal. Sahabatku, percayalah, itu semua adalah keajaiban.
Perhatikan sejenak
gambar di tulisan ini, itu adalah foto yang diambil saat seorang bayi memegang
jari dokter yang mengeluarkannya secara caesar. Maha besar Allah dengan segala
caraNya yang luar biasa.
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (QS Ad-Duha ayat 8)
Bagi Anda yang
telah menyadari tentang segala keajaiban yang meliputi hidup dan kehidupan
Anda. Ucapkanlah hamdalah sebanyak-banyaknya dengan penuh rasa yakin, percaya,
bebas dan benar-benar menyadari bahwa Allah telah
mengatur segala keajaiban dalam hidup Anda. Bahkan kita sendiri mampu
menciptakan keajaiban itu semua dengan izin Allah. Karena adanya kita dalam
dunia ini juga merupakan sebuah keajaiban. Ya, kita adalah keajaiban itu
sendiri. Kini marilah kita menundukkan kepala sejenak, mengakui segala kelemahan
diri kita kepada Zat Mahatinggi, Allah SWT.
“Ya Allah, ya Rabb, tiada siapapun yang
mampu menghalangi jika Engkau bermaksud memberi keajaiban. Dan tiada siapapun
yang mampu memberi jika Engkau bermaksud menghalangi keajaiban sampai kepada
kami. Wahai Zat yang menguasai segala pujian, ampuni kurangnya rasa syukur kami
padaMu, cukupkan kami dengan segala pemberianMu. Biarkan
kami mampu merasakan segala keajaiban dalam ketenangan sepanjang sisa umur kami.
Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”
Sahabatku,
dengan senyum merekah dan mata yang berbinar ingin aku katakan pada kalian. Selamat menikmati keajaiban.
Barakallah. (^_^)
No comments:
Post a Comment