Thursday, December 18, 2014

Antara Harapan dan Angan-angan

 
Allah SWT telah berfirman, “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah SWT). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut terhadap azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti.” (QS Al-Isra’, 17:57). Frase ‘mencari jalan’ dalam ayat ini artinya mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah dan mencintai-Nya. Ada tiga sendi iman, yaitu cinta, rasa takut, dan berharap.Tentang pengharapan ini Allah SWT telah menjelaskan dalam firman-Nya:
Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya
maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan
dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
(QS Al-Kahf, 18:110)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
dan orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah,
mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah.
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(QS Al-Baqarah, 2:218)
Di dalam hadis disebutkan dari Jabir ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Aku berada pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Maka hendaklah dia membuat persangkaan kepada-Ku menurut kehendak-Nya.’” (HR Muslim)
     Raja’ merupakan ayunan langkah yang membawa hati ke tempat Sang Kekasih, yaitu Allah SWT dan negeri akhirat. Ada yang berpendapat Raja’ artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah SWT. Perbedaan Raja’ (mengharap) dengan berangan-angan, yaitu berangan-angan disertai kemalasan, pelakunya tidak pernah bersungguh-sungguh dan berusaha. Sementara, mengharap itu disertai dengan usaha dan tawakal. Yang pertama seperti keadaan orang berangan-angan, andaikan dia mempunyai sebidang tanah yang dapat dia tanami dan hasilnya pun dipetik. Yang kedua seperti keadaan orang yang mempunyai sebidang tanah, lalu dia olah dan tanami, lalu dia berharap tanamannya tumbuh. Karena itu, para ulama telah sepakat bahwa Raja’ tidak dianggap sah kecuali disertai usaha.
     Raja’ itu ada tiga macam. Dua macam merupakan perbuatan terpuji dan satu macam lagi merupakan perbuatan tercela. Pertama, harapan seseorang agar dapat taat kepada Allah SWT berdasarkan cahaya-Nya, lalu dia mengharap pahala-Nya. Kedua, seseorang yang berbuat dosa lalu bertobat dan mengharap ampunan, kemurahan, dan kasih-sayang-Nya. Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat Allah SWT tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang dusta.
     Orang yang berjalan di jalan Allah SWT mempunyai dua pandangan. Pertama, pandangan kepada diri sendiri, aib dan kekurangan amalnya, sehingga membukakan pintu ketakutan, agar dia melihat keluasan karunia Allah SWT. Kedua, pandangan yang membukakan pintu harapan baginya. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa batasanRaja’ adalah keluasan rahmat Allah SWT. Ahmad bin ‘Asim pernah ditanya, “Apakah tanda Raja’ pada diri hamba?” Dia menjawab, “Jika dia dikelilingi kebaikan, maka dia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah SWT di dunia dan di akhirat, serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat.”
(Ditulis ulang dari karya Ibnu’l Qayyim al-Jauziyyah)

No comments:

Post a Comment