Tulisan ini
adalah tulisan yang ditulis dari sudut pandang pribadiku. Ditujukan kepada orang-orang
yang masih meragukan ‘kinerja alam semesta’ terhadap
hidup dan kehidupan kita. Semoga dengan sekelumit kisah yang akan aku paparkan
kali ini, dapat menginspirasi kita semua mengenai betapa Mahabijaksananya Allah
SWT. Amin.
Kisah pertama
dimulai dari sebuah musholla di fakultasku. Hari itu aku masih dalam keadaan sangat-sangat
terguncang dan benar-benar rapuh. Mungkin jika seluruh lagu sedih di dunia dikumpulkan
menjadi satu, belum juga cukup untuk mewakili kesedihanku. Setelah menunaikan
shalat sunnah Dhuha lalu dilanjutkan dengan tilawah, aku bermunajat kepada
Allah agar Dia berkenan memberi aku petunjuk. Untuk mengobati hatiku dengan
segera sebelum aku membinasakan diriku sendiri. Bersabar dan terus bersabar,
hanya itu yang bisa aku lakukan. Dan ntah kenapa, aku tiba-tiba sangat ingin
menyandarkan punggungku sejenak di lemari kaca yang berisikan buku-buku
perpustakaan Al-Azzam.
Tak lama
berselang, aku mendadak mengangkat tanganku dan mengambil salah satu buku di
dalamnya tanpa melihat ke dalam lemari buku. Saat aku meletakkan buku yang aku
dapati secara random itu tepat di hadapanku, aku sedikit kaget bercampur haru.
Kedua mataku langsung berkaca-kaca dan nafasku mulai tak beraturan. Kalian tau
kenapa? Karena alam semesta memberikan aku jawaban. Buku tersebut berukuran
agak kecil dan berwarna ungu. Dan di sampul depannya tertulis, “Wahai Kaum Wanita Jangan Bersedih, Jadilah Anda Wanita yang
Paling Bahagia”. Sebuah karya luar biasa dari Dr.‘Aidh bin ‘Abdullah
Al-Qarni.
Tak perlu
waktu lama untuk aku melahap habis lembar demi lembar yang diisi dengan
senyuman, tawa kecil hingga tangis penuh syukur dan bahagia. Kini biarkan aku mengutip
bagian persembahan dari buku ini :
“Buku ini dipersembahkan kepada wanita
muslimat yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agama yang
dipeluknya, dan Muhammad SAW sebagai rasul anutannya. Kepada pemudi yang
menempuh jalan yang haq dan mengemban misi kebenaran. Kepada murabbiyah (wanita
pendidik) yang berjuang dengan kalimatnya, memelihara norma-normanya, dan
membersihkan dirinya. Kepada ibu yang mendidik anak-anaknya untuk bertaqwa,
menumbuhkan mereka sesuai dengan tuntunan sunnah, dan menanamkan ke dalam diri
mereka cinta keutamaan. Kepada wanita yang dirundung
kesusahan dan kesedihan. Berbahagia dan bergembiralah Anda dengan datangnya
kemudahan yang dekat waktunya, pemeliharaan dari Allah, pahala yang besar, dan
terhapusnya segala dosa.”
Mungkin tak
banyak kata yang dapat aku sampaikan untuk mewakili betapa luar biasanya buku
ini. Namun dengan sangat persuasif akan aku katakan, “Bacalah dan
berbahagialah.”
Sekarang
marilah kita beralih pada kisah kedua. Hari itu tepat ditanggal 13 Januari 2013,
aku sedang duduk di salah satu bangku di waiting
room bandara Soekarno-Hatta. Sambil menunggu, sesekali aku membuka handphoneku untuk memberi kabar bahwa
aku tak lama lagi akan naik ke pesawat. Namun tiba-tiba ada sebuah dorongan
kecil di pangkal lenganku. Aku langsung melihat ke arah datangnya dorongan itu.
Ternyata ada seorang laki-laki dengan memakai topi berwarna abu-abu gelap yang
menyodorkan sebuah buku kepadaku. Dengan sebuah senyum santun ia berkata, “Sudah pernah baca buku ini? Jika belum, ini sangat bagus
untuk Anda.” Aku terdiam untuk
beberapa saat lalu tersenyum ke arahnya sembari mengambil buku tersebut. “Aku belum pernah membacanya”, jawabku lirih. “Kalau begitu bacalah, ianya sangat bagus untuk wanita
seperti Anda.” Haha, aku benar-benar tak mengerti dengan penggalan
kalimat terakhirnya, ‘wanita seperti Anda’, memangnya aku sosok wanita seperti
apa menurutnya? Namun sudahlah, aku tak memedulikan hal itu, dengan sigap aku
membolak-balikkan buku itu. Membayangkan isi di dalamnya. Dan aku agak sedikit
terperanjat, aku belum pernah sama sekali menyentuh
buku dengan genre seperti ini. Buku ini tak begitu tebal dan berukuran
lumayan kecil. Dengan sebuah judul yang bertuliskan huruf tegak bersambung, ‘Kisah Para Sufi’. Ya, itulah judul yang tertera
didepannya.
Aku membacanya
sekilas, mulai dari kata pengantar, paparan keseluruhan isi buku hingga ke
daftar isi. Dan aku mendadak menjadi sosok perempuan yang jatuh cinta pada buku
asing ini. Syukurlah laki-laki tersebut satu pesawat denganku, sehingga aku
dapat membaca buku ini sepanjang perjalanan di langit nantinya. Aku duduk di
seat 26D yang letaknya paling belakang di kabin pesawat dan tak ada satu
orangpun yang duduk bersebelahan denganku. Namun itu yang aku sebut ‘keajaiban’, tak ada satupun yang berada diluar rencana
Sang Maha.
Singkat
cerita, aku menghabiskan beberapa kisah para sufi yang telah diberi lingkaran
khusus pada daftar isi oleh pemiliknya. Tangisku pecah saat itu, air mataku
mengalir terus menerus saat membacanya. Tangis yang diiringi senyum dan
lantunan doa kepada Rabbi. Bagaimana tidak, buku ini
memaparkan betapa dekatnya hubungan emosional antara makhluk dan Tuhannya. Hingga
ada sebuah kalimat yang mengatakan, “Dia sedang dimabuk cinta karena Tuhannya.” Begitulah
kedekatan yang terjalin antara para sufi dan Allah SWT, mereka berhasil
meninggalkan keduniawian dan semata-mata hanya mengharap ridho Allah. Dan hal
yang membuat aku semakin terharu adalah diceritakannya mengenai sufi wanita
bernama Rabiyah yang sebelumnya pernah menjadi seorang hamba sahaya. Ketaatan
yang beliau tunjukkan bukanlah karena ia menginginkan surga ataupun takut akan
siksa neraka. Namun secara murni karena kecintaannya pada Zat Mahaindah Allah
SWT. Subhanallah.
Dan kalian
tau? Setelah tiba di bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, aku
mengembalikan buku tersebut kepada laki-laki bertopi itu. “Bagaimana bukunya? Sudah selesai dibaca? Jika belum untuk
kamu saja”, ucapnya dengan tulus padaku. Namun dengan kepala sedikit
tertunduk aku menolak tawarannya, “Isinya sarat makna
dan luar biasa, namun nanti akan kubeli sendiri, insyaAllah.” Ia
kemudian tersenyum dan mengambil buku tersebut lalu berlalu dari hadapanku. Ya Allah,
aku bahkan belum tau siapa namanya. Dan kini, aku telah berkeliling dari satu
toko buku ke toko buku lainnya. Namun tak kunjung aku temukan. Sesungguhnya aku sangat ingin
menerima tawaran untuk menerima buku itu, tapi bagaimana mungkin aku menerima
sebuah buku yang telah ia simpan hampir 16 tahun. Karena di halaman pertama buku
itu tertulis tahun 1997 beserta paraf si pemilik. Tapi sudahlah, jika buku itu
berjodoh denganku. Alam semesta akan mengantarkannya
kembali padaku. Insyaallah. Amin.
Kisah ketiga
berlatar belakang ruang tengah di rumahku. Hari itu aku sedang duduk di sofa
merah berukir kayu sembari melepaskan khayalku ke masa depan yang kekurangan
cahaya di mataku. Ada senyum pahit disana, bahkan nafas berat yang terkesan
penuh keluhan dan beban. Seorang keponakanku berusia sekitar 3 tahun tiba-tiba
menghampiriku sambil tersenyum dan menenteng sebuah buku di tangan kecilnya.
Dia bernama Audrey Batrisya Qaireen atau kerap
disapa odre. “Coba baca ini tante tayi”, kalimat
itu meluncur begitu saja dari mulut mungilnya. Dan kalian tau? Buku itu adalah
sebuah buku memo yang bertuliskan “Don’t Be Sad,
koleksi kata mutiara Al-Qarni”. Sekali lagi, alam
semesta sedang bekerja untukku.
Akan aku kutip
salah satu pesan AL-Qarni yang tertulis dalam buku memo ini :
“Apa yang menurutmu menyusahkan pada awalnya
boleh jadi malah menghasilkan kebahagiaan pada akhirnya, seperti mendung di
langit yang awalnya berkecamuk kilat dan petir yang menakutkan, tetapi akhirnya
adalah butiran-butiran hujan yang membawa penghidupan.”
Bukankah Allah
yang jauh lebih mengetahui apa yang baik untuk kita dan sesungguhnya kita tak
mengetahui apa-apa kecuali sedikit saja? Seperti tertulis dalam firmanNya surah
Al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi :
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi pula kau menyukai sesuatu, padahal itu
tidak baik bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui apa-apa.” Itulah Allah yang Mahabenar dengan segala rencanaNya.
Akan aku tutup
tulisan ini dengan kisah terakhir. Sebuah buku yang aku beli di toko buku kota
Tanjungpinang. Buku ini berjudul, “Ya Allah, Tolong
Aku”. Sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis berinisial A.K. Ia
sengaja merahasiakan siapa dirinya agar pembaca tidak
terpengaruh dengan siapa yang bicara melainkan mendengar
apa yang dikatakannya. Buku ini benar-benar luar biasa, laksana oase di
tengah gurun pasir. Mungkin buku ini adalah salah satu perantara Allah yang
membuatku berhasil bangkit dari keterpurukan. Buku ini
yang menyihirku hingga dapat melihat purnama di tengah malam, melihat fajar
menyingsing di ufuk timur dan melihat pelangi yang melengkung sempurna di kaki
mendung.
Untuk siapapun
yang sedang dirundung masalah dan merasa sulit untuk keluar dari lubang hitam
itu. Bacalah keempat buku yang telah aku paparkan disini. Keempatnya
mengajarkan kita untuk menghadapi musibah dan kesedihan dengan berbagai
senjata. Baik senjata yang kita hasilkan dari kekuatan diri
kita masing-masing, senjata dengan kekuatan bumi atau
orang-orang sekitar kita, hingga senjata dengan kekuatan
langit atau Allah SWT. Dan yakinlah, bahwa selalu ada kemudahan yang
mengiringi segala kesulitan. Biarkan alam semesta bekerja untuk kita.
Dan syukurilah sekecil apapun ‘keajaiban’ yang
melingkupi setiap detik dalam kehidupan kita.
Untuk semua
sahabatku yang membaca tulisan ini, ucapku tulus dari jiwa yang pernah luluh
lantak karena kesedihan. Aku, engkau dan kita semua adalah makhluk Allah. Dan Allah memberikan suatu musibah atau
kesedihan karena Allah masih sangat menyayangi kita. Percayalah. Namun jika
masih belum percaya, bacalah keempat buku ini lalu katakan dengan lantang “Selamat
tinggal wahai kesedihan.” Barakallah.
No comments:
Post a Comment