Hari
ini aku membaca beberapa tulisan yang pernah aku tulis, berusaha menjadi
pembaca yang benar-benar independen dan seolah tak mengenal siapa perempuan
dibalik seluruh tulisan ini. Kadang aku tersenyum, kadang menarik nafas panjang
atau terlontar pertanyaan, “Benarkah perempuan yang ada
dalam diriku ini pernah menulis ini semua?”. Secara keseluruhan,
kumpulan tulisan ini menapaki suatu fase demi fase yang semakin menanjak meski
kadang ianya jatuh kembali diiringi runtuhnya pertahanan. Namun, tetap saja, penulis
tak membiarkan dirinya berkubang terlalu lama dalam lubang hitam itu, ia
menyeruak kembali berdiri tegak menjemput cahaya. Jika para pembaca menelesuri
jejak-jejak tulisan yang terhampar dimulai dari awal langkahnya, maka akan
ditemukan suatu benang merah meski masih berbalut perumpamaan disana-sini.
Perempuan
ini bermimpi mewujudkan garis hidupnya dari masa-masa kelemahan yang
bertambah-tambah, kemudian berhijrah yang diwarnai masa transisi untuk bangkit
kembali. Dan kini lihatlah, ia sedang membangun pertahanannya, lebih kokoh
lagi, hingga satu hari dengan kerelaan hati dan
keberanian ia akan membuka gerbang pertahanannya dan mempersilahkan seorang
penyelamat untuk membentengi dirinya.
Kini
aku selalu meluangkan waktu untuk bercengkrama dengan perempuan ini, menanyakan
kabarnya, menyusun rapi seluruh mimpi-mimpinya dan pastinya membantu dirinya
mewujudkan seluruh mimpinya itu. Aku benar-benar mendampinginya dengan setia.
Tak akan aku biarkan ia berjalan sendiri hingga tersesat di kegelapan malam
lagi.
Satu
hari aku mendengar seluruh cerita mengenai masa kecilnya hingga ia mampu tumbuh
besar dan berbicara lantang dengan seluruh tulisannya ini. Ia benar-benar
dibentuk dengan seluruh buku yang dibacanya dan tentu saja orang-orang yang
masuk dalam kehidupannya.
Belum
genap berusia empat tahun ia sudah mampu membaca, sehingga di taman kanak-kanak
ia selalu dipercaya menjadi protokol upacara. Ketertarikannya terhadap buku
juga sangat besar, ia tak pernah menolak jika ditawari untuk membeli buku. Dan
genre yang ia pilih mungkin agak berbeda dengan teman-temannya. Saat semua anak
sibuk dengan buku cerita bergambar warna-warni, ia malah cenderung memilih buku
bergaris hitam putih tentang kisah para Nabi, Rasul dan para sahabat. Kemudian
saat menapaki jenjang sekolah dasar, saat teman-temannya membaca komik, ia
sudah beralih dengan buku-buku yang dipenuhi tulisan-tulisan tanpa gambar, dan
genrenya masih sama, perjuangan para mujahid Islam.
Saat
kelas 4 SD, ia mulai merubah genre bacaannya. Ia mulai tertarik dengan bacaan
lintas agama. Ia haus akan pertanyaan besar, “Apakah
Islam agama yang paling benar di muka bumi?”. Awalnya ia membaca
buku-buku tebal yang berkaitan dengan agama Katholik, kemudian Protestan. Di
kelas 5 dan 6 SD ia mempersempit bacaannya, ia mulai bercengkrama dengan Isa
atau Yesus di mata para umat Kristiani, kemudian membandingkan dengan Isa di
mata para umat Islam. Semua ini diakhiri dengan membandingkan antara Isa bin Maryam dan Muhammad bin Abdullah. Tak mudah
menjadi dirinya di saat itu, ia harus menutup dirinya di dalam kamar dan
merahasiakan kepada siapapun tentang buku-buku yang sedang ia baca. Bagaimana
tidak? Ia bisa dianggap sebagai seorang
anak SD yang bau kencur dengan buku-buku yang tak layak dibaca oleh anak
seusianya.
Saat
memasuki bangku SMP, ia mulai mebaca literatur-literatur mengenai Hindu, Budha
dan beberapa aliran kepercayaan. Tak dapat dipungkiri bahwa ia kurang tertarik
dengan itu semua. Dan kualitas bacaannya mulai bergeser ke arah lain, ia
menghabiskan waktunya membaca buku-buku motivasi, psikologi dan segala hal yang
berkaitan dengan sisi batiniah seseorang baik itu spiritual maupun
emosionalnya.
Di
saat SMA, ntah kenapa ia kembali tertarik dengan bacaan lintas agama, ia mulai
memburu buku-buku dan informasi melalu dunia maya mengenai para yahudi, para
nasrani hingga para pemuja iblis. Hal ini masih berlanjut hingga di bangku
kuliah, ia menenggelamkan dirinya mencari kaitan antara umat nasrani, yahudi, Islam dan tentu saja para pemuja iblis yang menanti
turunnya Dajjal. Ada ketakutan di fase ini, ia pernah mengalami mual
yang teramat sangat saat mempelajari aktivitas dan simbol-simbol para pemuja
iblis. Haha, perempuan bodoh. Namun bersyukurlah, jawaban telah ia temukan. Lihatlah kini, tak ada tujuan lain selain kembali ke Al-Quran
dan hadits. Ia kembali menjadi sosok gadis kecil saat taman kanak-kanak
yang jatuh cinta dengan para mujahid Islam. Ia habiskan waktunya untuk membaca
buku-buku Islami, bahkan berusaha menuangkannya kembali melalui berbagai
tulisan. Ia mulai rutin mengikuti kajian dan memiliki impian baru yaitu mampu
berdakwah dengan tulisan-tulisannya.
Beberapa
hari yang lalu perempuan ini mengatakan padaku, “Mewakafkan
diri ke jalan Allah sangat mudah untuk dilafazkan, namun mewujudkannya,
dahsyat.” Aku tertawa kecil saat itu, kemudian aku memberikannya kutipan
surah Al-Hajj ayat 40-41 yang berbunyi :
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika
Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Aku
katakan padaya, “Tenanglah saudari perempuanku, meski
respon para pembaca kadang meneror ide-idemu, mematikan seluruh kalimatmu
bahkan seolah akan membunuh dirimu. Teruslah bergerak, teruslah menulis.
Bukankah kau sangat membutuhkan rasa lega? Dan aku tahu benar, kau memperoleh
rasa itu setelah menulis. Keep spirit in faith my dearest sister.”
Semoga
seluruh pembaca mampu menempatkan dirinya secara independen dan membuang sisi
subjektifitas. Karena jika ini terus berlanjut, aku mengkhawatirkan suatu hari
saudari perempuanku ini akan menulis tanpa kata dan berdakwah tanpa suara. Mari
kita menjadi seorang pembaca yang objektif dan tidak melihat siapa perempuan
dibalik seluruh tulisan ini, melainkan beralih menjadi pembaca yang menyerap
tulisan yang ia tuangkan, jika ianya baik maka
semata-mata hanyalah kebaikan Allah yang tercurah melalui dirinya dan jika
ianya cacat maka semata-mata karena iblis yang membisikkan kejahiliyahan dalam
dirinya.
Baiklah,
akan aku tutup tulisan ini dengan sebuah doa yang semoga dengan diamini oleh
para pembaca mampu semakin menguatkan kebaikan bagi umat Islam, insyaAllah.
“Ya Allah ya Rabb, jadikan
kami para mujahid Islam yang mampu berjuang dengan waktu, ide, harta, bahkan
jiwa kami demi agamaMu yang lurus. Bukakan seluruh pintu ilmu-Mu agar kami
mampu memahami dan menjalankan seluruh perintah-Mu. Biarkan nama-nama kami
tercatat dan menghiasi Arsy-Mu ya Rabb. Bangkitkan kejayaan Islam di tangan
kami. Biarkan kami dan anak cucu kami menikmati runtuhnya kebatilan dan
menjulangnya segala kebenaran berlandaskan asma-Mu. Kami memohon dengan sangat
ya Rabb. Semoga shalat kami, ibadah kami, mati dan hidup kami semata-mata
untuk-Mu dan sebagai wujud pengabdian rasa cinta kami kepada baginda Rasululullah
shalallahu ‘alaihi wassalam. Amin amin ya Rabbal ‘alamin.”
yii..
ReplyDeletepernah merhatiin muka yesus di tiap gambar ga ?
aga ngerasa ga kompak ya..
kadang mukanya pada beda antara gambar, patung, atau animasi lain
punten ini buat yg nasrani
namanya jg ilustrasi kak, wajar kalo beda2, buatan tangan manusia, alhamdulillah Rasul kita slalu digambarin cahaya doang :')
Delete