Malam
itu, setelah mempublikasi tulisan ‘Hadiah Terbaik dari Saudi Arabia’, aku
meluangkan waktu untuk berkomunikasi melalui facebook, aku menyapa seorang temanku
di SMA dahulu, sebut saja namanya X. Awalnya hanya ingin menanyakan project
kami saat liburan nanti setibanya di Tanjungpinang, namun mendadak fikiranku
merambat ke satu pertanyaan liar yang sangat aku butuhkan jawabannya. Aku
memulai dengan kalimat, “Boleh nanya gak? Eh gak jadi deh, oke end.” Haha, dan
dia serta merta mengatakan, “Nah ini nih, paling anti kalo gak jadi nanya.”
Baiklah,
akhirnya aku meneruskan pertanyaanku, “Jadi gini, semua
orang punya kisah tentang hidayah, kalo ceritanya X gimana?”. Jengjeng,
begitu pertanyaannya. Dan dari seluruh obrolan kami, satu kalimat yang sangat
aku ingat dan melahirkan ide baru untuk seluruh tulisan ini nantinya. Ia
mengatakan, “Vacuum of Sense”. Satu kalimat
sederhana tapi sangat bermakna menurutku, karena ini semua menyangkut suatu
rangkaian kegiatan setelah dan sebelum ‘sesuatu’ dan tentunya memiliki hubungan
sebab-akibat. Great, sekian intermezo, mari kita memasuki pembahasan inti dari
tulisan ini.
Semua
orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, baik itu penuh berkah atau
sebaliknya yang penuh mudharot, ada yang berjalan di atas jalan yang lurus dari
semula atau mungkin ada yang singgah bahkan tersesat di beberapa tikungan
maupun terjatuh dalam jurang kehidupan. Itulah hidup, namun apapun dan
bagaimanapun itu, harapan terbesar seluruh orang adalah
berakhir di jalan lurus yang penuh akan cahaya dan itu semua dapat
diperoleh melalui berbagai hal, mari kita sebut itu semua sebagai hidayah. Ada
seseorang yang diberi hidayah melalui segala kebaikan yang ia peroleh, ada yang
melalui segala kepedihan yang menimpa dirinya atau melalui pencarian oleh
dirinya sendiri, baik itu menimba ilmu melalui berbagai buku maupun berguru
langsung pada guru-guru kehidupan.
Temanku
yang satu ini menceritakan proses yang akan kita sebut sebagai hidayah dan
ternyata tak lepas dari sisi ***** (baca:cinta). Ia pernah menjalin hubungan
dengan seseorang, cukup lama mungkin, karena jujur, aku tak mengetahui benar
kisah cintanya. Ia hanya mengatakan, “Sedikit sadar sih kalo waktu hidup aku
selama ini sia-sia semenjak gagal dalam kisah ***** (sensor), emang iya bener,
hati itu kebuka kalo udah disentil dulu, moga bekas sentilannya nancep terus,
biar kalo mulai salah jalur lagi, masih bisa inget bekasnya.” Aku sedikit
tertawa dan mengatakan, “Kalo yii bukan disentil lagi, ditabokin malah, wkwk,
tapi emang bener sih, makin dahsyat sentilanNya, makin ngebekas.” Kemudian ia
menimpali lagi dengan, “Satu hal yang bikin JLEB banget
itu, pas mikir ‘yaelah, selama ini aku gini gitu gini gitu, apa-apa demi dia,
semua demi dia, tapi dia demikian dan intinya aku nyesel ngeduain ibu bapak.”
Ya
begitulah, kenyataan yang terpampang nyata dewasa ini. Para pemuda dan pemudi
sibuk dengan dunianya masing-masing, bahkan terlalu sibuk dengan dunia
percintaan penuh kenistaan yang mereka elu-elukan. Lalu bagaimana akhir dari
mimpi-mimpi semu yang mereka bangun itu? Sebagian besar berakhir dengan
penyeselan dan kesia-siaan. Kemudian, aku katakan padanya, “Emang JLEB banget, apalagi kalo sampe seolah-olah kita
ngeduain TUHAN dan akhirnya dikhianatin, nusuk kali pastinya, serasa kebunuh
berkali-kali, haha (tertawa mengenaskan).”
Dalam
kondisi sangat antusias menyimak kisahnya, akhirnya ia mengatakan kalimat ajaib
itu, “Pas lagi ‘Vacuum of Sense’, alhamdulillah
malah gak makin melenceng kayak kejadian-kejadian di luar sana, ntah itu mabok,
bales dendam dengan ngerusak orang lain atau apalah itu. Alhamdulillah
temen-temen tempat curhat orang lurus semua, ya di saat
itulah aku ngerasa kalo emang cuma satu yang bisa bikin hati tenang, itulah
Allah. Hmm, ini ceritaku apa ceritamu?”.
Aku
katakan padanya, “Vacuum of sense?” *ngakak.
Lalu aku jelaskan beberapa hal yang aku sebut sebagai hidayah secara garis
besar layaknya tulisan-tulisankuku sebelumnya seperti ‘Untukmu yang Mengkhianatiku’, ‘Tenanglah Aku Sudah Membunuh Perempuan itu’ dan beberapa
tulisan lainnya. Aku akhiri jawabanku dengan mengatakan, “Mungkin emang gitu
keputusan terbaik dari Allah, pas kita mau berubah
lebih baik, sedangkan pasangan kita atau calon suami yang kita harapkan
nantinya gak bisa atau gak mau ikut berubah lebih baik, dia bakal kedegradasi, hha,
sekarang yii lagi tahap rehabilitasi, hmm mungkin bagian terlemah dari yii, ya
masalah hati, dan ujian pertama yang dikasih Allah karena mau kembali ke jalan Dia,
ya cobaan hati, hmm moga kita tetep istiqomah, badai pasti berlalu #eaa.”
Dari
semua obrolan ini, banyak pelajaran bermakna yang dapat kita ambil. Selain
menunjukkan dengan jelas bahwa pacaran atau atribut apapun tentang itu adalah
pembodohan dan penurunan kemuliaan diri sendiri. Kita juga dapat menggaris
bawahi proses transisi yang terjadi, masih ingat dengan kalimat ajaib ‘Vacuum of Sense’ yang disebutkan sebelumnya? Ini
adalah masa saat seseorang mengalami kekosongan secara rasa. Sesungguhnya hal
ini dapat diartikan lebih luas lagi, ada masa dimana seseorang yang telah
terbiasa secara menyeluruh mendapat ‘perhatian’ mulai dari bangun tidur hingga
tidur lagi atau berupa sentuhan secara fisik yang mendadak sirna. Aku selalu
menyebutkan bahwa ‘cinta’ itu layaknya candu,
dan orang yang tenggelam didalamnya adalah seorang
‘pecandu’. Dan tahukah kalian efek pasti yang akan muncul dari seorang
pecandu? Mereka akan mengalami penurunan kesadaran, seperti menghalalkan segala
cara demi memuaskan hasrat adiksinya, tak mampu lagi membedakan mana yang haq
dan mana yang bathil, dan tentunya dicengkram rasa sakit saat tak memperoleh
lagi ‘candu’ yang biasa ia konsumsi.
Banyak
dari pemuda dan pemudi yang telah terbiasa dengan ‘candu cinta’ ini, namun jika
mendadak dibatasi atau bahkan dicabut dari dirinya. Mereka
seolah mati perlahan, mati secara batiniah, karena cinta memanglah makanan bagi
hati dan minuman menyegarkan bagi jiwa. Namun selalu ada dua jalan lebar
yang terbuka di depan mata mereka, jalur kanan dan
kiri. Saat mereka memilih jalur kiri, maka
selamat, hasrat mereka akan terpenuhi kembali oleh
‘candu cinta’ itu, jika jalannya melalui pernikahan, itu adalah ibadah
yang luar biasa. Lalu bagaimana jika diambil melalui jalinan hubungan tak halal
seperti pacaran? Pecandu itu tak akan pernah terobati,
mungkin mereka berfikir itu adalah obat laksana penawar penyakit, padahal ianya
hanya daging busuk yang merusak keimanan. Masya Allah.
Tenanglah
saudaraku, masih ada satu jalan lagi, jalur kanan. Saat
mereka menjadikan pembatasan atau pencabutan ‘candu’ tersebut sebagai bentuk
hijrah meninggalkan kemunkaran. Maka selamat, pintu
kebaikan Allah terbuka selebar-lebarnya. Itulah obat dari segala macam
penyakit.
“Demi Allah, Allah sangat bahagia dengan taubatnya seorang hamba
daripada kebahagiaan diantara
kalian yang menemukan kembali hewannya
yang hilang di tanah yang
sangat tandus.”
(HR Al-Bukhari dan Muslim)
Selain
itu, kita juga harus ingat jawaban dari temanku ini yang mengatakan bahwa ia
beruntung menceritakan keluh kesahnya pada orang-orang yang lurus, hingga ia
dapat semakin istiqomah di jalan agama Allah. Kita harus benar-benar melihat
dan menyeleksi orang-orang di sekitar kita, kita boleh bergaul dengan siapa
saja, tapi untuk seorang teman yang kita jadikan layaknya saudara tentu hanya
orang-orang tertentu saja.
“Seseorang menurut agama
kawannya,
maka hendaklah setiap seorang
kamu melihat siapa yang harus dipergaulinya.”
(HR Ahmad)
Tak
dapat dipungkiri, jika kita berteman dengan mereka yang jauh dari agama Allah,
kecenderungan untuk melakukan hal-hal munkar sangatlah besar. Jika kita tak
mampu mengubah suatu sistem, maka berhijrahlah, semoga di tempat baru itu, di
lingkungan persaudaraan yang berlandaskan Islam dapat menguatkan keistiqomahan
kita, insyaAllah. Bukankah banyak pemuda dan pemudi yang semakin terjerumus di
jurang kesesatan akibat orang-orang disekitarnya? Saat ia putus cinta,
teman-temannya malah mengatakan, “Udah enjoy aja, masih
banyak di luar sana yang lebih baek.” Memang benar banyak yang lebih
baik, tapi jika caranya tidak baik, dimana letak kebaikannya? Kebaikan itu
adalah sesuatu dengan tujuan baik dan dengan cara-cara yang baik pula. Sekali
lagi dan tak pernah bosan-bosannya aku mengatakan, “Apa
dalil pacaran?”. Oke end, haha.
Semoga
kita dapat merenungkan ayat berikut ini sebagai peringatan dari Allah :
“Teman-teman akrab pada hari
itu
sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa.”
(QS Az Zuhruf ayat 67)
Baiklah,
akan aku tutup tulisan ini dengan doa yang dikhususkan bagi saudara-saudara
seiman, para sahabat yang setia mengingatkanku dalam kebaikan. Semoga kita
semua diperkenankan oleh Allah berkumpul di surgaNya kelak. Amin, insyaAllah.
“Ya Allah ya Rabb, rasa
syukurku semakin membuncah tiap mengingat dan memuji diriMu, semoga Engkau
selalu mencurahkan kebaikan bagi saudara-saudaraku yang seiman dalam Islam,
berkahi dan lindungilah mereka selalu, saat tangan ini tak mampu merengkuh mereka
dengan kekuatan maka aku pasrahkan seluruhnya dalam kekuatanMu duhai Rabbi,
saat lisan ini tak mampu mengingatkan mereka dalam kebaikan maka aku pasrahkan
seluruh kebaikan melalui Engkau duhai Zat Yang Mahabaik, dan saat nafas ini
berhenti mengalir maka aku pasrahkan seluruh amalanku demi keselamatan mereka,
duhai Rabbi, aku hanya ingin bertemu denganMu tanpa
terbebani oleh apapun, demi ruhku, aku ridho
Engkau sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad salallahu ‘alaihi
wassalam sebagai Rasulku, maka perkenankanlah doaku, aku memohon dengan sangat,
ridhoi aku ya Rabb, ridhoi aku. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”
Derrrrr gelap banget latarnya. serem. Padahal tulisan cahaya2 gini bagusnya warna terang hehe. keep semangat. aku.juga lagi susah banget nyoba pelan2 hijab syar'i cmiiw
ReplyDeleteiya yah, hha, ntar abang PWS katanya mw bermurah hati ngubrak ngabrik blog ini, doain aja, hehe
Deletebismillah bella, bisa kok insyaAllah, hamasah
Vacuum of Sense.. Ngasal -_-
ReplyDeletethat's urs brother (^_^)
DeleteLIKE THIS BANGEET kaaaakk...
ReplyDeleteSemoga Tulisan kakak ini mammpu memperberat timbangan amal kebaikanmu kelak kak .
Aamiin ^_^
aamiiiin, gitu jg yg baca yah (^_^)
Deletetulisannya mah keren, tetapi kalu boleh saran, backgraounnya dingati, (cuma saran :D) gelap habisnya
ReplyDeletentar diganti insyaAllah
Delete