Aku
baru saja
menghabiskan satu buku yang berjudul “Balada Cinta Suci
Ali-Fatimah” karya Badiatul Roziqin. Baru saja di bab pertama air mataku
telah mengucur dan hingga di pertengahan bab kedua air mataku telah menggenang
laksana banjir. Masha Allah, buku ini benar-benar meruntuhkan pertahananku,
mendesirkan kelembutan hati yang amat sangat dalam. Tak banyak yang dapat aku
katakan, namun aku akan mengutip sebuah hadits Rasulullah yang terdapat dalam
buku ini :
“Bila Fatimah tidak diciptakan, Ali tidak akan mempunyai isteri. Bila
Ali tidak diciptakan, maka Fatimah tidak akan memiliki pasangan.”
Begitulah
luar biasanya kedua pasangan ini hingga Rasulullah SAW banyak sekali menjadikan
mereka suri tauladan bagi umatnya. Mungkin telah banyak yang mengetahui bahwa
sebelum menikah dengan Ali, Fatimah telah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar,
namun dengan halus Rasulullah berkata, “Tunggulah
ketetapan dari Allah.” Dan jawaban itulah yang menyadarkan Abu Bakar dan
Umar bahwa lamaran mereka ditolak. Lalu bagaimana dengan Ali? Dia sangat segan
untuk melamar Fatimah karena ia tak memiliki sesuatu apapun untuk dijadikan
mahar ditambah lagi dengan penolakan Rasul terhadap dua orang yang menurutnya
sangat layak sebagai pendamping Fatimah. Namun atas dorongan dari kerabat, Ali pun
memberanikan diri untuk menghadap Rasulullah.
Hari
itu Ali mengetuk pintu Rasulullah dan hendak mengutarakan niatnya melamar
Fatimah. Namun mendadak lidahnya kelu tak mampu mengucapkan sepatah katapun
saat Rasulullah berada di hadapannya.
Dengan lembut Rasul bertanya “Apakah engkau datang untuk melamar Fatimah?” Hanya satu kata yang keluar dari mulut Ali, “Ya.” Kemudian Rasul menanyakan kepada Ali apa yang akan ia jadikan mahar. Dengan jujur ia mengatakan bahwa ia tak memiliki sesuatu apapun selain sebuah pedang, baju besi dan cerek air.
Dengan lembut Rasul bertanya “Apakah engkau datang untuk melamar Fatimah?” Hanya satu kata yang keluar dari mulut Ali, “Ya.” Kemudian Rasul menanyakan kepada Ali apa yang akan ia jadikan mahar. Dengan jujur ia mengatakan bahwa ia tak memiliki sesuatu apapun selain sebuah pedang, baju besi dan cerek air.
Dengan
kebijaksanaannya Rasul menjawab, “Wahai Ali, mengenai pedangmu, kamu
membutuhkannya untuk berperang di jalan Allah, dan dengannya kamu dapat
memerangi musuh-musuh Allah. Sedangkan cerekmu, kamu menggunakannya untuk
mengairi kurmamu dan untuk kepentingan keluargamu. Aku menikahkanmu dengan baju
besimu saja, dan Fatimah akan senang dengan pemberianmu itu, apakah aku telah
membuatmu gembira?”
“Ya,
engkau telah menggembirakanku. Engkau senantiasa diberkahi dan engkau selalu
bijaksana. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kesejahteraan kepadamu.”, jawab
Ali.
Kemudian
Rasulullah mengatakan, “Gembiralah, wahai Ali. Sesungguhnya
Allah telah menikahkanmu dengan Fatimah sebelum aku menikahkanmu dengannya di
bumi. Sebelum engkau datang, malaikat Jibril telah turun dari langit dan
berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah melihat ke bumi, kemudian Ia
memilihmu diantara ciptaan-Nya dan mengutusmu dengan risalah-Nya. Ia melihat
lagi ke bumi, kemudian Ia memilihkan untukmu seorang saudara, pembantu, sahabat
dan menantu. Maka, nikahkanlah Ali dengan putrimu, Fatimah. Malaikat-malaikat
di langit menyambut gembira hal itu. Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah
menyuruhku agar aku menyuruhmu menikahkan Ali di bumi dengan Fatimah, dan agar
engkau memberi kabar gembira kepada mereka berdua dengan akan lahirnya dua
orang anak yang bersih, pandai, suci, baik, dan paling utama di dunia dan di
akhirat.’ Wahai Ali, demi Allah, malaikat itu tidak
naik meninggalkanku sampai engkau mengetuk pintu.”
Begitulah
keindahan cinta dua orang insan yang menjaga kemuliaan mereka masing-masing
hingga Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Setelah
pernikahan, Fatimah berkata kepada Ali,
‘Maafkan
aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang’
‘Lalu
kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?’, tanya Ali.
‘Kamu’,
jawab Fatimah.
(penulis
sedang leleh saat menulis ini, hihi). Nah, buat kamu jangan ikutan
senyum-senyum apalagi leleh juga. Boleh ikutan senyum asal kita memiliki
keinginan dan berusaha untuk meneladani sikap Ali dan Fatimah yang menjaga
cintanya hingga Allah menghalalkan keduanya. Karena percayalah, telah tertulis
nama pasangan dalam Lauh Mahfuzh yang akan setia mendampingi kita. Nama yang
akan menjadi jodoh kita kelak. Mungkin di dunia ataupun di akhirat. Yang harus
kita yakini adalah bahwa apapun takdir bagi orang
beriman pastilah baik adanya, percayakan saja pada sang Mahacinta. Tak
perlulah kita mendahulukan takdir Allah dengan mengatakan, “Dia jodohku, atau
mungkin dia jodohku.” Cukup membenahi diri dan mengikuti keinginan-Nya.
Satu
opini yang ingin aku utarakan disini, apakah mungkin
kita mendapatkan seorang yang taat melalui jalur maksiat? Seperti
menciduk air untuk minum dengan kendi yang sangat kotor. Begitulah perumpamaan
saat mengimpikan suami yang taat namun dilalui dengan pacaran. Nah loh, gak
jauh-jauh dari sini yah bahasannya, hehe. #UdahLupainAja
atau lebih tepatnya #UdahPutusinAja. Hihi. (^_^)
Saudaraku,
setiap aku menulis, hanya Allah yang tahu bagaimana isi hatiku. Tak mudah untukku mengatakan segala hal yang mungkin aku
sendiri belum dapat melakukannya dengan totalitas. Namun, dengan
tulisan-tulisan ini, dengan semakin disebarluaskannya kebenaran yang
semata-mata hanya dari Allah, aku berharap semakin hari aku dapat mengokohkan
pijakan ini. Mengikat segala ucapanku dan menancapkannya tepat di hatiku
sehingga mampu tercermin dalam setiap langkahku. Sungguh,
aku sama sekali tak ingin menjilat ludahku sendiri. Semoga Allah
senantiasa membimbing kita ke arah keridhoan-Nya. Karena demi Allah, tak ada
yang lebih kuinginkan selain mati dalam keadaan iman terhadap Allah dan
Rasul-Nya.
Ku
akhiri tulisan ini dengan sebuah doa yang diiringi harapan penuh agar Allah
mengabulkannya. Semoga dengan diamini oleh para pembaca dapat menjadi kekuatan
agar jodoh kita nantinya adalah yang terbaik dari sisi Allah SWT :
Ya Allah ya Rabb, hari ini
Engkau mengingatkan kami lagi melalui kisah cinta suci
yang berlandaskan asma-Mu. Sadarkan kami akan kelalaian kami selama ini.
Lindungi kami dari perbudakan hawa nafsu dan cinta semu yang dapat mematikan
akal dan hati kami. Wahai Zat Mahacinta, cukupkan kami dengan mencintai-Mu
sehingga segala cinta akan makhluk yang belum dihalalkan untuk kami dapat sirna
begitu saja. Bantu kami ya Rabb, bantu kami untuk memantaskan diri kami dengan
meneladani Ali dan Fatimah. Sehingga Engkau berkenan
memberikan seorang suami layaknya Ali serta seorang istri layaknya Fatimah.
Semoga kami senantiasa terjaga dari cinta semu dan segera
dipertemukan dengan cintanya orang yang mencintai-Mu wahai Zat yang paling
berhak dicinta. Terpujilah Engkau dengan segala pujian seisi langit dan
bumi. Kami mencintai-Mu ya Rabb, begitu pula dengan kekasih-Mu Rasulullah SAW. Ya
Allah ya Rabb, dengan hati yang gerimis ini, kami memohon
dengan sangat, perkenankanlah doa kami. Amin. Amin ya Rabbal ‘alamin.
waduuh... pas buka langsung liat gambar aga gimana gituuu..
ReplyDelete*komen ini ditulis sebelum baca lengkap :)
kapan giliran kita ya kak? hihi, (^_^)
DeletesubhanAllah..
ReplyDelete# sampe speecless
amin. amin ya rabbal 'alamin.
ReplyDelete