Aku ingat
di hari itu, hari yang pernah sangat aku syukuri. Dan sekarang mendadak menjadi
hari paling menggelikan sekaligus mengenaskan bagiku. Dulu aku seolah
menyerahkan seluruh hatiku pada dia yang tiap saat dapat aku dengar, lihat atau
sentuh. Namun tiba-tiba aku memilih menghilangkan semua rasa itu dan lihatlah
sekarang, aku seolah sedang dimabuk cinta pada Dia yang
tak pernah sama sekali aku dengar, lihat atau sentuh. Benar-benar
lelucon yang aku syukuri dengan segenap jiwa dan raga.
Bahkan aku
ingat saat semua itu berawal. Terkesan manis dan menyenangkan pada permulaan,
namun semakin hari semakin terkikis dengan kefanatikan kami. Aku mulai
kehilangan banyak hal, segala kegiatan organisasi aku tinggalkan,
teman-temanku, sahabat-sahabatku bahkan diriku sendiri. Aku seolah tak mengenal
Derry Oktriana lagi. Satu-satunya hal yang membuat aku
bertahan adalah rasa itu, rasa yang selalu jadi kiblat seluruh jalinan ini.
Kadang aku
sempat bertanya, mana Derry Oktriana yang selalu ingin berada di barisan depan
untuk menyuarakan pendapatnya? Mana Derry Oktriana yang selalu memberontak saat
dijajah? Mana Derry Oktriana yang pernah mencintai organisasi, sahabat, dan
keluarganya lebih dari dirinya sendiri? Mana Derry Oktriana yang kerap kali
membaca buku setebal dosa yang hanya dipenuhi dengan tulisan-tulisan? Mana
Derry Oktriana yang selalu menyediakan waktunya untuk menulis pantun, puisi,
artikel dan tulisan-tulisan lainnya? Kemana perempuan yang bernama Derry
Oktriana ini? Ia kemana? Sepertinya ia tertawan sebagai
budak tuhannya, tuhan barunya.
Menghamba dalam keadaan setengah sadar atau mungkin benar-benar sadar. Namun sekarang lihatlah, perempuan ini berhasil bangkit. Memilih untuk merdeka dan meninggalkan tuhannya. Perempuan ini yang memilih membebaskan dirinya, jika kemudian Allah menurunkan perisai langit meski dalam bentuk kesakitan dan pengkhianatan, itu keuntungan baginya. Benar-benar sebuah keuntungan dunia dan akhirat, insyaAllah.
Menghamba dalam keadaan setengah sadar atau mungkin benar-benar sadar. Namun sekarang lihatlah, perempuan ini berhasil bangkit. Memilih untuk merdeka dan meninggalkan tuhannya. Perempuan ini yang memilih membebaskan dirinya, jika kemudian Allah menurunkan perisai langit meski dalam bentuk kesakitan dan pengkhianatan, itu keuntungan baginya. Benar-benar sebuah keuntungan dunia dan akhirat, insyaAllah.
Ada satu
hal yang semua orang harus tahu dan pahami dengan benar bahwa seseorang yang
terlihat kuat di luar sana belum tentu benar-benar kuat, namun ia tahu benar, kebodohan paling bodoh adalah membiarkan dirinya terlihat
lemah, ia lebih memilih untuk membuang semua kelemahan itu, karena ia
tahu benar bahwa ia memiliki Zat Yang Mahakuat.
Layaknya
diriku ini, aku pernah berdoa padaNya:
“Ya Rabb,
aku katakan padaMu di sore ini dengan setengah berteriak disertai tangisan
pecah yang memenuhi seluruh sudut kamarku. Aku memanggil namaMu berkali-kali, Ya Rabbi ya Rabbi ya Rabbi, aku sedang berbicara
denganMu sekarang, tolong dengarkan aku, sebentar saja. Aku bertanya padaMu, pernahkah aku meminta agar semua ini dimudahkan? Jika memang
pernah, maka aku tarik seluruh kata-kataku itu. Sekarang aku katakan
padaMu dengan lantang, jika di hujan ini, ntah ada berapa ribu, juta, atau
milyaran malaikat yang turun, maka tolong katakan pada mereka semua, kelilingi
aku, lindungi pertahananku, karena aku benar-benar lelah, aku muak, aku ingin
menghentikan semua ini. Tapi satu hal ya Rabb! Aku
takkan memintamu lagi tuk memudahkan ini semua, tak akan pernah! Aku
memintaMu untuk menguatkan pundakku, mengokohkan seluruh tubuhku dan menjadikan
hatiku mampu membendung ini semua. Mampu menjadi tempat
persinggahan kesakitan ini. Mengapa aku menyebutnya ‘persinggahan’?
Karena ianya hanya sementara, ia akan luput dariku. InsyaAllah. Aku percayakan
diriku sepenuhnya dalam janjiMu.”
Aku ingat firmanMu
yang berbunyi :
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa
yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat
kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak pula ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.”
(Al-Baqarah ayat 112)
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
(Asy-Syarh ayat 5-6)
Bukankah jika aku memintaMu untuk memudahkan ini semua, maka aku
tak lebih dari anak kecil yang meminta ujian kelulusan di level pendidikan
rendah? Aku ingin lulus ujian yang besar, agar Engkau berkenan menaikkanku
beberapa derajat lebih tinggi. Semakin dekat dengan
hakikat diriMu.
Tapi satu hal ya Rabb, satu hal yang aku memaksaMu untuk
mengabulkannya. Tolong, jangan pernah tinggalkan aku sesaatpun. Dan jangan
biarkan aku pergi lagi menjauh dari sisiMu. Saat aku mulai mengambil jalan yang
membelokkan aku dariMu, tarik aku sekuatnya. Kembalikan aku pada jalanMu yang
lurus. Aku tak peduli meskipun jalan yang Kau berikan menanjak dan penuh
kerikil tajam. Aku relakan tiap tetesan darah yang mengalir dari tapak kakiku.
Saat aku tak mampu lagi berjalan dengan kaki penuh luka ini, maka aku akan
menyeret diriku. Aku tak mau kehilangan Engkau lagi ya
Rabb, benar-benar tak mau. Tolong aku, aku benar-benar memohon padaMu.
Kadang aku berfikir, ntah butuh berapa ribu kalimat lagi yang
harus aku lantunkan dalam doa agar semua kesakitan ini hilang. Kemudian aku
benturkan alam bawah sadarku dengan seluruh nikmatMu. Tak ada satupun yang
layak aku keluhkan. Tak ada satupun! Bahkan jika seluruh samudra dijadikan
tinta untuk menulis seluruh kalimatMu itupun masih belum cukup meski ditambah
dengan samudra sejumlah yang sama. Masha Allah.
Aku tutup tulisan ini dengan menyungkur bersujud padaMu wahai Zat
Mahabenar.
“Ya Allah ya Rabb, aku telah berhasil
memilih kembali ke jalanMu atas izinMu, kokohkan perjalanan ini, aku tak peduli
jika ianya terjal dan berliku, menanjak dan berduri asalkan Engkau menapakinya
bersamaku. Tuntun aku wahai Zat Yang Maha Pemberi Petunjuk. Kuatkan pundakku,
berikan cahaya tepat di hatiku, sehingga ia mampu terus bersabar, ikhlas dan
tawakkal meski dihantam kesakitan dan kepedihan. Biarkan aku mati dalam keadaan
penuh rasa syukur atas cinta dan kasihsayangMu. Aku mencintaiMu dengan sangat
ya Rabb. Tolong sampaikan salam rinduku untuknya, Rasul penuh cinta, Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletesabar yah, tetep kuat dan semoga istiqomah dalam kebaikan, barakallah ^^
Deletesubhanallah kak . :') buku kaka masya allah skali ka,,
Deletesaya ingin beli bukumu ka. dimana saya harus membelinya ?
ReplyDeletetolong konfirmasi ke email ku yah ka , terimakasih
shadowssakspli@gmail.com