Thursday, May 9, 2013

Menjadi Perempuan Yahudi, Nasrani atau Pemuja Iblis?



Hari ini aku membaca beberapa tulisan yang pernah aku tulis, berusaha menjadi pembaca yang benar-benar independen dan seolah tak mengenal siapa perempuan dibalik seluruh tulisan ini. Kadang aku tersenyum, kadang menarik nafas panjang atau terlontar pertanyaan, “Benarkah perempuan yang ada dalam diriku ini pernah menulis ini semua?”. Secara keseluruhan, kumpulan tulisan ini menapaki suatu fase demi fase yang semakin menanjak meski kadang ianya jatuh kembali diiringi runtuhnya pertahanan. Namun, tetap saja, penulis tak membiarkan dirinya berkubang terlalu lama dalam lubang hitam itu, ia menyeruak kembali berdiri tegak menjemput cahaya. Jika para pembaca menelesuri jejak-jejak tulisan yang terhampar dimulai dari awal langkahnya, maka akan ditemukan suatu benang merah meski masih berbalut perumpamaan disana-sini.
Perempuan ini bermimpi mewujudkan garis hidupnya dari masa-masa kelemahan yang bertambah-tambah, kemudian berhijrah yang diwarnai masa transisi untuk bangkit kembali. Dan kini lihatlah, ia sedang membangun pertahanannya, lebih kokoh lagi, hingga satu hari dengan kerelaan hati dan keberanian ia akan membuka gerbang pertahanannya dan mempersilahkan seorang penyelamat untuk membentengi dirinya.
Kini aku selalu meluangkan waktu untuk bercengkrama dengan perempuan ini, menanyakan kabarnya, menyusun rapi seluruh mimpi-mimpinya dan pastinya membantu dirinya mewujudkan seluruh mimpinya itu. Aku benar-benar mendampinginya dengan setia. Tak akan aku biarkan ia berjalan sendiri hingga tersesat di kegelapan malam lagi.
Satu hari aku mendengar seluruh cerita mengenai masa kecilnya hingga ia mampu tumbuh besar dan berbicara lantang dengan seluruh tulisannya ini. Ia benar-benar dibentuk dengan seluruh buku yang dibacanya dan tentu saja orang-orang yang masuk dalam kehidupannya.
Belum genap berusia empat tahun ia sudah mampu membaca, sehingga di taman kanak-kanak ia selalu dipercaya menjadi protokol upacara. Ketertarikannya terhadap buku juga sangat besar, ia tak pernah menolak jika ditawari untuk membeli buku. Dan genre yang ia pilih mungkin agak berbeda dengan teman-temannya. Saat semua anak sibuk dengan buku cerita bergambar warna-warni, ia malah cenderung memilih buku bergaris hitam putih tentang kisah para Nabi, Rasul dan para sahabat. Kemudian saat menapaki jenjang sekolah dasar, saat teman-temannya membaca komik, ia sudah beralih dengan buku-buku yang dipenuhi tulisan-tulisan tanpa gambar, dan genrenya masih sama, perjuangan para mujahid Islam.
Saat kelas 4 SD, ia mulai merubah genre bacaannya. Ia mulai tertarik dengan bacaan lintas agama. Ia haus akan pertanyaan besar, “Apakah Islam agama yang paling benar di muka bumi?”. Awalnya ia membaca buku-buku tebal yang berkaitan dengan agama Katholik, kemudian Protestan. Di kelas 5 dan 6 SD ia mempersempit bacaannya, ia mulai bercengkrama dengan Isa atau Yesus di mata para umat Kristiani, kemudian membandingkan dengan Isa di mata para umat Islam. Semua ini diakhiri dengan membandingkan antara Isa bin Maryam dan Muhammad bin Abdullah. Tak mudah menjadi dirinya di saat itu, ia harus menutup dirinya di dalam kamar dan merahasiakan kepada siapapun tentang buku-buku yang sedang ia baca. Bagaimana tidak? Ia bisa dianggap sebagai  seorang anak SD yang bau kencur dengan buku-buku yang tak layak dibaca oleh anak seusianya.
Saat memasuki bangku SMP, ia mulai mebaca literatur-literatur mengenai Hindu, Budha dan beberapa aliran kepercayaan. Tak dapat dipungkiri bahwa ia kurang tertarik dengan itu semua. Dan kualitas bacaannya mulai bergeser ke arah lain, ia menghabiskan waktunya membaca buku-buku motivasi, psikologi dan segala hal yang berkaitan dengan sisi batiniah seseorang baik itu spiritual maupun emosionalnya.
Di saat SMA, ntah kenapa ia kembali tertarik dengan bacaan lintas agama, ia mulai memburu buku-buku dan informasi melalu dunia maya mengenai para yahudi, para nasrani hingga para pemuja iblis. Hal ini masih berlanjut hingga di bangku kuliah, ia menenggelamkan dirinya mencari kaitan antara umat nasrani, yahudi, Islam dan tentu saja para pemuja iblis yang menanti turunnya Dajjal. Ada ketakutan di fase ini, ia pernah mengalami mual yang teramat sangat saat mempelajari aktivitas dan simbol-simbol para pemuja iblis. Haha, perempuan bodoh. Namun bersyukurlah, jawaban telah ia temukan. Lihatlah kini, tak ada tujuan lain selain kembali ke Al-Quran dan hadits. Ia kembali menjadi sosok gadis kecil saat taman kanak-kanak yang jatuh cinta dengan para mujahid Islam. Ia habiskan waktunya untuk membaca buku-buku Islami, bahkan berusaha menuangkannya kembali melalui berbagai tulisan. Ia mulai rutin mengikuti kajian dan memiliki impian baru yaitu mampu berdakwah dengan tulisan-tulisannya.
Beberapa hari yang lalu perempuan ini mengatakan padaku, “Mewakafkan diri ke jalan Allah sangat mudah untuk dilafazkan, namun mewujudkannya, dahsyat.” Aku tertawa kecil saat itu, kemudian aku memberikannya kutipan surah Al-Hajj ayat 40-41 yang berbunyi :
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Aku katakan padaya, “Tenanglah saudari perempuanku, meski respon para pembaca kadang meneror ide-idemu, mematikan seluruh kalimatmu bahkan seolah akan membunuh dirimu. Teruslah bergerak, teruslah menulis. Bukankah kau sangat membutuhkan rasa lega? Dan aku tahu benar, kau memperoleh rasa itu setelah menulis. Keep spirit in faith my dearest sister.”
Semoga seluruh pembaca mampu menempatkan dirinya secara independen dan membuang sisi subjektifitas. Karena jika ini terus berlanjut, aku mengkhawatirkan suatu hari saudari perempuanku ini akan menulis tanpa kata dan berdakwah tanpa suara. Mari kita menjadi seorang pembaca yang objektif dan tidak melihat siapa perempuan dibalik seluruh tulisan ini, melainkan beralih menjadi pembaca yang menyerap tulisan yang ia tuangkan, jika ianya baik maka semata-mata hanyalah kebaikan Allah yang tercurah melalui dirinya dan jika ianya cacat maka semata-mata karena iblis yang membisikkan kejahiliyahan dalam dirinya.
Baiklah, akan aku tutup tulisan ini dengan sebuah doa yang semoga dengan diamini oleh para pembaca mampu semakin menguatkan kebaikan bagi umat Islam, insyaAllah.
“Ya Allah ya Rabb, jadikan kami para mujahid Islam yang mampu berjuang dengan waktu, ide, harta, bahkan jiwa kami demi agamaMu yang lurus. Bukakan seluruh pintu ilmu-Mu agar kami mampu memahami dan menjalankan seluruh perintah-Mu. Biarkan nama-nama kami tercatat dan menghiasi Arsy-Mu ya Rabb. Bangkitkan kejayaan Islam di tangan kami. Biarkan kami dan anak cucu kami menikmati runtuhnya kebatilan dan menjulangnya segala kebenaran berlandaskan asma-Mu. Kami memohon dengan sangat ya Rabb. Semoga shalat kami, ibadah kami, mati dan hidup kami semata-mata untuk-Mu dan sebagai wujud pengabdian rasa cinta kami kepada baginda Rasululullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.” 

2 comments:

  1. yii..
    pernah merhatiin muka yesus di tiap gambar ga ?
    aga ngerasa ga kompak ya..
    kadang mukanya pada beda antara gambar, patung, atau animasi lain

    punten ini buat yg nasrani

    ReplyDelete
    Replies
    1. namanya jg ilustrasi kak, wajar kalo beda2, buatan tangan manusia, alhamdulillah Rasul kita slalu digambarin cahaya doang :')

      Delete