Sebagai seseorang yang masih belum mampu terlepas dari berbagai film yang
beredar, beberapa minggu terakhir aku telah menyaksikan film The Insidious 2,
Gravity, Captain Phillips, Thor dan ditutup dengan Now You See Me. Semuanya menarik, dengan esensi kelezatannya
masing-masing. Mungkin banyak orang di luar sana yang menonton sebuah film lalu
selesai sampai di situ saja, tidak lebih dari sarana hiburan. Namun, aku adalah
perempuan yang mengambil hal lain di dalamnya. Kita mulai dari film The Insidious 2, ini adalah sebuah sekuel film dengan genre horor yang
mengangkat tema tentang segala hal yang berkaitan dengan kemampuan seseorang
menjelajahi dunia lain saat ia sedang tertidur, dan apabila ia berjalan terlalu
jauh dari tubuh aslinya, maka akan ada kemungkinan tubuhnya tersebut akan
ditempati oleh ruh lainnya. Banyak hal yang aku pikirkan saat itu, terutama
tentang kematian. Semua orang akan mati, ruh
akan berpisah dari jasad, yang dicinta akan berpisah dengan yang mencinta, dan
seterusnya. Lalu pertanyaannya, tahukah kita kapan masa itu akan menghampiri
kita? Bukankah kita ini hanyalah sekumpulan manusia
yang menunggu giliran kematian kita?
Lalu saat ruh ini diceraikan dari jasad, kemanakah ia akan menuju? Ke hadirat Tuhannya? Berjalan tak tentu arah? Atau ruh tersebut lenyap begitu saja? Jika memang kita mengakui keberadaan-Nya, tentu kita akan menjawab bahwa kita akan menuju kepada-Nya. Lantas pertanyaannya kini adalah apa yang akan kita bawa ke hadapan-Nya? Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita selama di dunia? Akankah Tuhan kita mengatakan:
Lalu saat ruh ini diceraikan dari jasad, kemanakah ia akan menuju? Ke hadirat Tuhannya? Berjalan tak tentu arah? Atau ruh tersebut lenyap begitu saja? Jika memang kita mengakui keberadaan-Nya, tentu kita akan menjawab bahwa kita akan menuju kepada-Nya. Lantas pertanyaannya kini adalah apa yang akan kita bawa ke hadapan-Nya? Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita selama di dunia? Akankah Tuhan kita mengatakan:
“Wahai
jiwa yang tenang!
Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.
Maka
masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
dan
masuklah ke dalam surga-Ku.”
(QS Al-Fajr ayat 27-30)
Atau
bisa jadi, Tuhan kita malah mengatakan:
“Dan
sungguh, akan Kami isi neraka Jahannam dari kalangan jin dan manusia. Mereka
memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
(Surah Al-A’raf ayat 179)
Duhai saudaraku,
tidakkah kita memahaminya? Maka aku mohon, pahamilah,
sedikit saja.
Film kedua adalah Gravity, dengan latar outer space, film ini bertemakan seorang perempuan yang terjebak di
luar angkasa dan berjuang untuk kembali ke bumi. Banyak pikiran liar yang
berputar-putar dalam benakku. Rasanya sangat menyenangkan jika berada di suatu
tempat yang sangat jauh dari permukaan bumi, tanpa gravitasi, tanpa udara,
tanpa suara. Pasti akan mengagumkan jika aku mampu membaca berbagai buku yang
aku cintai dalam keheningan dengan nilai mutlak, tak ada gangguan, dan tak ada
keributan yang mengalihkan fokusku. Atau aku berpikir satu hal, jika aku berada
di luar sana, mungkin aku akan tersenyum menatap bumi dengan segala
keindahannya lalu berpikir, “Siapakah penduduk bumi yang sedang menatap langit
dan mengingatku saat ini?” Dan aku berharap tak ada seorangpun yang
memikirkanku atau paling tidak mengingatku. Kenapa? Karena
aku ingin menikmati kematian dalam ketiadaan, menikmati ketiadaan dalam
ketiadaan, tak perlu mencemaskan siapapun yang akan aku tinggalkan di
permukaaan bumi, tak perlu mencemaskan orang-orang yang mungkin akan bersedih
jika aku benar-benar menjadi sosok yang tiada lagi nantinya. Bukankah kematian
itu akan membawa dua hal? Kematian jasad dari seseorang
yang pergi dan kematian jiwa pada mereka yang ditinggalkan. Tidakkah
kita memahaminya? Maka aku mohon, jika satu hari nanti aku akan mendahului kalian
semua menuju ketiadaan, berbahagialah, karena sungguh, aku selalu berprasangka
baik bahwa Dia akan memberikan percikan cahaya dalam ketiadaanku nantinya,
merayakan pertemuan kami berdua kemudian menyingkap seluruh ketiadaan menjadi
keabadian. Semoga Dia mengasihani perempuan yang kadang berharap mampu tiada sebelum ketiadaan. Bukankah
salah satu hadiah terbaik adalah tak pernah terlahirkan sama sekali? Namun
tetap saja, ada nilai relatif disana, maka pahamilah, sedikit saja.
Film ketiga adalah Captain Phillips, film ini diangkat dari kisah
nyata yang menceritakan tentang seorang kapten kapal yang berjuang
menyelamatkan kapalnya dari pembajakan di laut lepas. Aku menteskan air mata
saat menonton ini, entahlah, aku merindukan Ayahku, di film ini, sesaat sebelum
sang kapten akan ditembak oleh para bajak laut, ia menangis sembari menuliskan
pesan terakhir bagi keluarganya, ia katakan disana bahwa ia menyayangi mereka,
ia ingin keluarganya tetap bersama dan berbahagia. Masya Allah, aku bahkan
hanya mampu mendekap erat tubuh Ayahku selama berhari-hari tanpa mendengar
sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Aku hanya mampu mendengarkan
suara-suara dari alat-alat yang dihubungkan ke tubuh Ayahku itu, rasanya aku
ingin menyingkirkan semuanya dan membungkam seluruh bunyi yang sangat memuakkan
itu. Tapi aku bisa apa? Tak ada pesan yang ia bisikkan pada anak perempuannya
ini hingga detak jantung terakhirnya. Tapi tak mengapa, aku percaya, ia jauh
lebih baik saat ini, menikmati keabadiannya bersama diri-Nya. Bukankah kematian adalah perayaan? Maka pahamilah, sedikit
saja.
Film keempat adalah Thor, entahlah, aku lebih banyak berpikir tentang
segala sesuatu yang ilmiah di film ini, tentang sembilan dunia yang berada di
satu garis lurus yang hanya terjadi dalam kurun waktu lima ribu tahun sekali,
tentang senyawa-senyawa tertentu yang membawa kegelapan, hingga seluruh
teknologi yang mereka gunakan. Jika harus membahas tentang kehidupan mereka,
mungkin aku sedikit tertarik tentang seorang perempuan yang tetap setia menunggu
kekasihnya yang tentu saja bukan seorang penduduk bumi meski selama dua tahun
tidak diketahui keberadaanya, tentang seorang ibu tiri yang tetap mengasihi
anak tirinya meski ia telah melakukan kesalahan fatal, tentang pembalasan
dendam akan darah yang mengalir dengan alasan yang tak semestinya, hingga
loyalitas pengabdian pada negeri dan rakyatnya. Banyak nilai perjuangan dan
pengorbanan di dalamnya, cukup membuatku berdecak kagum saat mengetahui bahwa
Thor sang tokoh utama di film ini memilih untuk merelakan tahta kerajaannya
demi perempuan yang ia cintai di bumi, itulah cinta, apapun akan kita lakukan
demi orang yang kita cintai. Lantas ada satu pertanyaan yang menggelitik
kesadaranku saat ini, apa yang telah kita lakukan
pada-Nya sebagai wujud tanda cinta kita? Maka pahamilah, sedikit saja.
Kau
bermaksiat kepada Tuhan, tapi tetap menyatakan cinta.
Demi
Tuhan, itu tak dapat disandingkan.
Jika
cintamu tulus, niscaya kau patuh kepada-Nya.
Sungguh,
seorang pencinta akan mematuhi kekasihnya.
(Rabiah al-Adawiyah)
Akhirnya kita memasuki film terakhir, Now You See Me, film ini bukanlah film yang baru
beredar, mungkin ia telah ditayangkan di bioskop sejak bulan Juni lalu, awalnya
aku hanya membaca beberapa dialog antar pemain yang aku dapati di internet,
banyak dialog yang membuatku tersenyum bahkan tertawa penuh sarkasme, hingga
akhirnya aku menonton langsung film ini melalui netbook ku. Film ini
menceritakan tentang empat orang magician
dengan bakatnya masing-masing, ya meskipun film ini terlalu menampakkan
segala hal yang berbau illuminati, aku menyukai film ini, dengan segala trik,
intrik dan kelicikan di dalamnya. Banyak hal diluar dugaan yang terjadi di
dalamnya. Namun, terlepas dari semua itu, aku ingin membahas satu hal di film
ini, mereka selalu mengatakan:
“Cause the closer you look, the less you see.
The closer you think you are, the less you will actually
see.”
Pernyataan cerdas dan mencerdaskan. Aku ingin mengaitkan pernyataan ini
dengan dia, seseorang yang belakangan ini memenuhi tulisan-tulisan dalam
koleksi pribadiku. Aku ingin katakan padanya, “Menjauhlah, agar dirimu mampu
terlihat seutuhnya, bukankah saat kau terlalu dekat maka lapangan pandangku
akan menyempit? Kita benar-benar harus terpisahkan jarak, ini agar semuanya
berjalan secara objektif, karena sungguh, subjektifitas akan memuncak saat kita
terlalu dekat. Layaknya bismillah, sanking nyatanya, ia seolah menjadi samar
hingga tak mampu tergambarkan. Atau jangan sampai ungkapan tentang ‘kita’ itu
juga layaknya bismillah, sanking seringnya diucapkan, ia menjadi seolah
terlupakan hingga tak dikenal. Karena tentang ‘kita’ itu bukan sekadar
pernyataan lisan tanpa kehadiran ruh di dalamnya. Lebih baik ia tersembunyi
halus menjadi rahasia megah yang terjaga. Namun sepertinya, kini waktu kita
telah habis, semoga satu hari nanti kita malah mampu menghabiskan
waktu berdua dalam ketidak-habisan. Atau sepertinya, kini waktu kita
telah tiada, namun semoga satu hari nanti, kita mampu meniadakan
waktu yang tiada selama ini dalam ketidak-tiadaan.” Tapi satu hari, aku
tertawa kecil saat membaca sebuah tweet yang mengatakan:
“Be
careful who you trust, the devil was once an angel.”
(@9GAG)
Tapi sudahlah,
aku tak ingin berbalik badan dan membelakangi diri-Nya lagi. Bukankah terhormat dan berharga itu adalah yang terjaga baik
tindakan, lisan, tulisan hingga perasaan? Bukankah tak ada yang ingin
hangus terbakar lagi? Maka biarkan aku memadamkannya segera atau tetap
membiarkannya tersembunyi rapi dalam perapian. Selalu begitu, tak meleset.
Lagipula ini adalah tentang perjalanan waktu dan seluruh prosesnya, semuanya
dapat berubah sekelip mata. Namun paling tidak, kita selalu mampu menikmati ketiadaan kita berdua dalam ketiadaan. Atau
mungkin lebih tepatnya, aku sendirilah yang selalu mampu menikmati ketiadaan
kemungkinan terwujudnya ini semua dalam ketiadaan. Namun, bukankah tak ada yang
akan merusak tujuan utama kita? Menyebalkan memang jika
harus mematahkan hal tertentu sebelum perwujudannya. Namun tersenyumlah, karena
kau tahu ini tentang siapa, pahami dan selamat menikmati...
No comments:
Post a Comment