Monday, November 18, 2013

Aku Bahagia Karena Dia Ayahku




Aku bahagia karena aku adalah anak perempuannya
Aku bahagia karena dia pernah mengatakan, “Kamu itu anak kebanggaan papa. Papa sayang kamu, jaga diri baik-baik ya.”
Aku bahagia karena aku adalah seorang putri yang telah mewujudkan sebagian mimpi-mimpinya
Aku bahagia karena aku pernah menghabiskan waktu berdua bersamanya
Aku bahagia karena aku tak beranjak sedetikpun dari sisinya saat dia sedang kesakitan
Aku bahagia karena aku menghabiskan pagi dan petang membaca Quran bersamanya
Aku bahagia karena aku selalu shalat berdua bersamanya
Aku bahagia karena aku menceritakan banyak kisah Rasul dan para sahabat padanya
Aku bahagia karena aku mampu mendekap erat tubuhnya yang mulai dingin dan membeku itu
Aku bahagia karena ada diriku yang terukir jelas di kedua bola matanya
Aku bahagia karena tiap ruas jemariku sama dengan miliknya
Aku bahagia karena dia adalah orang yang terakhir kali mengecup mulutku ini
Aku bahagia karena aku senantiasa mengatakan padanya, “Papa itu papa terbaik, Derry sayang Papa, sangat.”
Aku bahagia karena aku masih merasakan getaran lembut nadinya di saat-saat terakhir
Aku bahagia karena aku menyenandungkan lafadz “Laa illa ha ilallah” di telinganya sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya
Aku bahagia karena dengan tangan ini aku menutup kedua kelopak matanya untuk terakhir kalinya
Aku bahagia karena sebelum dia dibalut dengan kain putih itu, aku telah mengatakan, “Salaam qaulam mirrabbirahim ya Papa.” (1)
Aku bahagia karena saat tanah itu ditutup ke atas tubuhnya, aku telah mengatakan, “Laa ba’sa ya Papa, laa ba’sa” (2)
Aku bahagia karena dia telah berada dalam naungan Zat Mahabaik saat ini
Aku bahagia karena saat ini kematian akan benar-benar menjadi perayaan pertemuan kami lagi nantinya
Aku bahagia karena saat ini aku memiliki tempat untuk menyendiri berdua dengannya, di makam itu, di bawah sebuah pohon rindang diantara gundukan tanah dengan nisannya
Aku bahagia karena Rabbku semakin lantang mengatakan padaku, “Akulah Tuhanmu, Akulah Zat Yang Mahakekal itu.”
Aku bahagia karena aku semakin menyadari bahwa aku tak memiliki apapun di dunia ini, semua milik-Nya, termasuk diri ini, lantas apa yang mampu membuatku bersedih saat telah tiba waktu dimana Dia mengambil kembali apa yang telah Dia titipkan selama ini?
Aku bahagia karena yang tiada saat ini memang berasal dari ketiadaan, lantas mengapa harus merasa kehilangan padahal aku tak pernah benar-benar memilikinya meski sekejap pun?
Aku bahagia karena Ayahku telah kembali pada Zat Mahabaik yang akan menjaganya melebihi kemampuan anak perempuannya ini
Aku bahagia karena pernah menjadi putrinya dan akan tetap selalu begitu, ya selalu begitu
Aku bahagia karena dia tetaplah Ayahku, pahlawan terbaik yang pernah terwujud dalam hidupku
Dan aku juga bahagia karena aku pernah berjanji hanya akan terlihat menyedihkan di hadapan diri-Nya saja, lantas kini aku ingin bertanya, sudahkah aku memenuhi janjiku itu duhai Rabbi? Jika aku belum menyempurnakannya, maka tolong katakan “Laa tahzan” padaku, (3) aku berjanji akan mengatakan “Laa ba’sa” pada-Mu
Laa ba’sa ya Rabbi, Laa ba’sa

Terjemahan :
(1)    “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang
(2)    Tak mengapa / tidak apa-apa
(3)    Jangan bersedih

2 comments:

  1. bersyukurlah bagi sobat yang masih bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah... ^^ Sayangi mereka dengan setulus hati..

    blog walking here... sekalian saling follow juga kalo berkenan.. hehehe

    salam solid ^^

    ReplyDelete