Tuesday, March 12, 2013

The Inspiring True Love Story


Aku baru saja menghabiskan satu buku yang berjudul “Balada Cinta Suci Ali-Fatimah” karya Badiatul Roziqin. Baru saja di bab pertama air mataku telah mengucur dan hingga di pertengahan bab kedua air mataku telah menggenang laksana banjir. Masha Allah, buku ini benar-benar meruntuhkan pertahananku, mendesirkan kelembutan hati yang amat sangat dalam. Tak banyak yang dapat aku katakan, namun aku akan mengutip sebuah hadits Rasulullah yang terdapat dalam buku ini :
“Bila Fatimah tidak diciptakan, Ali tidak akan mempunyai isteri. Bila Ali tidak diciptakan, maka Fatimah tidak akan memiliki pasangan.”
Begitulah luar biasanya kedua pasangan ini hingga Rasulullah SAW banyak sekali menjadikan mereka suri tauladan bagi umatnya. Mungkin telah banyak yang mengetahui bahwa sebelum menikah dengan Ali, Fatimah telah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, namun dengan halus Rasulullah berkata, “Tunggulah ketetapan dari Allah.” Dan jawaban itulah yang menyadarkan Abu Bakar dan Umar bahwa lamaran mereka ditolak. Lalu bagaimana dengan Ali? Dia sangat segan untuk melamar Fatimah karena ia tak memiliki sesuatu apapun untuk dijadikan mahar ditambah lagi dengan penolakan Rasul terhadap dua orang yang menurutnya sangat layak sebagai pendamping Fatimah. Namun atas dorongan dari kerabat, Ali pun memberanikan diri untuk menghadap Rasulullah.
Hari itu Ali mengetuk pintu Rasulullah dan hendak mengutarakan niatnya melamar Fatimah. Namun mendadak lidahnya kelu tak mampu mengucapkan sepatah katapun saat Rasulullah berada di hadapannya.
Dengan lembut Rasul bertanya “Apakah engkau datang untuk melamar Fatimah?” Hanya satu kata yang keluar dari mulut Ali, “Ya.” Kemudian Rasul menanyakan kepada Ali apa yang akan ia jadikan mahar. Dengan jujur ia mengatakan bahwa ia tak memiliki sesuatu apapun selain sebuah pedang, baju besi dan cerek air.
Dengan kebijaksanaannya Rasul menjawab, “Wahai Ali, mengenai pedangmu, kamu membutuhkannya untuk berperang di jalan Allah, dan dengannya kamu dapat memerangi musuh-musuh Allah. Sedangkan cerekmu, kamu menggunakannya untuk mengairi kurmamu dan untuk kepentingan keluargamu. Aku menikahkanmu dengan baju besimu saja, dan Fatimah akan senang dengan pemberianmu itu, apakah aku telah membuatmu gembira?”
“Ya, engkau telah menggembirakanku. Engkau senantiasa diberkahi dan engkau selalu bijaksana. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kesejahteraan kepadamu.”, jawab Ali.
Kemudian Rasulullah mengatakan, “Gembiralah, wahai Ali. Sesungguhnya Allah telah menikahkanmu dengan Fatimah sebelum aku menikahkanmu dengannya di bumi. Sebelum engkau datang, malaikat Jibril telah turun dari langit dan berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah melihat ke bumi, kemudian Ia memilihmu diantara ciptaan-Nya dan mengutusmu dengan risalah-Nya. Ia melihat lagi ke bumi, kemudian Ia memilihkan untukmu seorang saudara, pembantu, sahabat dan menantu. Maka, nikahkanlah Ali dengan putrimu, Fatimah. Malaikat-malaikat di langit menyambut gembira hal itu. Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah menyuruhku agar aku menyuruhmu menikahkan Ali di bumi dengan Fatimah, dan agar engkau memberi kabar gembira kepada mereka berdua dengan akan lahirnya dua orang anak yang bersih, pandai, suci, baik, dan paling utama di dunia dan di akhirat.’ Wahai Ali, demi Allah, malaikat itu tidak naik meninggalkanku sampai engkau mengetuk pintu.”
Begitulah keindahan cinta dua orang insan yang menjaga kemuliaan mereka masing-masing hingga Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Setelah pernikahan, Fatimah berkata kepada Ali,
‘Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang’
‘Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?’, tanya Ali.
‘Kamu’, jawab Fatimah.
(penulis sedang leleh saat menulis ini, hihi). Nah, buat kamu jangan ikutan senyum-senyum apalagi leleh juga. Boleh ikutan senyum asal kita memiliki keinginan dan berusaha untuk meneladani sikap Ali dan Fatimah yang menjaga cintanya hingga Allah menghalalkan keduanya. Karena percayalah, telah tertulis nama pasangan dalam Lauh Mahfuzh yang akan setia mendampingi kita. Nama yang akan menjadi jodoh kita kelak. Mungkin di dunia ataupun di akhirat. Yang harus kita yakini adalah bahwa apapun takdir bagi orang beriman pastilah baik adanya, percayakan saja pada sang Mahacinta. Tak perlulah kita mendahulukan takdir Allah dengan mengatakan, “Dia jodohku, atau mungkin dia jodohku.” Cukup membenahi diri dan mengikuti keinginan-Nya.
Satu opini yang ingin aku utarakan disini, apakah mungkin kita mendapatkan seorang yang taat melalui jalur maksiat? Seperti menciduk air untuk minum dengan kendi yang sangat kotor. Begitulah perumpamaan saat mengimpikan suami yang taat namun dilalui dengan pacaran. Nah loh, gak jauh-jauh dari sini yah bahasannya, hehe. #UdahLupainAja atau lebih tepatnya #UdahPutusinAja. Hihi. (^_^)
Saudaraku, setiap aku menulis, hanya Allah yang tahu bagaimana isi hatiku. Tak mudah untukku mengatakan segala hal yang mungkin aku sendiri belum dapat melakukannya dengan totalitas. Namun, dengan tulisan-tulisan ini, dengan semakin disebarluaskannya kebenaran yang semata-mata hanya dari Allah, aku berharap semakin hari aku dapat mengokohkan pijakan ini. Mengikat segala ucapanku dan menancapkannya tepat di hatiku sehingga mampu tercermin dalam setiap langkahku. Sungguh, aku sama sekali tak ingin menjilat ludahku sendiri. Semoga Allah senantiasa membimbing kita ke arah keridhoan-Nya. Karena demi Allah, tak ada yang lebih kuinginkan selain mati dalam keadaan iman terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Ku akhiri tulisan ini dengan sebuah doa yang diiringi harapan penuh agar Allah mengabulkannya. Semoga dengan diamini oleh para pembaca dapat menjadi kekuatan agar jodoh kita nantinya adalah yang terbaik dari sisi Allah SWT :
Ya Allah ya Rabb, hari ini Engkau mengingatkan kami lagi melalui kisah cinta suci yang berlandaskan asma-Mu. Sadarkan kami akan kelalaian kami selama ini. Lindungi kami dari perbudakan hawa nafsu dan cinta semu yang dapat mematikan akal dan hati kami. Wahai Zat Mahacinta, cukupkan kami dengan mencintai-Mu sehingga segala cinta akan makhluk yang belum dihalalkan untuk kami dapat sirna begitu saja. Bantu kami ya Rabb, bantu kami untuk memantaskan diri kami dengan meneladani Ali dan Fatimah. Sehingga Engkau berkenan memberikan seorang suami layaknya Ali serta seorang istri layaknya Fatimah. Semoga kami senantiasa terjaga dari cinta semu dan segera dipertemukan dengan cintanya orang yang mencintai-Mu wahai Zat yang paling berhak dicinta. Terpujilah Engkau dengan segala pujian seisi langit dan bumi. Kami mencintai-Mu ya Rabb, begitu pula dengan kekasih-Mu Rasulullah SAW. Ya Allah ya Rabb, dengan hati yang gerimis ini, kami memohon dengan sangat, perkenankanlah doa kami. Amin. Amin ya Rabbal ‘alamin.


4 comments:

  1. waduuh... pas buka langsung liat gambar aga gimana gituuu..

    *komen ini ditulis sebelum baca lengkap :)

    ReplyDelete