Aku bahagia karena aku adalah anak perempuannya
Aku bahagia karena dia pernah mengatakan, “Kamu itu anak kebanggaan
papa. Papa sayang kamu, jaga diri
baik-baik ya.”
Aku bahagia karena aku adalah seorang putri yang telah mewujudkan
sebagian mimpi-mimpinya
Aku bahagia karena aku pernah menghabiskan waktu berdua bersamanya
Aku bahagia karena aku tak beranjak sedetikpun dari sisinya saat dia
sedang kesakitan
Aku bahagia karena aku menghabiskan pagi dan petang membaca Quran
bersamanya
Aku bahagia karena aku selalu shalat berdua bersamanya
Aku bahagia karena aku menceritakan banyak kisah Rasul dan para sahabat
padanya
Aku bahagia karena aku mampu mendekap erat tubuhnya yang mulai dingin
dan membeku itu
Aku bahagia karena ada diriku yang terukir jelas di kedua bola matanya
Aku bahagia karena tiap ruas jemariku sama dengan miliknya
Aku bahagia karena dia adalah orang yang terakhir kali mengecup mulutku
ini
Aku bahagia karena aku senantiasa mengatakan padanya, “Papa itu papa
terbaik, Derry sayang Papa, sangat.”
Aku bahagia karena aku masih merasakan getaran lembut nadinya di
saat-saat terakhir
Aku bahagia karena aku menyenandungkan lafadz “Laa illa ha ilallah” di
telinganya sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya
Aku bahagia karena dengan tangan ini aku menutup kedua kelopak matanya
untuk terakhir kalinya
Aku bahagia karena sebelum dia dibalut dengan kain putih itu, aku telah
mengatakan, “Salaam qaulam mirrabbirahim ya Papa.” (1)
Aku bahagia karena saat tanah itu ditutup ke atas tubuhnya, aku telah
mengatakan, “Laa ba’sa ya Papa, laa ba’sa” (2)
Aku bahagia karena dia telah berada dalam naungan Zat Mahabaik saat ini
Aku bahagia karena saat ini kematian akan benar-benar menjadi perayaan
pertemuan kami lagi nantinya
Aku bahagia karena saat ini aku memiliki tempat untuk menyendiri berdua
dengannya, di makam itu, di bawah sebuah pohon rindang diantara gundukan tanah
dengan nisannya
Aku bahagia karena Rabbku semakin lantang mengatakan padaku, “Akulah
Tuhanmu, Akulah Zat Yang Mahakekal itu.”
Aku bahagia karena aku semakin menyadari bahwa aku tak memiliki apapun
di dunia ini, semua milik-Nya, termasuk diri ini, lantas apa yang mampu
membuatku bersedih saat telah tiba waktu dimana Dia mengambil kembali apa yang
telah Dia titipkan selama ini?
Aku bahagia karena yang tiada saat ini memang berasal dari ketiadaan,
lantas mengapa harus merasa kehilangan padahal aku tak pernah benar-benar memilikinya
meski sekejap pun?
Aku bahagia karena Ayahku telah kembali pada Zat Mahabaik yang akan
menjaganya melebihi kemampuan anak perempuannya ini
Aku bahagia karena pernah menjadi putrinya dan akan tetap selalu begitu,
ya selalu begitu
Aku bahagia karena dia tetaplah Ayahku, pahlawan terbaik yang pernah
terwujud dalam hidupku
Dan aku juga bahagia karena aku pernah berjanji hanya akan terlihat
menyedihkan di hadapan diri-Nya saja, lantas kini aku ingin bertanya, sudahkah
aku memenuhi janjiku itu duhai Rabbi? Jika aku belum menyempurnakannya, maka
tolong katakan “Laa tahzan” padaku, (3) aku berjanji akan mengatakan “Laa
ba’sa” pada-Mu
Laa ba’sa ya Rabbi, Laa ba’sa
Terjemahan :
(1) “Salam”,
sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang
(2) Tak
mengapa / tidak apa-apa
(3) Jangan
bersedih
bersyukurlah bagi sobat yang masih bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah... ^^ Sayangi mereka dengan setulus hati..
ReplyDeleteblog walking here... sekalian saling follow juga kalo berkenan.. hehehe
salam solid ^^
makasih, salam solid juga ^_^
Delete