Muhsaf itu
masih terbuka, sajadah masih terbentang, dan mukenah belum tersingkap. Tanganku
meraih netbook lalu terlihat di sudut bawah layar, 5 Januari 2013, 12:49. Sudah
tahun 2013, bagaimana jika aku menggangap tahun ini 2012a? Haha. Bukankah
banyak orang yang menganggap angka 13 itu membawa kesialan? Tapi sepertinya aku
tidak termasuk orang-orang seperti mereka. Aku dengan sepenuhnya sadar memesan
tiket penerbangan tanggal 13 Januari 2013. Angka
bagus untuk memulai semuanya atau angka bagus
untuk mengakhiri semuanya? Aku benar-benar harus
berfikir keras tentang hal itu. Semoga Dia segera memberikan aku petunjuk.
Amin.
Kini diawali
dengan senyum merekah, aku memutar lagu Edcoustic-Muhasabah
Cinta. Dan aku tau pasti, senyuman ini akan berakhir dengan tangisan
ketakutan penuh harap akan ridhoNya.
“Wahai pemilik
nyawaku, betapa lemah diriku ini, berat ujian dariMu, kupasrahkan semua padamu.” Yak, tak perlu menunggu lama, aku tersenyum sambil
mengalirkan butiran hangat ini lagi dan lagi. Dulu, aku selalu menangis
terisak-isak di hadapanMu. Sekarang? Tidak. Aku sudah berhasil menangis sembari
tersenyum bahkan tertawa di hadapanMu. Aku berteriak padaMu sekarang, jika guru
hanya diam saat mengawasi ujian para muridnya. Maka mungkin sekarang Kau juga
sedang diam dan mengawasi ujianku ini. Lalu pertanyaannya adalah, “Kapan ujian ini berakhir? Kapan Kau akan membunyikan bel
tanda berakhirnya ujian ini?”
Yaa Shabuur, Engkaulah Maha Penyabar itu. Sabarkan aku dengan waktu yang telah Engkau tetapkan. Amin.
Yaa Shabuur, Engkaulah Maha Penyabar itu. Sabarkan aku dengan waktu yang telah Engkau tetapkan. Amin.
Senandung itu
terdengar lagi, “Kata-kata
cinta terucap indah mengalir berzikir di kidung doaku, sakit yang kurasa biar
jadi penawar dosaku.” Indahnya
bait ini, “biar jadi penawar dosaku”, benar-benar menyentuh rongga terdalam
hatiku. Biarkan, biarkan dan biarkan. Semoga Kau membersihkanku. Bukankah Kau
pernah menyebutkan dalam Al-Quran tentang mereka yang berpikir secara sadar,
kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan
mereka takut kepadaMu? Dan sebaliknya, Kau juga menyatakan bahwa orang-orang
yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta, ataupun hanya
mengikuti kebiasaan, berada dalam kekeliruan. Semoga aku termasuk dalam
golongan yang pertama, sungguh yang kini ku harapkan hanyalah cintaMu. Karena sakit
ini, perih ini, luka ini, cepat atau lambat akan Kau basuh dengan cahayaMu. Kau
tak akan menyia-nyiakan hambaMu yang senantiasa menjaga sujudnya. InsyaAllah.
Amin.
Mari kita renungkan bait selanjutnya. “Butir-butir cinta air mataku, teringat
semua yang Kau beri untukku, ampuni khilaf dan salah selama ini ya Illahi,
muhasabah cintaku.” Aku terdiam dan tertunduk, rekaman itu terputar kembali
dalam ingatanku, ntah sudah jutaan detak jantung dan helaan nafas yang ku
lewati dengan membinasakan diriku sendiri. Betapa celakanya aku, sungguh dahulu
aku termasuk orang-orang yang zalim. Kau harus menolongku, Kau harus menarikku.
Tak ada daya dan upaya kecuali dengan izinMu, tiada aku menyerang dan berperang
kecuali dengan izinMu. Tunjuki aku, apa aku harus tetap berdiam diri dan
melihat mereka membunyikan genderang perang? Bahkan mereka telah memulai perang
ini, batin ini benar-benar berkecamuk ingin segera mengangkat panji-panji
kebenaran. Tapi Kau katakan, tahanlah, tunggulah, beri mereka penangguhan
hingga waktu yang telah Engkau tentukan sebelumnya. Karena kemenangan itu
nyata. Dan pertolonganMu itu dekat. Ku pasrahkan kepadaMu.
Dan sekarang,bait terakhir dari
lagu ini berkumandang, “Tuhan, kuatkan
aku, lindungi ku dari putus asa, jika ku harus mati, pertemukan aku denganMu.” Kuatkan
aku, aku memohon dengan sangat. Putus asa selalu menggelayuti jiwaku, tapi aku
harus membuangnya sejauh yang ku mampu. Karena jika aku berputus asa, itu sama
saja aku tidak mempercayai kebesaranMu dalam mengatur skenario hidupku ini. Aku
percaya dan aku beriman. Waktu itu semakin dekat. Biarkan hal yang haq tetaplah
haq dan yang batil adalah batil. Tunjukkan kebesaranMu dengan segala hal haq
yang mampu memusnahkan segala kebatilan. Amin.
Kuakhiri tulisan ini dengan
kutipan ayat dari Surah Al-Kahfi ayat 54-58 :
54. Dan
sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam
Al-Quran ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang
yang paling banyak membantah.
55. Dan tidak ada
(sesuatu pun) yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk telah
datang kepada mereka dan memohon ampunan kepada Tuhannya, kecuali (keinginan
menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat yang terdahulu
atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.
56. Dan Kami tidak
mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan; tetapi orang yang kafir membantah dengan (cara) yang batil agar
dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak (kebenaran), dan mereka
menjadikan ayat-ayatKu dan apa yang diperingatkan terhadap mereka sebagai
olok-olokan.
57. Dan siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat
Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan
oleh kedua tangannya? Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup,
(sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di
telinga mereka. Kendatipun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk,
niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.
58. Dan Tuhanmu
Maha Pengampun, memiliki kasih sayang. Jika Dia hendak menyiksa mereka karena
perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan siksa bagi mereka. Tetapi bagi mereka
ada waktu tertentu (untuk mendapat siksa) yang mereka tidak akan menemukan
tempat berlindung dariNya.
Semoga kita termasuk orang-orang
yang semakin diteguhkan hatinya dengan membaca dan menyerap segala kalam dari
Zat yang Maha Pemberi Kemanfaatan ini. Amin. Amin ya Rabbal alamin.
No comments:
Post a Comment