Alhamdulillah.
Kata ini yang aku gunakan untuk memulai seluruh tulisan ini nantinya. Sebuah tulisan
yang diisi dengan penuh rasa syukur atas segala keajaiban hidup yang Allah
titipkan padaku. Akan ada beberapa nama yang menghiasi tulisan kali ini. Beberapa
orang teman sebaya dan seniorku.
Mungkin harus
dimulai dengan satu nama anak perempuan yang duduk tepat disampingku saat mata
kuliah Farmasi Fisika. Sebuah mata kuliah yang menjadi pembuka di tahun
pertamaku menjadi seorang mahasiswi jurusan farmasi di Universitas Pancasila. Anak
ini bernama, Andam Dewi Pertiwi. Gadis yang
tampak sederhana, ramah dan cenderung tak banyak bicara. Tapi tentu saja itu
hanyalah sebuah kesan pertama. Karena setelah ini akan banyak perubahan
pandangan yang akan aku lemparkan tentang dirinya. Hehe.
Ya, Andam Dewi
Pertiwi. Ntahlah, aku bingung harus menulis apa tentangnya. Dia seperti seorang
teman yang komplit untukku. Dia sosok periang, cerdas dengan kalimat-kalimatnya
yang kadang tak pernah terfikirkan olehku, ditambah lagi dengan berbagai
gombalannya yang berbau farmasi. Dia benar-benar sosok gadis yang menyenangkan
menurutku. Yah meski kadang ia terkesan menyebalkan karena kesibukannya yang
slalu membuatnya harus mampir alias ‘nyangkut’ disana-sini. Ditambah lagi
dengan sifat moodnya yang kadang-kadang mendadak berubah. Dia juga memiliki
masalah dengan ketelitian, sedikit gugup dan kadang mengambil keputusan yang
kurang rasional menurutku. Tapi ada satu hal yang akan aku ingat tentang
dirinya, dialah yang menginspirasiku untuk meninggalkan semua celana jeans yang
aku punya. Menggantinya dengan setelan rok atau gamis. Dan
aku sebut ini ‘revolusi’ bukan ‘evolusi’ yang berjalan lambat.
Selain semua
hal yang tlah aku sebutkan. Dia juga seorang gadis yang memiliki potensi untuk
menyemangatiku. Kalimat-kalimat nasihat yang
bersendikan agama namun tetap bertulangkan fleksibilitas ringan dan tidak luput
dari candaan selalu ia luncurkan untukku. Pokoknya Andam Dewi Pertiwi
itu sosok yang super. Hohoho.
Baiklah, kita
lanjutkan dengan sosok gadis kedua. Namanya Ardiyanti
Puspita Sari. Gadis inilah yang meminjamkan jas laboratorium yang ia
miliki kepadaku, karena aku belum mendapatkannya dari pihak kampus. Dia seorang
gadis yang cenderung sulit ditebak. Sosok gadis yang ulet, sedikit perasa atau
sensitif, namun sangat bertanggungjawab terhadap kewajiban yang diberikan
kepadanya. Dia juga kreatif, ramah namun cenderung tempramen dan tidak berani
mengambil resiko. Tapi dia adalah sosok gadis yang bijaksana, mau mengayomi
orang lain dan memiliki sifat keibuan, mungkin karena ia adalah anak pertama. Hal
yang paling aku kagumi adalah dia bisa memendam perasaannya dengan baik dan
menguncinya rapat untuk ia seorang. Dia lebih memilih untuk diam ketimbang
membicarakan apa yang ia rasakan. Kadang hal ini sangat baik menurutku, namun
adakalanya diam tak akan menyelesaikan masalah. Untuk Ardiyanti, apapun
masalahnya, kita semua ada buat jadi pendengar yang baik bahkan dapat berdiri
disana untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Ingat itu selalu ya. Hehe.
Sekarang sosok
gadis ketiga. Putri Karimah, nama yang indah
bukan? Seorang putri yang mulia. Dia kerap disapa PK. Singakatan dari namanya. Anak
ini anak gaul seantero angkatan. Dengan logat betawi yang aduhai ditambah lagi
dengan kosa kata yang hanya dimengerti oleh dia dan Allah. Haha. Dia seorang
gadis yang bermasalah dengan pola tidur. Jarang sekali bisa melewati jam mata
kuliah tanpa tidur di kelas. Dia juga sulit untuk dikatakan benar-benar
mewakili sosok perempuan, mengingat sisi keperempuanannya yang relatif rendah. Namun
semenjak patah hati, ia berangsur menjadi perempuan. Mulai memperhatikan
penampilan, mengurangi nada suaranya yang cenderung tinggi alias berbicara
sambil teriak-teriak. Haha. Tapi PK tetaplah PK. Dia sosok
yang mengajarkan aku tentang kekuatan, ketidakpedulian dan harus menunjukkan ke
orang lain bahwa kita bisa bangkit. Dulu aku yang mengajarkan kepadanya
sebuah kalimat, “Dia yang bakal nyesel karna nyia2in
cewek kayak kita, dan kita yang beruntung karna udah lepas dari dia.” Dan
sekarang, kalimat itu yang aku ucapkan dengan lantang disertai kepala yang
tegak kedepan. Aku bisa, aku pasti bisa, Allah ada disana. Amin.
Selain itu,
aku juga pernah menangis terisak di hadapannya saat menunggu adzan zhuhur di
musholla. Aku katakan padanya, “Mengapa saat aku ingin istiqomah, cobaan datang
bertubi-tubi seolah ingin membunuhku?” Dan yang ia katakan adalah, “Makin
tinggi iman seseorang, makin berat pula ujian yang akan diberikan oleh Allah.” Tapi
kadang aku teringat kalimatku sendiri, “Perbedaan
antara ujian dan siksa itu terletak pada bagaimana kita menanggapinya. Jika kita
bisa mengambil hikmah maka itu disebut ujian, namun jika kita semakin jauh dari
ZatNya maka itu disebut siksa.” Semoga kita semua termasuk orang-orang
yang dapat mengambil hikmah dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi setelah
segala ujian yang diberikan oleh Allah. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.
Sekarang kita
beralih ke gadis yang keempat, Devi Syukmawaty. Dia
sedang diberi amanah untuk menjadi ketua keputrian di FFUP tahun ini. Dia sosok
yang sangat-sangat keibuan, lembut, dan murah senyum. Dia juga sosok yang
menenangkan. Aku sering melihat matanya yang berbinar-binar saat berbicara. Dia
selalu berhasil memadukan antara senyumnya dan sorot matanya yang mewakili rasa
bahagianya kepada kami semua. Dia juga memiliki semangat yang luar biasa
menurutku. Hal yang paling menyentuh bagiku tentangnya adalah saat ia
menyemangatiku. Dia pernah mengatakan, “Tangkap sinyal2
hidayah dari Allah itu.” Lalu mendoakanku untuk tetap dapat istiqomah dalam
keistiqomahan. Bismillah ya bismillah. Aku akan selalu mengingat pesannya itu. Dan
semoga kita semua dapat selalu dituntun oleh Allah ke jalan yang lurus yang
dipenuhi keridhoan dari langit. Amin.
Sudah ada
empat orang gadis yang seangkatan denganku. Kali ini aku ingin menyebutkan satu
nama. Rohmah Ruyani, dia kakak seniorku. Alhamdulillah
sudah menamatkan sarjana kefarmasiannya tahun lalu. Dulu, aku menganggapnya
sosok yang sangat sulit untuk dijangkau. Sosok yang terlalu alim dan memandang
rendah orang-orang sepertiku. Tapi itulah bukti pepatah, “Tak kenal maka tak sayang.” Setelah beberapa waktu
berselang, aku menjadi jatuh hati pada sosoknya. Dengan suaranya yang sangat
khas, serak-serak gimana gitu. Hehe. Selalu rajin memotivasi adik-adik
juniornya yang disertai pesan-pesan sarat nuansa Islami.
Dia juga salah
seorang sosok yang berhasil menyulap aku seperti sekarang. Aku mendadak
memutuskan hubungan yang sedang aku jalin saat itu hanya karena ucapannya, “Kita
kan anak ROHIS, jadi kalau bisa kita lebih menjaga sikap.” Sesungguhnya kalimat
itu tidak ditujukan untukku, bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan
yang sedang aku jalin saat itu dengan seorang pria. Namun, itulah yang mungkin
layak aku sebut dengan hidayah. Keesokan harinya aku langsung memutuskan
hubunganku yang tlah aku bina hampir tiga tahun. Sebuah
revolusi diri lagi, mendadak dan tak akan goyah. Amin.
Aku ingat
benar. Hari itu seperti batu loncatan yang sangat besar untukku. Bahkan keputusan
di hari itu berhasil merubah segala sesuatu dalam hidup dan kehidupanku
sekarang dan nantinya. Bahkan tidak berlebihan jika aku katakan itu sebagai revolusi yang berdampak seumur hidup untukku. Tapi,
lihatlah sekarang. Derry oktriana sudah mampu berteman baik atau berdamai
dengan kesedihannya. Mungkin, kesedihannya memang tak mampu habis dimakan oleh
waktu. Namun, untuk hidup dengan damai berdampingan dengan segala kesedihannya,
dia sudah mampu sekarang. Allah yang Mahakuat selalu ada untuk menguatkannya. Amin.
Ya, itulah
beberapa orang yang tidak bisa dikatakan sebagai sebuah ‘kebetulan’ hadir dan mengisi hidupku. Mereka aku sebut ‘keajaiban’. Mengapa? Karena merekalah orang-orang
yang membuatku sadar betapa indahnya rencana yang Allah
tulis dalam Lauhul Mahfudz. Orang-orang yang mendobrak langkahku untuk
melakukan revolusi besar-besaran.
Aku kadang
tertawa kecil sambil beristighfar sebanyak-banyaknya mengingat Derry Oktriana
yang dulu pernah mencuat dari dalam tubuhku. Sosok gadis yang memakai rok
sekolah diatas lututnya, memakai baju yang berukuran satu tingkat lebih kecil dari
normal, merubah gaya rambutnya dengan aneka model, bolos dari sekolah melompati
pagar, tidak pernah tahan dengan status jomblo, bahkan sangat takabur dengan
menganggap bahwa jodoh berada sepenuhnya dibawah kendali status pacaran dan
janji-janji semu. Astaghfirullah.
Tapi lihatlah
sekarang, dia sedang menarik dirinya sekuat tenaga. Dan Allah yang murah hati membantu
dirinya dengan menempatkannya diantara orang-orang yang luar biasa. Orang-orang
yang berusaha tetap berpegang pada Al-Quran dan hadist. Mungkin inilah jawaban
dari seluruh lantunan doa yang senantiasa aku munajatkan padaNya. “Ya Rabb, aku benar-benar ingin dekat denganMu.” Semoga
ini semua memang jawabannya. Semoga Allah membantu gadis ini untuk terus
menyempurnakan niatnya. Setia memakai gamis dan khimar. Menundukkan naluri jahiliyah dan menggantinya dengan kesederhanaan ucapan,
pakaian dan perasaan.
Kuakhiri tulisan
ini dengan sebuah kutipan kalimat mutiara dari Al-Qarni
Jadikan sahabat sejatimu adalah pena,
Saluran penumpahan ide-idemu adalah dakwah,
Kawan bermainmu adalah buku,
Istanamu adalah rumahmu,
Dan simpanan kekayaanmu adalah tenaga/masa
sehatmu,
Jangan hiraukan
hal-hal yang telah berlalu.
Dan untuk
kalian saudara-saudara perempuanku, semoga kita tetap disatukan teguh dalam
persaudaraan Islam ini. Dan dapat berkumpul bersama disana. Jannah ya Jannah. Amin
ya Rabb. Amin.
No comments:
Post a Comment