Friday, February 8, 2013

The Chosen One


“Peace be upon the messenger, the chosen one”, syair itu yang sedang menggema di seluruh sistem syarafku. “Muhammad, ya Rasulullah”, begitu indah dan menggetarkan jiwa, dan dari sudut mataku mulai meneteskan bulir-bulir hangat pengugur dosa. Kerinduan yang amat mendalam pada sosok yang belum pernah terjamah oleh indra penglihatanku, sosok yang begitu damai dan mendamaikan, makhluk terbaik yang pernah terlahir di muka bumi, pria paling luar biasa sepanjang peradaban. Ingatan ku kembali melayang pada masa kecilku, lemari kokoh yang telah dipenuhi debu itu masih menyusun rapi buku-buku yang menggoreskan kisah-kisah para nabi dan rasul serta para sahabat. Perjuangan  yang mengorbankan harta dan jiwa demi kenikmatan iman akan Islam hingga saat ini. Lalu bagaimana denganku? Perjuangan seperti apa yang pernah aku torehkan di sejarah hidupku? Perjuangan Islam? Perjuangan untuk orangtua? Atau sekedar perjuangan untuk diri sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan besar yang terus berputar dan membenturkan kesadaranku pada sisa umur yang semakin sempit. Diriku sejatinya sedang menghitung mundur masa dimana ruh ini akan dipisahkan dari jasad. Lalu akan kembali muncul pertanyaan yang akan mengguncangkan liang lahatku “Man Robbuka?”. Terfikirkah aku untuk menjawab dengan mudah dan fasih? Disaat mulut tak akan terbuka, disaat pita suara tak akan bergetar? Hanya amal dan ibadahku melalui indra yang lainlah yang akan menjawabnya..
Kepala ini masih saja tertunduk, lidah ini masih kelu, jiwa ini masih menyimpan perih terdalam yang pernah disimpannya. Kehilangan arah setelah sekian lama berlari dan bersembunyi terlalu jauh dari zatNya. Telah banyak yang tertinggal dan disia-siakan dalam keadaan sepenuhnya sadar selama beberapa tahun terakhir.

No comments:

Post a Comment