Melakukan
suatu perubahan yang dianggap terlalu drastis bagi orang lain, mungkin terkesan
‘mengkhawatirkan’. Dan sedang terjadi pada hari-hariku. Baik itu orangtuaku,
kakak, abang ipar, tante-tante dan bahkan sepupuku. Serasa aku sedang melakukan
suatu tindakan asusila dan dihakimi secara sepihak. Benar-benar menggelikan.
Aku
percaya dan aku berterima kasih atas perhatian lebih yang mereka tambatkan
untukku. Aku tahu yang mereka inginkan hanyalah yang terbaik untukku. Namun aku
ingin katakan, “Jalan yang aku ambil, bukanlah hal yang salah dan patut
dicemaskan, percayalah, anak perempuan kalian ini merasa
jauh lebih baik sekarang.”
Kadang
aku tertawa saat mendengar celotehan mereka tentangku. Dibawah ini beberapa
kutipan pernyataan mereka kepadaku :
“Emang harus ya
kerudung gede dan lebar kayak gitu? Gak modis!” (di Al-Quran gitu sih katanya, emang yang penting itu di mata manusia atau di mata Allah
dear?)
“Jangan ikut aliran
macem-macem!” (ternyata kalo ada yang usaha jadi lebih bener langsung diduga
ngikut aliran macem2, trus yang gak ngikutin Al-Quran
itu aliran apa ya? #kalem)
“Makek kerudungnya
yang biasa-biasa aja, nanti bisa diculik!” (yang gak makek kerudung dan
makeknya buka2an juga lebih banyak yang diculik kayaknya)
“Ya udah, pakailah
kerudung lebar-lebar gitu, nanti dikasih horden sekalian!” (wah boleh itu, ntar
dijual lagi hordennya buat beli kerudung, hihi)
“Pulang dari
Jakarta bukannya modis malah kayak pulang dari pesantren!” (kalo aku kuliah di
Paris mungkin pas pulang harus buka kerudung biar dianggap wajar,wkwkwk)
“Jangan
jadi Islam yang fundamentalis!”(nah ini dia, coba di cek
dulu pengertian fundamentalis itu apa, dan emang ada orang yang mau bangun
rumah dengan pondasi yang gak kokoh?)
“Jangan terlalu
gimana pakaiannya, nanti susah diterima kerja!” (bagus dong, berarti Allah
ngehindarin kita punya atasan yang jahiliyah, lagipula kan pengen membuka lahan
pekerjaan #amiin)
“Nanti ajalah kayak
gitu, kan kamu masih muda.”(iya kalo sempet tua, kalo
mati muda gimana? #glek)
“Kan kamu bakal
dipilih sama laki-laki, kalo kayak gini, udah ketebak laki-laki gimana yang mau
sama kamu!” (bagus dong kalo udah ketebak, kan emang pengennya ini dijadiin
bentuk penyeleksian keshalihan calon suami #eeaaa)
Sudahlah,
tidak perlu diperpanjang lagi sepertinya. Anggap saja mereka dalam posisi
‘mengkhawatirkanku’ secara berlebihan. Padahal, jika difikir-fikir, aku masih
mengenakan warna-warna yang cerah, kadang shocking pink, oranye, kuning, ungu
dan lain-lain. Aku juga masih mengenakan bros berbentuk bunga ataupun boneka.
Tidak lebih menyeramkan jika mereka membayangkan bahwa mungkin suatu saat nanti
aku akan memakai pakaian serba hitam, coklat tua, biru tua, hijau tua atau
warna-warna gelap lainnya. Ditambah lagi dengan gamis dan khimar yang lebih
lebar lagi. Mungkin saat itu mereka akan sepakat bahwa
aku seorang teroris. Haha.
Sebenarnya
masih banyak yang ingin aku paparkan. Beberapa hal menggelikan yang kadang
terlintas difikiranku. Seperti, mengapa orangtua sekarang ada yang lebih
khawatir saat anaknya memakai kerudung lebar dan tidak
bermasalah saat anaknya mengumbar aurat? Mengapa mereka lebih khawatir
saat anak-anaknya rutin mengikuti pertemuan yang mengkaji Al-Quran dan hadits
tapi tidak khawatir saat anak-anaknya membuang-buang
waktu hanya untuk hal-hal keduniawian? Mengapa mereka khawatir saat
anak-anaknya menjadi aktivis dakwah tapi tidak khawatir
saat anak-anaknya menjadi aktivis pacaran? Rasanya lebih baik disebut
sok alim daripada sok jahiliyah. Hihi.
Saudariku
tercinta yang mungkin merasa dikucilkan oleh lingkungan sekitar kita, ingatlah
bahwaRasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Islam datang dengan
keterasingan dan akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah bagi orang-orang asing (al-ghuroba’). Sahabat
bertanya : “Siapakah orang-orang asing itu ya Rasulullah SAW? Rasulullah SAW
menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang berbuat
kebaikan di tengah-tengah manusia yang sudah rusak.” (HR. Ibnu Majah)
Baiklah
seperti biasa, mari kita akhiri dengan bermunajat kepada Allah SWT :
“Ya Allah ya Rabb, semoga Engkau
tetap meneguhkan hati kami meskipun seisi dunia menentangnya. Semoga kami tetap
setia pada segala kebenaran dan berusaha menyempurnakannya. Semoga Engkau
bahagiakan hati kami dengan menghilangkan segala keraguan dalam jiwa ini
mengenai dunia. Karena sungguh, tak pernah ada satupun
keraguan yang layak dirasakan dalam jalan yang telah Engkau janjikan untuk
mengokohkan pijakannya.Kami rela Engkau matikan dalam keterasingan
asalkan ianya mampu meninggikan derajat kami di mata-Mu. Perkenankanlah doa
kami ya Rabb. Kami memohon dengan sangat. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”
Catatan
untuk pembaca :
Satu
opini yang sangat ingin aku tanyakan dan mengetahui jawaban dari para pembaca
melalui chatbox atau comment di blog ini, apakah kita
rela menjual kenikmatan akhirat yang kekal dengan kenikmatan dunia yang
sementara ini? Thanks before (^_^)
Satu riwayat mengumpamakan para mu'min di akhir zaman mempertahankan keimanannya seperti memegang bara api, yg tak kuat maka ia lepaskan -waallahu a'lam
ReplyDeletetentu semua akan memilih yg kekal tapi dalam pelaksanaanya mencapai fikiran , prilaku,dan kecondongan tuk perbekalan amal baik ada peran hidayah Allah,,
dan itu adalah hal yang ditunggu tapi dicari,
yah.. kira2 begitu
aku pernah baca juga riwayat itu kak, bener2 jleb maknanya, semoga Allah ridho dengan niat kita dan semakin dikuatkan yah kak, amiin :')
Deleterevis : maksudnya hidayah bukan ditunggu tapi di cari :)
ReplyDeletecuma bisa senyum-senyum melihat kekhawatiran mereka. ;)
ReplyDeletetetap berusaha menuju kesempurnaan, abaikan yang mengasingkan. memang pada dasarnya hanya diri sendiri yang tidak selalu merasa asing terhadap diri sendiri yii.
setidaknya diri sendiri lah yang lebih mudah terbiasa dengan keterasingan yang kadang terjadi di diri sendiri.
sabar menuju kenikmatan di kekekalan.
awalnya juga ngerasa asing ma diri sendiri, tapi makin hari kayak nemuin diri sendiri yg lama ilang, alhamdulillah :') doain aja to :)
Deleteberikut ini bebrapa temuan teranyar;
ReplyDelete- maaf, saya hanya menyembah Tuhan yang tidak menciptakan kesia-siaan, dan menciptakan penawar atas semua rasa sakit (nama Tuhan dan risalah yang kita percayai/yakini dan pegang boleh jadi sama, tapi nama-yg-sama saja blum cukup)
- Tuhan menciptakan makhluk, makhluk menciptakan kotak, manusialah yang menggolongkannya
- many more
wah, ini arah pembicaraannya kemana ini? takut salah respon, hehe
Deleteaneh kan ? ;)
Deleteiya aneh -_-
Delete