Allah SWT telah berfirman, “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka
sendiri mencari jalan kepada Tuhan, siapa diantara mereka yang lebih dekat
(kepada Allah SWT). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut terhadap azab-Nya.
Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti.” (QS Al-Isra’,
17:57). Frase ‘mencari jalan’ dalam ayat ini
artinya mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan
ibadah dan mencintai-Nya. Ada tiga sendi iman, yaitu
cinta, rasa takut, dan berharap.Tentang pengharapan ini Allah SWT telah
menjelaskan dalam firman-Nya:
Maka barangsiapa mengharap
pertemuan dengan Tuhannya
maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan
janganlah dia menyekutukan
dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
(QS Al-Kahf, 18:110)
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman,
dan orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah,
mereka
itulah yang mengharapkan rahmat Allah.
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(QS Al-Baqarah, 2:218)
Di dalam hadis disebutkan dari Jabir
ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Aku berada pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Maka
hendaklah dia membuat persangkaan kepada-Ku menurut kehendak-Nya.’” (HR Muslim)
Raja’ merupakan ayunan langkah yang
membawa hati ke tempat Sang Kekasih, yaitu Allah SWT dan negeri akhirat. Ada
yang berpendapat Raja’ artinya kepercayaan tentang kemurahan Allah SWT. Perbedaan Raja’ (mengharap) dengan berangan-angan, yaitu
berangan-angan disertai kemalasan, pelakunya tidak pernah bersungguh-sungguh
dan berusaha. Sementara, mengharap itu disertai dengan usaha dan tawakal. Yang
pertama seperti keadaan orang berangan-angan, andaikan dia mempunyai sebidang
tanah yang dapat dia tanami dan hasilnya pun dipetik. Yang kedua seperti
keadaan orang yang mempunyai sebidang tanah, lalu dia olah dan tanami, lalu dia
berharap tanamannya tumbuh. Karena itu, para ulama telah sepakat bahwa Raja’
tidak dianggap sah kecuali disertai usaha.
Raja’ itu ada tiga macam. Dua macam
merupakan perbuatan terpuji dan satu macam lagi merupakan perbuatan tercela. Pertama, harapan seseorang agar dapat taat kepada Allah SWT
berdasarkan cahaya-Nya, lalu dia mengharap pahala-Nya. Kedua, seseorang yang
berbuat dosa lalu bertobat dan mengharap ampunan, kemurahan, dan
kasih-sayang-Nya. Ketiga, orang yang melakukan kesalahan dan mengharap rahmat
Allah SWT tanpa disertai usaha. Ini sesuatu yang menipu dan harapan yang dusta.
Orang yang berjalan di jalan Allah
SWT mempunyai dua pandangan. Pertama, pandangan kepada diri sendiri, aib dan
kekurangan amalnya, sehingga membukakan pintu ketakutan, agar dia melihat
keluasan karunia Allah SWT. Kedua, pandangan yang membukakan pintu harapan
baginya. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa batasanRaja’ adalah keluasan rahmat
Allah SWT. Ahmad bin ‘Asim pernah ditanya, “Apakah
tanda Raja’ pada diri hamba?” Dia menjawab, “Jika
dia dikelilingi kebaikan, maka dia mendapat ilham untuk bersyukur, sambil
mengharap kesempurnaan nikmat dari Allah SWT di dunia dan
di akhirat, serta mengharap kesempurnaan ampunan-Nya di akhirat.”
(Ditulis ulang dari karya
Ibnu’l Qayyim al-Jauziyyah)
No comments:
Post a Comment