Thursday, May 16, 2013

Cinta itu Candu dan Kitalah Para Pecandu itu



Malam itu, setelah mempublikasi tulisan ‘Hadiah Terbaik dari Saudi Arabia’, aku meluangkan waktu untuk berkomunikasi melalui facebook, aku menyapa seorang temanku di SMA dahulu, sebut saja namanya X. Awalnya hanya ingin menanyakan project kami saat liburan nanti setibanya di Tanjungpinang, namun mendadak fikiranku merambat ke satu pertanyaan liar yang sangat aku butuhkan jawabannya. Aku memulai dengan kalimat, “Boleh nanya gak? Eh gak jadi deh, oke end.” Haha, dan dia serta merta mengatakan, “Nah ini nih, paling anti kalo gak jadi nanya.”
Baiklah, akhirnya aku meneruskan pertanyaanku, “Jadi gini, semua orang punya kisah tentang hidayah, kalo ceritanya X gimana?”. Jengjeng, begitu pertanyaannya. Dan dari seluruh obrolan kami, satu kalimat yang sangat aku ingat dan melahirkan ide baru untuk seluruh tulisan ini nantinya. Ia mengatakan, “Vacuum of Sense”. Satu kalimat sederhana tapi sangat bermakna menurutku, karena ini semua menyangkut suatu rangkaian kegiatan setelah dan sebelum ‘sesuatu’ dan tentunya memiliki hubungan sebab-akibat. Great, sekian intermezo, mari kita memasuki pembahasan inti dari tulisan ini.
Semua orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, baik itu penuh berkah atau sebaliknya yang penuh mudharot, ada yang berjalan di atas jalan yang lurus dari semula atau mungkin ada yang singgah bahkan tersesat di beberapa tikungan maupun terjatuh dalam jurang kehidupan. Itulah hidup, namun apapun dan bagaimanapun itu, harapan terbesar seluruh orang adalah berakhir di jalan lurus yang penuh akan cahaya dan itu semua dapat diperoleh melalui berbagai hal, mari kita sebut itu semua sebagai hidayah. Ada seseorang yang diberi hidayah melalui segala kebaikan yang ia peroleh, ada yang melalui segala kepedihan yang menimpa dirinya atau melalui pencarian oleh dirinya sendiri, baik itu menimba ilmu melalui berbagai buku maupun berguru langsung pada guru-guru kehidupan.
Temanku yang satu ini menceritakan proses yang akan kita sebut sebagai hidayah dan ternyata tak lepas dari sisi ***** (baca:cinta). Ia pernah menjalin hubungan dengan seseorang, cukup lama mungkin, karena jujur, aku tak mengetahui benar kisah cintanya. Ia hanya mengatakan, “Sedikit sadar sih kalo waktu hidup aku selama ini sia-sia semenjak gagal dalam kisah ***** (sensor), emang iya bener, hati itu kebuka kalo udah disentil dulu, moga bekas sentilannya nancep terus, biar kalo mulai salah jalur lagi, masih bisa inget bekasnya.” Aku sedikit tertawa dan mengatakan, “Kalo yii bukan disentil lagi, ditabokin malah, wkwk, tapi emang bener sih, makin dahsyat sentilanNya, makin ngebekas.” Kemudian ia menimpali lagi dengan, “Satu hal yang bikin JLEB banget itu, pas mikir ‘yaelah, selama ini aku gini gitu gini gitu, apa-apa demi dia, semua demi dia, tapi dia demikian dan intinya aku nyesel ngeduain ibu bapak.”
Ya begitulah, kenyataan yang terpampang nyata dewasa ini. Para pemuda dan pemudi sibuk dengan dunianya masing-masing, bahkan terlalu sibuk dengan dunia percintaan penuh kenistaan yang mereka elu-elukan. Lalu bagaimana akhir dari mimpi-mimpi semu yang mereka bangun itu? Sebagian besar berakhir dengan penyeselan dan kesia-siaan. Kemudian, aku katakan padanya, “Emang JLEB banget, apalagi kalo sampe seolah-olah kita ngeduain TUHAN dan akhirnya dikhianatin, nusuk kali pastinya, serasa kebunuh berkali-kali, haha (tertawa mengenaskan).”
Dalam kondisi sangat antusias menyimak kisahnya, akhirnya ia mengatakan kalimat ajaib itu, “Pas lagi ‘Vacuum of Sense’, alhamdulillah malah gak makin melenceng kayak kejadian-kejadian di luar sana, ntah itu mabok, bales dendam dengan ngerusak orang lain atau apalah itu. Alhamdulillah temen-temen tempat curhat orang lurus semua, ya di saat itulah aku ngerasa kalo emang cuma satu yang bisa bikin hati tenang, itulah Allah. Hmm, ini ceritaku apa ceritamu?”.
Aku katakan padanya, “Vacuum of sense?” *ngakak. Lalu aku jelaskan beberapa hal yang aku sebut sebagai hidayah secara garis besar layaknya tulisan-tulisankuku sebelumnya seperti ‘Untukmu yang Mengkhianatiku’, ‘Tenanglah Aku Sudah Membunuh Perempuan itu’ dan beberapa tulisan lainnya. Aku akhiri jawabanku dengan mengatakan, “Mungkin emang gitu keputusan terbaik dari Allah, pas kita mau berubah lebih baik, sedangkan pasangan kita atau calon suami yang kita harapkan nantinya gak bisa atau gak mau ikut berubah lebih baik, dia bakal kedegradasi, hha, sekarang yii lagi tahap rehabilitasi, hmm mungkin bagian terlemah dari yii, ya masalah hati, dan ujian pertama yang dikasih Allah karena mau kembali ke jalan Dia, ya cobaan hati, hmm moga kita tetep istiqomah, badai pasti berlalu #eaa.”
Dari semua obrolan ini, banyak pelajaran bermakna yang dapat kita ambil. Selain menunjukkan dengan jelas bahwa pacaran atau atribut apapun tentang itu adalah pembodohan dan penurunan kemuliaan diri sendiri. Kita juga dapat menggaris bawahi proses transisi yang terjadi, masih ingat dengan kalimat ajaib ‘Vacuum of Sense’ yang disebutkan sebelumnya? Ini adalah masa saat seseorang mengalami kekosongan secara rasa. Sesungguhnya hal ini dapat diartikan lebih luas lagi, ada masa dimana seseorang yang telah terbiasa secara menyeluruh mendapat ‘perhatian’ mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi atau berupa sentuhan secara fisik yang mendadak sirna. Aku selalu menyebutkan bahwa ‘cinta’ itu layaknya candu, dan orang yang tenggelam didalamnya adalah seorang ‘pecandu’. Dan tahukah kalian efek pasti yang akan muncul dari seorang pecandu? Mereka akan mengalami penurunan kesadaran, seperti menghalalkan segala cara demi memuaskan hasrat adiksinya, tak mampu lagi membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, dan tentunya dicengkram rasa sakit saat tak memperoleh lagi ‘candu’ yang biasa ia konsumsi.
Banyak dari pemuda dan pemudi yang telah terbiasa dengan ‘candu cinta’ ini, namun jika mendadak dibatasi atau bahkan dicabut dari dirinya. Mereka seolah mati perlahan, mati secara batiniah, karena cinta memanglah makanan bagi hati dan minuman menyegarkan bagi jiwa. Namun selalu ada dua jalan lebar yang terbuka di depan mata mereka, jalur kanan dan kiri. Saat mereka memilih jalur kiri, maka selamat, hasrat mereka akan terpenuhi kembali oleh ‘candu cinta’ itu, jika jalannya melalui pernikahan, itu adalah ibadah yang luar biasa. Lalu bagaimana jika diambil melalui jalinan hubungan tak halal seperti pacaran? Pecandu itu tak akan pernah terobati, mungkin mereka berfikir itu adalah obat laksana penawar penyakit, padahal ianya hanya daging busuk yang merusak keimanan. Masya Allah.
Tenanglah saudaraku, masih ada satu jalan lagi, jalur kanan. Saat mereka menjadikan pembatasan atau pencabutan ‘candu’ tersebut sebagai bentuk hijrah meninggalkan kemunkaran. Maka selamat, pintu kebaikan Allah terbuka selebar-lebarnya. Itulah obat dari segala macam penyakit.

“Demi Allah, Allah sangat bahagia dengan taubatnya seorang hamba
daripada kebahagiaan diantara kalian yang menemukan kembali hewannya
yang hilang di tanah yang sangat tandus.”
(HR Al-Bukhari dan Muslim)

Selain itu, kita juga harus ingat jawaban dari temanku ini yang mengatakan bahwa ia beruntung menceritakan keluh kesahnya pada orang-orang yang lurus, hingga ia dapat semakin istiqomah di jalan agama Allah. Kita harus benar-benar melihat dan menyeleksi orang-orang di sekitar kita, kita boleh bergaul dengan siapa saja, tapi untuk seorang teman yang kita jadikan layaknya saudara tentu hanya orang-orang tertentu saja.

“Seseorang menurut agama kawannya,
maka hendaklah setiap seorang kamu melihat siapa yang harus dipergaulinya.”
(HR Ahmad)

Tak dapat dipungkiri, jika kita berteman dengan mereka yang jauh dari agama Allah, kecenderungan untuk melakukan hal-hal munkar sangatlah besar. Jika kita tak mampu mengubah suatu sistem, maka berhijrahlah, semoga di tempat baru itu, di lingkungan persaudaraan yang berlandaskan Islam dapat menguatkan keistiqomahan kita, insyaAllah. Bukankah banyak pemuda dan pemudi yang semakin terjerumus di jurang kesesatan akibat orang-orang disekitarnya? Saat ia putus cinta, teman-temannya malah mengatakan, “Udah enjoy aja, masih banyak di luar sana yang lebih baek.” Memang benar banyak yang lebih baik, tapi jika caranya tidak baik, dimana letak kebaikannya? Kebaikan itu adalah sesuatu dengan tujuan baik dan dengan cara-cara yang baik pula. Sekali lagi dan tak pernah bosan-bosannya aku mengatakan, “Apa dalil pacaran?”. Oke end, haha.
Semoga kita dapat merenungkan ayat berikut ini sebagai peringatan dari Allah :

“Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa.”
(QS Az Zuhruf ayat 67)

Baiklah, akan aku tutup tulisan ini dengan doa yang dikhususkan bagi saudara-saudara seiman, para sahabat yang setia mengingatkanku dalam kebaikan. Semoga kita semua diperkenankan oleh Allah berkumpul di surgaNya kelak. Amin, insyaAllah.
“Ya Allah ya Rabb, rasa syukurku semakin membuncah tiap mengingat dan memuji diriMu, semoga Engkau selalu mencurahkan kebaikan bagi saudara-saudaraku yang seiman dalam Islam, berkahi dan lindungilah mereka selalu, saat tangan ini tak mampu merengkuh mereka dengan kekuatan maka aku pasrahkan seluruhnya dalam kekuatanMu duhai Rabbi, saat lisan ini tak mampu mengingatkan mereka dalam kebaikan maka aku pasrahkan seluruh kebaikan melalui Engkau duhai Zat Yang Mahabaik, dan saat nafas ini berhenti mengalir maka aku pasrahkan seluruh amalanku demi keselamatan mereka, duhai Rabbi, aku hanya ingin bertemu denganMu tanpa terbebani oleh apapun, demi ruhku, aku ridho Engkau sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad salallahu ‘alaihi wassalam sebagai Rasulku, maka perkenankanlah doaku, aku memohon dengan sangat, ridhoi aku ya Rabb, ridhoi aku. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”

8 comments:

  1. Derrrrr gelap banget latarnya. serem. Padahal tulisan cahaya2 gini bagusnya warna terang hehe. keep semangat. aku.juga lagi susah banget nyoba pelan2 hijab syar'i cmiiw

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya yah, hha, ntar abang PWS katanya mw bermurah hati ngubrak ngabrik blog ini, doain aja, hehe

      bismillah bella, bisa kok insyaAllah, hamasah

      Delete
  2. LIKE THIS BANGEET kaaaakk...

    Semoga Tulisan kakak ini mammpu memperberat timbangan amal kebaikanmu kelak kak .

    Aamiin ^_^

    ReplyDelete
  3. tulisannya mah keren, tetapi kalu boleh saran, backgraounnya dingati, (cuma saran :D) gelap habisnya

    ReplyDelete