Thursday, April 18, 2013

Rahim Kami, Pembuka Surga



Selepas menyelesaikan dua tulisan yaitu #EdisiAbiOTW dan ‘Karena Perempuan Terkadang Lupa Betapa Berharga Dirinya’, aku mengambil sebuah buku berjudul Sirrul Asrar karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, ternyata baru ku baca sinopsis dari sampul buku tersebut saja, karena ianya masih tersegel dengan rapi. Bahkan masih ada beberapa buku yang bernasib sama, mashaAllah. Serasa sedang menganak tirikan mereka, maaf. Cepat atau lambat, aku akan berkhalwat satu per satu dengan kalian, insyaAllah.
Kembali ke Sirrul Asrar, aku hanya mencapai bab ke tiga dari buku tersebut, aku benar-benar butuh waktu yang lebih lama untuk mengintrepretasikan tiap kalimat yang beliau sampaikan. Tiap untaian paragaraf dirangkai sedemikian rupa dari berbagai ayat Quran, hadits , kitab-kitab klasik dan tentunya hasil cerapan ilmu yang beliau miliki. Dan tak terasa jam sudah mendekati pukul satu dini hari. Demi kelangsungan keseimbangan tubuhku, aku memaksa diriku untuk menutup buku dan memejamkan mata. Lalu terbangun pukul empat, dan tahukah kalian apa yang ada dibenakku saat itu? Aku katakan, “Astaghfirullah, aku belum shalat ashar, sudah jam berapa ini!”. Ya begitulah, tingkat kesadaran membuat shubuh dan ashar menjadi area abu-abu. Dan setelah aku menyadari kebodohanku, aku tertawa dan kembali beristighfar, benar-benar menggelikan, hha.
Sekarang jam menunjukkan pukul 06.21 di pojok desktopku, ntah kenapa aku sangat ingin menceritakan kembali beberapa kisah yang berkaitan dengan dua tulisan ku sebelumnya, kisah-kisah ini mungkin telah banyak yang mengetahuinya, karena di beberapa buku yang aku baca atau dari penyampaian orang lain telah banyak yang membahas kisah inspiratif ini.
Akan aku mulai dengan kisah Ashim bin Umar bin Khatab Ra :
Siapa yang tidak mengenal khalifah Umar bin Khatab, bahkan Ramadhan lalu sempat diputar sebuah film yang menceritakan betapa luar biasanya beliau. Lalu siapa Ashim? Ya, dia adalah putra khalifah Umar. Tak berlebihan jika aku mengatakan bahwa beruntung sekali menjadi seorang Ashim, karena memiliki Ayah seorang Umar. Selama kekhalifahannya beliau selalu berjalan di malam hari, menyusuri tiap sudut kota Madinah. Selain untuk melihat kondisi rakyatnya, beliau juga berniat mencarikan jodoh untuk putranya Ashim. Hingga di satu malam, ia tak sengaja mendengar percakapan seorang Ibu dan anak perempuannya. Ibu tersebut memerintahkan agar anaknya itu mencampurkan susu yang mereka jual dengan air agar mereka memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi. Namun, apa yang anak perempuannya ini katakan? Dengan lemah lembut ia katakan pada Ibunya, “Wahai Ibu, mungkin Khalifah Umar atau para pembeli tak akan mengetahui kecurangan kita, tapi Allah, Tuhannya Khalifah Umar, sungguh Dia Maha Mengetahui, bagaimana mungkin aku dapat patuh didepan-Nya jika dibelakang-Nya saja aku menentang dan berpaling?”.
Lalu Khalifah Umar tersenyum dan meyakinkan diri bahwa inilah perempuan yang ia cari selama ini, seorang perempuan shalihah yang akan menjadi istri luar biasa dan melahirkan generasi pejuang Islam. Dan benarlah, setelah Ashim menikah dengan perempuan penjual susu yang jujur ini, lahirlah seorang putri yang bernama Ummu Ashim. Dan dari anak perempuan inilah yang kemudian dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan. Dan tahukah kalian siapa lagi yang kemudian lahir dari rahim perempuan ini? Beliau adalah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dari Dinasti Umayyah, yang masyhur namanya karena ketegasan, keadilan dan keshalihannya. Subhanallah.
Sekarang marilah kita beralih ke kisah kedua, kisah Tsabit bin Ibrahim, namun aku lebih senang menyebutnya dengan kisah buah delima :
Pada satu hari, Tsabit bin Ibrahim menemukan sebuah delima. Delima yang ranum dan sangat lezat untuk disantap. Didorong oleh rasa haus dan lapar, ia memakan buah itu. Namun, baru beberapa gigitan ia tersadar dan beristighfar. Ia menyadari bahwa buah tersebut bukanlah miliknya, ia telah memakan buah yang haram. Dan seperti sabda Rasulullah, apabila seseorang yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan neraka. Masha Allah, ia bergegas mencari tuan si empunya buah ini. Akhirnya setelah menemukan rumah pemilik buah delima ini, ia mengatakan kepada beliau, “Wahai tuan pemilik buah delima ini, aku Tsabit bin Ibrahim, aku telah dengan tidak sengaja memakan buah delima yang bukan milikku, kedatanganku kesini untuk meminta maaf dan berharap tuan berkenan menghalalkan buah tersebut dengan cara aku membeli atau menggantinya.”
Laki-laki tua yang sedari tadi berdiri di hadapan Tsabit kemudian menjawab, “Aku tak akan menghalalkan buah delima itu kecuali engkau memenuhi satu persyaratanku, yaitu engkau harus menikahi putriku, dan sebelumnya engkau harus mengetahui bahwa putriku ini seorang perempuan yang buta, bisu, tuli dan kedua kakinya lumpuh.” Dengan kepasrahan demi mengaharap ridho Allah, Tsabit menyetujui persyaratan laki-laki tua ini.
Dan setelah akad nikah berlangsung, Tsabit menghampiri istrinya itu di dalam kamar pengantin. Dan tahukah kalian? Istrinya sangat cantik dan shalihah. Bagaimana tidak, perempuan ini benar-benar tidak menggambarkan keadaan yang Ayahnya jelaskan. Tsabit bertanya dengan penuh rasa penasaran, “Ayahmu mengatakan bahwa kau adalah gadis yang buta, bisu, tuli dan kedua kakinya lumpuh. Padahal dalam penglihatanku engkau tak memiliki cacat sedikitpun.” Kemudian dengan senyuman seorang pengantin perempuan, gadis ini menjawab, “Semua yang dikatakan Ayahku benar adanya, aku buta karena aku selalu berusaha menjaga pandanganku dari segala sesuatu yang diharamkan Allah SWT, aku tuli karena aku selalu berusaha untuk tidak mendengarkan segala ucapan yang tidak baik, aku bisu karena aku selalu berusaha menjaga lidahku, lidahku hanya aku penuhi dengan ucapan yang bermanfaat dan dipenuhi dzikir serta rasa syukurku pada illahi Rabbi, dan yang terakhir aku lumpuh karena kedua kakiku selalu kujaga dari tempat-tempat yang dipenuhi maksiat dan dosa.”
Dan tahukah kalian saudari-saudari perempuanku? Dari pernikahan mereka berdua, lahirlah seorang putra yang luar biasa. Beliau adalah seorang pendiri madzhab fiqh Hanafiyah. Itulah Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit, seorang mujahid Islam yang membuat cahaya Islam semakin terang benderang di seluruh penjuru dunia. Subhanallah.
Lalu ada satu kisah lagi yang aku baca sekilas saat berada di salah satu toko buku di Tanjungpinang, aku tak mengingat jelas nama-nama yang ada di kisah ini. Namun, lebih kurang begini ceritanya :
Di suatu desa, hiduplah seorang pelacur yang kaya raya dan telah masyhur namanya karena ‘pelayanannya’. Ia biasa melayani para saudagar kaya. Singkat cerita, terdapat seorang alim yang tak sengaja melewati rumahnya dan melihat betapa cantik dan menggodanya perempuan ini. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk datang dan berniat membayar ‘pelayanan’ yang akan perempuan ini berikan. Di dalam sebuah kamar, si alim duduk di ujung tempat tidur, menanti si perempuan datang. Tiba-tiba kamar itu menyerebak wangi harum dari si perempuan, saat perempuan ini mendekati si alim. Si alim langsung berhamburan menjauh dari si perempuan. Mungkin inilah buah ibadah yang selama ini ia lakukan, amalan yang mampu mencegahnya dari perbuatan maksiat. Lalu perempuan ini heran dan berkata, “Apa yang membuatmu tak ingin menikmatiku? Bukankah kau telah datang dan membayarku?”. Lalu si alim menjawab, “Ambillah upah itu untukmu, karena sungguh ketakutan ku pada Allah melunturkan nafsuku akan dirimu!”. Kemudian si alim pergi dan tak pernah kembali lagi.
Selepas kejadian yang baru pertama kali si perempuan itu alami, ia banyak menghabiskan waktu untuk merenung. Rasanya tak ada satupun laki-laki yang mampu menolak kecantikan dan godaan gairah darinya. Lalu mendadak ada seorang laki-laki yang telah membayarnya dan jaraknya mungkin sudah kurang dari satu meter darinya, namun menolaknya mentah-mentah dengan alasan ketakutan pada Allah. Akhirnya, ia seolah mereguk keyakinan dari langit. Ia memutuskan meninggalkan pekerjaan hinanya itu. Ia mencari ke segala penjuru kampung untuk menemui sang pemuda alim. Akhirnya, seorang penduduk menunjukkan kediaman sang pemuda. Namun malang, sesaat sebelum mereka bertemu, si pemuda alim berpulang ke Rahmatullah. Si perempuan menangis tersedu-sedu, akhirnya ia bertanya pada para penduduk, “Apakah sang pemuda memiliki seorang saudara laki-laki yang sama alimnya? Jika ada, aku ingin menjadi istrinya, aku akan memberikan seluruh harta yang ku miliki padanya.” Dan begitulah rencana Allah, sang pemuda memang memiliki seorang saudara laki-laki yang mungkin ketaatannya jauh melebihi dirinya. Akhirnya, menikahlah si perempuan dan saudara laki-laki si alim itu. Dan dari buah pernikahan mereka ini, lahirlah enam orang Nabi yang dirahmati Allah SWT. Wallahualam.

Sekarang akan aku paparkan kisah terakhir dari tulisan ini. Ini adalah kisah yang dikhususkan bagi para ikhwan pengemban dakwah, sebuah kisah yang diambil dari zaman Rasulullah tentang seorang budak berkulit hitam :
Pada satu hari ditengah pengepungan benteng Khaibar yang dipimpin oleh Rasulullah. Rasulullah mendapati seorang budak berkulit hitam yang dicurigai sebagai seorang mata-mata. Setelah diselidiki dengan beberapa pertanyaan,terbuktilah bahwa ia bukanlah seorang mata-mata. Ia malah balik bertanya kepada Rasulullah tentang agama Islam yang dibawa oleh beliau. Dan dengan kesadaran penuh, budak hitam ini menyatakan diri dalam keIslaman. Ia langsung turun berjihad di jalan Allah. Dan dalam perang Khaibar ini, ia gugur di medan pertempuran. Padahal, ia belum pernah mendirikan shalat satu rakaat pun.
Dan saat jenazahnya dibawa kehadapan Rasulullah. Rasul langsung memalingkan wajahnya dari jasad budak hitam itu. Para sahabat yang berada di sekitar beliau bertanya keheranan, “Ada apa ya Rasulullah, mengapa engkau memalingkan wajahmu dari jenazah budak hitam ini?”. Kemudian Rasulullah menjawab, “Tahukah kalian? Ada seorang bidadari dari surga yang diturunkan Allah untuk menjadi istrinya, bidadari itu sedang membersihkan pasir yang ada di wajahnya.” Subhanallah.
Begitulah empat kisah inspiratif yang penulis rangkai dari beberapa ceraian buku yang berserakan. Semoga tulisan ini mampu menginspirasi semakin banyak lagi orang tentang kebenaran janji Allah dan kemenangan yang dekat bagi orang-orang yang bertakwa. InsyaAllah.
Penulis akhiri tulisan ini dengan sebuah doa, semoga dengan diamini oleh para pembaca mampu menggugah hati-hati yang sedang temaram dari cahaya illahi menjadi terang benderang bak matahari. InsyaAllah.
“Ya Allah ya Rabb, basuhlah hati kami dengan petunjuk dari-Mu. Segerakan kami menuju kebaikan dan keampunan Zat Mu yang Maha Agung. Jadikan diri ini mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hingga hati kami senantiasa teguh dalam mengingat-Mu dan menjalankan ketaatan pada-Mu. Begitu pula nafsu hewaniyah ini dapat kami singkirkan secara totalitas demi menjauhi segala hal yang Engkau benci dan tak ridhoi. Jadikan saudari-saudari perempuan kami sebagai seorang perempuan pelahir generasi mujahid Islam, pembuka pintu-pintu keberkahan bagi umat yang akan menjadikan amal jariyah kami terus mengalir hingga hari kiamat kelak. Dan jadikanlah saudara-saudara laki-laki kami menjadi seorang imam yang membimbing keluarga kami untuk menyempurnakan separuh agama demi menjalankan sunnah Rasul-Mu. Hati kami berhimpun dalam ketakutan dan pengharapan penuh akan kasih-Mu, semoga segala kebaikan selalu tercurah pada kecintaan kami, Rasulullah SAW. Perkenankanlah doa kami duhai Rabbi. kami memohon dengan sangat. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”

2 comments:

  1. Selalu takjub sama kisah2 yang dipaparkan. Bikin hati kocar-kacir, adem banget, terus tiba-tiba jadi takut sama nyesel.

    Masalah kisah 1-3.. Buah gak akan jatuh jauh dari pohonnya. Berarti intinya, jika ingin memanen jagung, maka tanamlah jagung.

    Great Post yi \m/

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah, moga bermanfaat lagi dan lagi, luas dan semakin luas, amiin (^_^)

    ReplyDelete