Wednesday, May 15, 2013

Hadiah Terbaik dari Saudi Arabia



“Demi waktu dhuha dan demi malam apabila telah sunyi”, penggalan ayat ini selalu membuatku tersenyum haru penuh syukur. Bagaimana tidak? Mungkin ini adalah hadiah terbaik yang pernah diberikan oleh seorang makhluk padaku. Aku ingat benar di malam itu, Jumat 29 Maret 2013, di salah satu ruang VIP Gelora Bung Karno, setelah menunaikan shalat maghrib dan isya berjamaah, kami semua berkumpul untuk mendengarkan arahan mengenai acara puncak esok hari. Ini adalah salah satu rangkaian kegiatan Wisuda Akbar ke 4 yang diselenggarakan oleh PPPA Daarul Qur’an. Segala puji hanya bagi Allah yang menempatkanku diantara mereka semua, aku menjadi salah seorang relawan dalam acara luar biasa ini.
Semua ini berawal dari tweet Ustadz Yusuf Mansur yang akan menyelenggarakan wisuda akbar para hafidz dan hafidzah seluruh Indonesia khususnya surah Al-Baqarah ayat 1-50 dan surah An-Naba. Acara ini membutuhkan sejumlah relawan, awalnya aku hanya membaca sekilas tweet tersebut, dan terbersit dalam hatiku, “Andaikan aku bisa menjadi salah satu diantara para relawan itu, betapa beruntungnya aku.” Beberapa hari berselang, aku mengetahui bahwa salah seorang temanku telah diterima menjadi tim relawan di bagian kesehatan. Aku bergegas menghubungi panitia dan mendaftarkan diri sebagai seorang relawan juga. Namun sayang, panitia tersebut mengatakan bahwa tak ada tempat lagi untuk seorang akhwat, mereka hanya menyisakan beberapa tempat lagi untuk ikhwan. Baiklah, dengan ikhlas aku merelakan kesempatan luar biasa itu. Aku katakan padaNya, “Ya Rabb, andaikan itu memang rezekiku untuk menjadi bagian dari acara tersebut, maka bukakanlah jalannya sesuai kehendakMu, namun jika memang bukan rezekiku semoga Engkau menggantikannya dengan yang lebih baik.”
Selepas ashar tepat sehari setelah penolakan dari panitia, dia menghubungiku kembali dan menanyakan apakah aku bisa meluangkan waktu dimulai pada tanggal 23 dan 24 Maret 2013. “InsyaAllah bisa”, kataku padanya. Dan begitulah cara Allah, aku resmi menjadi salah seorang relawan untuk acara penuh berkah ini, aku ditempatkan di tim gerai sedekah. Pada tanggal 23 Maret, kami mendapat pengarahan di PPPA Daarul Qur’an dan pada tanggal 24 Maret kami memulai tahap uji coba di Masjid Istiqlal dengan jumlah jamaah yang terhitung masih sedikit dibandingkan acara puncak nanti di GBK.
Kegiatan di Masjid Istiqlal ini adalah kajian bulanan yang biasa diisi oleh Ustadz Yusuf Mansur tiap minggu ke empat. Hari itu dipenuhi oleh para syeikh yang berasal dari berbagai penjuru dunia, dengan berlatar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Suatu majelis yang luar biasa, ntah berapa kali bulu kudukku berdiri dan hatiku bergetar penuh rasa syukur. Berbagai kisah yang disampaikan bergantian oleh para syeikh, ustadz dan tokoh-tokoh agama lainnya hingga doa-doa yang mereka lantunkan untuk kami semua.
Aku ingat saat Ustadz Yusuf Mansur bertanya kepada para jamaah dengan gaya khas ala YM, “Siape yang disini belom pada nikah? Coba yang mao nikah ngacung.” Dengan gerakan refleks tanpa memikirkan para ibu-ibu dan nenek-nenek yang berada di sekitarku, aku mengangkat tanganku setinggi mungkin, aku benar-benar bersemangat saat itu, haha. Kemudian Ustadz Yusuf Mansur mengangkat tangannya dan berdoa untuk kami semua. Beliau juga mengatakan pada jamaah ikhwan untuk mendoakan jamaah akhwat yang belum menikah agar didekatkan jodohnya, diberi pasangan yang sholeh, begitu pula sebaliknya. Hingga beliau mengatakan, “Kalo ente doanya supaya jodohnye akhwat yang hadir di majelis ini juge boleh, pan lumayan dapet jodoh jamaahnya Yusuf Mansur.” Haha, ada-ada aja tuh Ustadz.
Salah satu pelajaran yang sangat terpatri dalam hatiku adalah tiga hal luar biasa yang harus kita lakukan agar keinginan kita terkabul, yaitu ‘Berdoa, Mendoakan dan Minta Didoakan’. Bukankah telah terukir dengan jelas mengenai janji-janji Allah pada kita umatNya? Tak ingatkah kita pada beberapa surah yang berisi janji Allah bahwa Dia akan mengabulkan doa kita?
“Dan Rabbmu berfirman, ‘Berdoalah kepadaKu,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu’.”
(QS Al Mukmin ayat 60)

“Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa
apabila ia berdoa kepadaKu.”
(QS Al Baqarah ayat 186)

Dan begitu pula apabila kita mendoakan saudara-saudara kita, ianya tak akan mengurangi pengabulan doa kita dan sama sekali tak merugikan diri kita. Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda :
“Doa seorang muslim untuk saudaranya secara gaib adalah mustajab.
Di depan kepalanya terdapat malaikat yang diwakilkan.
Setiap kali ia berdoa untuk saudaranya,
maka malaikat yang diwakilkan untuknya tersebut berkata,
‘Amin, dan engkau akan mendapatkan yang sama dengannya’.”
(HR. Muslim)

Kemudian setelah kita berdoa dan mendoakan saudara-saudara kita, kedahsyatan pengabulan doa akan semakin kita rasakan setelah kita meminta secara tulus doa dari orang-orang di sekitar kita, terutama orang-orang yang memiliki kedekatan dengan Allah. Ntah itu ibu kita, ayah kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita, guru-guru kita, para ulama dan siapapun itu. Hal inilah yang membuatku sangat haus untuk hadir dalam berbagai majelis ilmu dan agama, karena ianya dipenuhi doa-doa penuh berkah dari para alim ulama dan diaminkan oleh banyak orang termasuk malaikat-malaikat yang tak terlihat oleh mata kita. InsyaAllah.
Kembali ke acara wisuda akbar, aku tak pernah membayangkan malam itu akan bertabur keberkahan yang teramat sangat. Setelah pengarahan dari jajaran eksekutif Daarul Qur’an, mendadak seluruh orang berdiri dengan antusias. Ada keheningan sekaligus getaran antara aku dan diriku. Beliau berjalan ditengah-tengah kami, antara kerumunan ikhwan dan akwat yang membelah hijab diantara kami. Dengan didampingi Ustadz Yusuf Mansur, beliau berjalan dengan penuh kewibawaan dan senyum merekah yang dihiasi wajah berseri-seri. Ntah aku perempuan bodoh yang terlalu berlebihan atau memang itulah cahaya yang terpancar dari wajahnya. Beliau berjarak kurang dari 2 meter dariku. Beliau adalah Syeikh Al-Ghamidi, seorang imam besar dar Arab Saudi dan pernah menjadi imam di Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram. Sempat diberitakan bahwa beliau ditawari menjadi imam besar di Masjidil Haram, namun demi memenuhi permintaan orangtuanya, beliau tetap menjadi imam di daerah kelahirannya, Dammam.

Malam itu beliau berdiri di depan kami semua, Ustadz Yusuf Mansur mengatakan pada kami bahwa beliau akan memberi sebuah hadiah. Tak pernah terbayangkan bahwa beliau akan menghadiahkan bacaan surah Ad-Dhuha.Seolah ada magnet antara aku dan beliau, tak dapat dipungkiri bahwa selama ini murottal beliaulah yang mengisi seluruh gadget yang aku miliki dan aku dengarkan hampir setiap hari. Dan malam itu, beliau melantunkannya secara langsung tepat di hadapanku. Allahu Akbar, ntah apa yang akan Allah lakukan lagi setelah ini. Sangat lembut, indah dan menggetarkan jiwa. Mungkin memang inilah hadiah terbaik dari seorang makhluk untukku.
Setelah itu, Ustadz Yusuf Mansur menanyakan pertanyaan yang sama seperti di Istiqlal, “Siape yang disini belom pada nikah? Coba yang mao nikah berdiri.” Dan sekali lagi, aku melakukan hal yang sama, bahkan kali ini lebih dari itu, beliau meminta kami berdiri. Haha. Hampir semua dari kami berdiri dengan sigap. Ada tawa renyah dan senyum malu-malu diantara para relawan. Akhirnya Ustadz Yusuf Mansur membisikkan sesuatu di telinga Syeikh Al-Ghamidi, kemudian beliau mengatakan, “Nah sekarang ente-ente semua bakal di doain langsung dari Syeikh Al-Ghamidi, supaya dapet jodoh yang paling baek dari Allah.”
Dengan khidmat penuh keheningan, beliau memimpin doa tersebut, aku mendengar ucapan amin berkali-kali dari seluruh relawan dengan sangat khusyuk. Ada aliran air yang membasahi pipi-pipi kami. Sejujurnya aku tak tahu benar arti dari seluruh doa yang beliau lantunkan, namun ada getaran yang tak mampu didefinisikan di saat itu, yang aku tahu dan yakini dengan pasti bahwa beliau hanya mendoakan segala hal penuh kebaikan dan keridhoan dari Allah. Benar-benar kesempatan luar biasa dan harus aku syukuri. Aku belum pernah menginjakkan kakiku di Masjidil Haram, Masjid Nabawi atau berbagai daerah di Arab Saudi. Namun kini, beliau yang menghampiri kami dari jarak ribuan mil dan berdiri dengan khusyuk mendoakan kami semua. Masya Allah, Allah benar-benar bermurah hati padaku.Barakallah for you ya Syeikh. Barakallah.
Keesokan harinya, di hari puncak acara Wisuda Akbar ini, puluhan bahkan ratusan ribu orang memenuhi Gelora Bung Karno. Jika selama ini hanya diisi oleh teriakan penonton sepak bola atau kericuhan hingga tindakan anarkis para supporter. Maka di hari itu, Sabtu, 30 Maret 2013, seluruh orang melantunkan ayat suci Al-Quran, seolah sayap para malaikat menyelimuti GBK dan menjulang hingga ke Arsy.
Semoga Allah memberikan berbagai kesempatan lagi untuk kita agar dapat berkumpul di majelis-majelis seperti ini. Semoga Allah memberi limpahan rahmatNya bagi Ustadz Yusuf Mansur, para syeikh yang hadir, para panitia dan relawan yang dengan ikhlas membantu, para jamaah yang hadir dari seluruh Indonesia bahkan mancanegara, hingga seluruh umat muslim di dunia. Semoga semangat juang Ustadz Yusuf Mansur yang menggalakkan ‘One Day One Ayat’ dapat mewujudkan generasi umat muslim khususnya Indonesia yang dipenuhi oleh para penghafal Quran, amin amin insyaAllah.
Baiklah, akan aku akhiri tulisan ini dengan sebuah munajat pada Zat Pencipta semesta. Semoga dengan diaminkan oleh para pembaca dapat memperkuat terkabulnya doa-doa ini. InsyaAllah.
“Ya Allah ya Rabb, hati kami menunduk penuh harap dan rasa takut akan keridhoanMu. Biarkan kami menikmati nikmat akan iman dan Islam ini hingga penghujung nafas kami. Bukakan seluruh pintu keberkahanMu dan jalan-jalan kesempatan untuk berada diantara para sholihin sholihat baik di dunia maupun di akhirat. Biarkan kami mengisi sisa usia kami dengan berjuang di atas jalanMu yang lurus. Biarkan sisa usia kami dipenuhi dengan mengkaji seluruh kalam dan sunnah RasulMu. Jadikan kami teguh mengemban misi dakwah ini. Kokohkan pundak kami dan luaskan hati serta akal kami dalam menyerap dan mentransfer segala ilmu yang bersumber dariMu. Sungguh ya Rabb, kami memohon dengan sangat. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”

No comments:

Post a Comment